Teman?

28 9 0
                                    

Sejak sore itu,

Aku selalu terdiam, bahkan di saat teman-teman ku bercanda tawa ria.

Bagaimana jika nanti Raqi tidak pulang?

Bagaimana jika ia bertemu dengan wanita lain di sana?

Kenapa? Kenapa harus dia yang pergi?

Aku kesepian,

Sulit sekali menghilangkan rasa ini, bagaimana jika nanti ia pergi?

Sanggupkah aku untuk menahan rindu? Sanggupkah aku hidup di penuhi bayang-bayang nya?

Sanggupkah... Jika aku menemukan kekalahan pada akhirnya?

Sanggupkah?

"Ya Allah.. bagaimana dengan perasaan ku?" Lirihku sambil kembali menutup mata di atas meja sekolah.

"Anna, coba deh?! Kamu lupain tuh si Raqi!" Cerosos Ica tanpa permisi.

Aku hanya berdehem. "Aku udah tekadkan dia untuk menjadi tumpuan hatiku Ca. Aku udah komitmen sama diri sendiri."

Ica melengos, " yaudah sekarang juga kamu putuskan tekad kamu. Gampang kan?!" Ucapnya dengan ringan.

"Emangnya gampang lupain seseorang yang udah bersemi di jiwa kamu dengan begitu cepat?" Sergahku jengkel.

"Aku tuh gak bisa ngapa ngapain. Kalo gak ada dia!!!"

"Anna!!" Ica memegang kedua bahuku. Aku di paksa untuk menatap matanya.

"Kamu emng gak capek kayak gini? Raqi aja selalu diam kalau ada kamu! Emang dia cowok tipe kamu bangt! Tapi? Kamu belum tentu tipe dia!!"

Aku menatap nya balik. Menantang setiap perkataan nya.

"Kalau aku bukan tipe dia. Aku bakalan jadi tipe dia!" Sambil melepaskan cengkraman tangannya di kedua bahuku.

Ica mendengus kesal. Lalu pergi dengan tergesa-gesa.

...

Bel pulang sekolah berdering. Membuat hatiku bersorak ria.

'rencana sore ini, aku mau ke toko buku sebentar.' gumanku sambil berjalan di koridor sekolah.

'Lagi pula, siapa tau ketemu Raqi di sana.' senyumku.

...

Mataku menelusuri di setiap celah toko buku ini, langganan Raqi.

Ramainya pengunjung tidak membuat ku putus asa untuk tidak memalingkan penglihatan.

Dan.. seperti nya. 'Raqi?!?? Ia Raqi?!!!!' jeritku histeris dalam hati.

Aku memandangi Raqi dari celah-celah buku.

Ia sangat serius membaca judul judul buku di hadapannya.

Jarinya meraba di setiap judul buku.

Tak henti hentinya bibirku mengukir senyuman.

Kakiku dengan perlahan melangkah menuju ke arahnya.

"Hei?" Sambil menepuk bahuku.

"ANNA???"

Mataku reflek menoleh ke belakang, "ohh...." Mataku tak percaya. "Kak Kaffi.."

Ia mengangguk, lalu tersenyum. "Kamu sama siapa ke sini?"

Aku gelagapan sendiri sambil berusaha untuk menoleh kebelakang. "Sendiri kok ka." Ucapku asal.

Tapi? Kok ? Aneh? Kenapa kenapa Raqi gak ada? ARRGHHHH!!! Kenapa aku bisa kehilangan jejaknya lagi????

Wajahku merah padam. Marah pada diri sendiri. Bagaimana bisa, Aku kehilangan dia? Seharusnya aku bisa bicara sebentar atau cuma basa basi!!

Sebelum Matahari Terbit..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang