Empat. Demam

8.3K 1K 169
                                    

Gumam kecil yang keluar dari bibir perempuan yang sedang tidur di pertengahan jam empat sore. Wajahnya dibanjiri keringan dan bergerak gelisah. Nafasnya tiba-tiba menjadi begitu cepat, hembusan angin yang masuk melalui gorden membuatnya membuka mata terkejut.

Kansa terduduk, ia meringis menyentuh perutnya. Keringat di seluruh wajahnya sebesar biji jagung, seolah dalam mimpi ia berlari ribuan kilometer. Menormalkan pernapasan, Kansa membiarkan dirinya diam sebentar untuk menghilangkan keram di perut sebelum kaki telanjangnya berjalan menuju kamar mandi.

Begitu celana di turunkan, perasaan bahwa celana dalamnya begitu basah benar adanya. Kansa mengusap wajahnya. Membasuhnya sebentar kemudian kembali duduk di ranjang menghadap jendela. Mencari nama di kontak ponselnya.

Terdengar dua kali nada sambung sebelum ibu mertuanya menjawab. "Iya kenapa, Sa?"

Kansa menunduk, sebenarnya ia malu bertanya. Semua pengetahuan tentang kesehatan yang ia pelajari selama ini hilang jika untuk dirinya sendiri. Kansa merasa bodoh. Meski ia tahu semua itu, rasanya butuh memastikan.

"Ma, beberapa terakhir ini aku sering keram perut. Gimana, Ma? Bahaya ya?"

"Seberapa sering?"

"Udah dua malam ini, tadi pagi sama sore ini aku tidur tiba-tiba kebangun gara-gara keram gitu,"

"Sekarang masih?"

Kansa menggeleng. Sadar Syanes tidak bisa melihat. Kansa berkata. "Udah berkurang."

"Nggak papa sayang, itu wajar kok di alami sama ibu hamil muda. Perubahan hormon, tapi kamu nggak ada flek kan?"

"Kayaknya keputihan aja, nggak ada darahnya."

"Habis dari rumah sakit Mama kesana ya, jangan terlalu banyak gerak dulu. Nanti Mama periksa."

Setelah sambungan telpon terputus. Kansa menyempatkan diri untuk mandi. Sambil menunggu Mama, ia menyempatkan membuat bakwan goreng. Untuk cemilan sore karena Xalio baru saja telpon akan pulang terlambat. Sepertinya ada sesuatu di pekerjaannya.

Mendengar suara mobil masuk ke halaman rumah. Kansa beranjak dari sofa, meninggalkan gigitan bawan untuk membuka pintu. Kansa mengintip terlebih dahulu melalui jendela. Memastikan bahwa itu Ibu Mertuanya.

Mencium punggung tangan Syanes. Kansa menutup pintunya setelah Syanes sudah berada di dalam rumah.

"Gimana? Masih keram?"

"Udah nggak." Kansa duduk disebelah Syanes. Mengambil bantal kursi diletakkan di atas paha. "Cobain Ma, aku buat sendiri."

"Baring, Mama cek dulu." Kansa berbaring di sofa membiarkan Syanes memeriksanya. Kansa memberi leluasa pada Syanes. "Kandungan kamu lemah Sa," Syanes melepas stetoskop di telinganya. "Kecapean ya? Kapan ujian?"

"Iya mungkin, dua minggu lagi."

"Bedrest aja lah kamu, jangan terlalu aktif gerak. Kasian bayinya. Biasakan diri untuk bergerak secara perlahan seperti saat akan bangun dari posisi duduk, itu bisa menurunkan risiko terjadinya kram perut saat hamil muda. Terus bisa kamu kompres pake air hangat perutnya. Tidur posisi miring bisa meredahkan nyeri."

"Tapi aman Ma?"

"Untuk sekarang aman, nanti Mama kasih vitamin. Jangan anggap sepele loh Sa, ini bahaya juga."

Kansa mengangguk. Kembali duduk. "Dua minggu kedepan aku kosong nggak ada jadwal. Belajar aja dirumah buat persiapan ujian."

"Iya, jangan stres." Kansa mengangguk. "Xal belum pulang?"

A Simple Life [SUDAH ADA VER. CETAK & E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang