ENAM. Gentleman

8.4K 1K 204
                                    

Setelah perjuangan panjang, segala cobaan rintangan penyatuan cinta dalam ikatan takdir kini berakhir dalam hubungan suci. Kansa sangat bahagia menyaksikan Manda bisa bersanding dengan lelaki pilihannya, menemukan kebahagiaan yang sempat ia hancurkan. Semua rasa bersalah itu terbayar hari ini.

Kansa sudah bersiap, balutan dres pink yang cantik membalut tubuhnya. Moment ini seperti ia yang akan menikah, bukan karena ia gugup dengan acara pernikahan Manda. Tapi ada hal lain yang membuatnya gelisah sejak tadi pagi.

Pasangan yang begitu serasi. Xalio dengan balutan jas hitam membungkus tubuh kekarnya. Keduanya berjalan masuk ke hotel yang mulai ramai tamu undangan. Kansa merasa lemas, kekuatannya tiba-tiba hilang jika Xalio tidak menggenggam tangannya.

"Ada aku, Sa. Aku yang bicara, kamu jangan khawatir,"

Sebulan lebih berlalu sejak insiden pengusiran dirinya. Kansa belum bertemu Ayah atau Ibu, bahkan setelah pernikahannya. Ia sudah membicarakan hal ini lama bersama Xalio kalau lelaki itu akan berbicara pada Ayah.

Genggaman yang menyalurkan rasa percaya diri dan keyakinan. Kansa menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Ia mengikuti langkah Xalio yang akhirnya memasuki sebuah ruangan tamu khusus keluarga pengantin.

Orang yang berada di dalam menatap keduanya kaget. Mereka membeku ketika Xalio menutup pintu rapat dan kini berhadapan dengan Ayah dan Ibu. Tidak ada orang lain selain mereka.

Ketegangan terjadi, wajah emosi ayah tiba-tiba bisa Kansa rasakan. Kemarahan ketika melihat dirinya. Kansa merasa tersayat, terluka mendapat tatapan itu dari Ayah. Ingin menangis dan bersujud meminta maaf karena mengecewakannya. Sungguh Kansa menyesal. Kansa ingin Ayah tau, Kansa tulus meminta maaf.

Ayah membuang wajahnya dan berdiri hendak meninggalkan ruangan bila Xalio tidak menghadangnya dengan cepat. Genggaman tangan terlepas, Kansa gemetar, jantungnya berpacu cepat melihat kedua lelaki itu saling berhadapan dan menatap tajam.

Hati Kansa merosot menyaksikan kedua lutut itu menyentuh lantai. Memejamkan matanya, Kansa mengepalkan tangannya kuat. Tubuhnya semakin bergetar, bulu matanya mulai basah.

Kansa bukan perempuan cengeng. Ia juga tidak tahu kenapa matanya bisa mengeluarkan air begitu saja. Kansa tidak mengerti, rasanya sakit. Tidak tahu dimana rasa sakit itu, melihat Xalio seperti itu membuatnya terluka. Bibirnya bergetar menahan tangis ketika kalimat demi kalimat Xalio katakan.

"Kita pernah bertemu, rasanya Saya belum memperkenalkan diri dengan sopan. Nama Saya Xaliones. Lelaki dihadapan anda sekarang adalah seorang pencundang. Sekarang lelaki itu menyesalinya dan ingin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi."

Kansa menghapus air matanya cepat. Ia menatap Xalio yang berbicara menatap lutut Ayah. Kedua tangan Xalio berada di atas paha, begitu tegap dan bicaranya yang tegas. Seorang komandan yang dihormati kini bertekuk lutut pada lelaki yang merawatnya dari kecil.

"Lelaki yang pengecut ini, yang tidak ingin mengakui perbuatannya adalah Ayah dari anak yang sedang Putri Anda kandung sekarang-" Satu tamparan mendarat di pipi Xalio. Kansa dan Ibu menutup mulutnya kaget. Meski begitu, Xalio sama sekali tidak bergerak, tetap pada posisinya. "Maaf membuat Anda kecewa atas perbuatan Saya."

Kedua tangan Ayah mengepal kuat, urat leher dan tangannya terlihat. "Pergi kalian berdua." Ujarnya dengan rahang mengeras.

"Saya menemui Anda untuk meminta maaf dan memohon untuk menerima Kansa lagi. Putri Anda tidak bersalah, Saya yang salah. Dia hanya korban."

"Kamu tidak pantas disebut manusia."

"Iya. Apapun sebutan itu. Saya sudah bertanggung jawab. Saya mendaftarkan pernikahan kami. Jika ada mengira itu hanya selembar kertas, tidak. Anda salah besar. Saya tulus menikahi Putri Anda dan membangun keluarga kecil. Saya akan menjaganya menggantikan Anda. Saya tidak akan membuatnya terluka, saya berjanji dan saya akan menyanyanginya sama seperti Ibu Saya. Jadi tolong-" Xalio mengangkat wajahnya. "Maafkan Putri Anda, Kansa begitu sayang pada Ayahnya."

A Simple Life [SUDAH ADA VER. CETAK & E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang