Ada bagian yang Hilang?

33 8 0
                                    

Sabtu pagi.

Pemberitahuan di grup Pemuda Indonesia, untuk kembali kumpul di terima. Alangkah bahagianya sekarang aku akan bertemu dengan Raqi..

"Na..nnaa...nana......" Senandung lagu ayat ayat cinta. Memenuhi hati dan fikiranku.

"Na....na...na..."

"EHEM!!"

Aku menoleh cepat, memeriksa siapa orang yang berdehem tadi.

Terlihat seorang pria yang sedang bersandar di pintu caffe, sambil menatapku dengan penuh senyuman.
Ya dia kak Dimas. Sahabat dekatnya Raqi.

"Nyanyi nyanyi sendiri aja si! Kalo mau seru tuh ya karaokean bareng.." ucapnya sambil menghampiri ku.

Aku tertawa kecil, "hahaha karaokean? Aku gak bisa tau kak."

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatu!!" Ucap segerombolan pemuda pemudi.

" Weh?? Udah lama nih? Anna? Dimas?" Tanya ketua organisasi, Kak Ray.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wa barakatu.."

"Baru aja saya sampe kak.. kak.. ini nih, Anna tadi nyanyi nyanyi, seneng banget keknya." Ujar Dimas, di iringi tawa kecil yang lain.

"Bahagia kenapa?? Wah?" Ucap kak Fitri, ia terlihat sangat antusias sekali.

Memang di organisasi ini, sangat-sangat perduli pada adik kelasnya.
...

Rapat sudah mau usai. Suasana caffepun sudah agak sepi.

Tapi, kenapa Raqi belum datang juga? Kenapa?

Mataku liar menatap sudut-sudut caffe, memperhatikan pintu masuk. Apalagi mataku tidak lepas dari kaca jendela luar, siapa tahu Raqi sedang dalam perjalanan?

Sepertinya awan akan menangis menurunkan rintikan kesedihan yang kini aku rasakan.

"Anna?"

"Hey?"

"Anna??? Putri Anna??"

Aku baru sadar,

"Ahh" bibirku terkatup sejenak. "Maaf ka aku ngelamun."

Mereka tampak saling berpandangan, melihat ke arah rintikan hujan.

"Hujannya sudah mau deras, sebaiknya kita segera pulang." Ucap kak Ray.

Aku gelagapan, "Kak?? Kan Raqi belum Dateng? Kita gak mau nunggu sampai Raqi Dateng? Siapa tau di udah di perjalanan.."

Tiba-tiba saja kak Fitri tertawa.

"Hahaha.. kamu kenapa An? Suka ya sama Raqi????? Dari tadi nyariin terus keknya." Sambil mendelik curiga ke arahku, begitu juga yang lain.

Aku diam, pipiku terasa panas. "Ah gak kok Ka? Cuma heran aja.."

Dengan seketika, suasana caffe pun ramai dengan tawa.

"Hahahaha.."

"Anna...Anna..." Ia berhenti sejenak tawanya.

"Pulang yuk! Nanti bareng-bareng aja pakai mobil Kaka." Tawar kak Ray.

Aku mengangguk, malunya. Ketahuan suka sama teman satu organisasi.

Perjalanan pulang, begitu sunyi. Walaupun senandung musik dan canda tawa kak Fitri, Dimas, kak Ray dan lainnya. Memenuhi seisi mobil, apakah ini yang di namakan sepi dalam keramaian?

Kosong dalam menggenggam api?

Tapi, ada sesosok yang sangat ku kenal. Bahkan sangat ku hafal, laju mobil melewati sekolahnya Raqi.

Ya sekolah Raqi.

Ia tersenyum, sambil berjalan ke arah masjid.

Masih dengan pakaian sekolahnya, putih abu-abu. Dengan langkah kecilnya tapi pasti, menghampiri masjid dengan sangat riang.

"Raqi!!!" Jerit pelanku sambil menaruh telapak tangan ke jendela mobil,

"Raqi! Heeyyy??!" Sambil melambaikan tangan berharap ia akan menoleh ke arahku.

Tapi, ia tak kunjung menoleh. Aku segera menggedor-gedor kaca, "Raqi? Hei?? Raqi!"

"ANNA??" Teriak kak Fitri

membangunkan fikiranku. Seketika aku berhenti bertingkah seperti tadi.

Tanpa ku sadari, mereka sedang menatapku. Kecuali kak Ray yang sedang menyetir,

Kak Fitri nampak menghembuskan nafas berat.

"Raqi tadi izin karena banyak tugas di sekolahnya. Jadi dia gak hadir,

Anna.. lain kali jangan terlalu histeris seperti tadi ya.. kalau Raqi lihat pasti dia bakal ilfil." Jelas kak Fitri dengan mengusap pundak ku.

Aku diam.

Benar apa yang di katakan kak Fitri, pria seperti Raqi paling suka wanita yang lembut dan kalem. Bukan sehisteris aku.

"Iya kak... Maaf." Ucapku.

Tapi, semua tersenyum menatapku.

Tapi, sepertinya kak Dimas sedang sibuk dengan smartphone nya.

"Oh iya!?" Jerit kak Dimas tiba-tiba.

"Aku denger, Raqi mau sekolah di luar negri!!!" Sambil tersenyum bahagia.

"Iya! Rqi di daftarkan sama abuya sekolah di Mesir!!" Jeritnya lagi.
Semua tercengang. Mencerna setiap perkataan kak Dimas.

"Hah?"

Hanya itu yang keluar dari mulut kami.

"Ka...kamu serius???" Ucap kak Ray dengan terbata-bata.

"Iya Dim? Ka..mu serius????" Sambung kak Fitri.

Kak Dimas menatap mereka semua dengan penuh keyakinan.

"Aku serius! Coba aja nih, baca pesan dari Raqi. Sebenarnya aku mau ngumumin ini tadi sih di caffe. Tapi, aku lupa terus." Jelasnya sambil menyodorkan ponsel.

Ya benar! Raqi keterima di Universitas Al Azhar.

Aku masih belum percaya akan hal ini, "Tapi kan Raqi belum lulus MA nya?" Timbalku.

"Kamu lupa? Raqi itu punya segudang prestasi dalam hal keagamaan ataupun pelajaran. Dia itukan pernah ikut olimpiade 3 bahasa di Jerman. Jadi, gampang gampang aja buat dia keluar masuk universitas besar!?" Jawabnya dengan bangga.

Nafasku belum teratur, serasa ada beban yang tiba-tiba menindih hatiku.

Entahlah rasanya sangat tidak nyaman.
Bagaimana ini? Bagaimana??

"Anna.." ucap kak Fitri sambil menepuk punggung ku.

" Raqi itukan calon penerus Yayasan amanah. Dia akan menjadi orang besar nantinya, jadi wajar kalau Abuya, ayahnya Raqi menyekolahkan Raqi di Mesir. Karena kelak Raqi akan menjadi pewaris satu satunya Yayasan Amanah."

"Bener Na, lagipula dulu Abuya juga kan kuliah di Mesir 7 tahun." Sambung kak Dimas.

Tapi dengan sigap kak Fitri segera menyikutnya.

"Aw!!"ia hanya bisa meringis.

Aku hanya bisa terdiam. Diam, menangis dalam hati? Atau meratapi penungguan yang tiada akhir?

Entahlah, rasanya ada bagian yang hilang...

Sebelum Matahari Terbit..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang