4

3.1K 200 3
                                    

Pena berwarna perak itu diketuk-ketukan tanpa henti di atas meja. Menandakan pemiliknya sedang bimbang. Beberapa kali ia berdiri, lalu terduduk kembali. Sudah sekian kali pria itu mondar mandir. Matanya gelisah menatap angka jarum jam yang terus merangkak naik.

“Pergi … jangan … pergi …jangan,”  gumam Gibran pelan. ‘Uh, sialan. Kenapa harus penasaran dengan gadis itu? Padahal satu jam lagi ada pertemuan penting dengan salah satu kliennya’. Lagi-lagi batinnya mengumpat.

Sekali lagi ia melihat Rolex di pergelangan tangannya. Sudah jam 9, berarti acara yang menghadirkan gadis itu sudah dimulai. Segera ia memutuskan mengambil kunci mobil lalu beranjak keluar.

“Wi, tolong hubungi Pak Baroto, investor yang kemarin tertarik bertemu denganku, pertemuan hari ini ditunda dulu. Nanti saya sendiri yang akan meneleponnya untuk menjadwal ulang,” pesannya kepada Dewi, sekretarisnya, sebelum meninggalkan kantor.

“Baik, Pak!” sahut Dewi patuh. Ia terus memandangi tubuh jangkung atasannya sampai menghilang di balik pintu. Pria flamboyan seperti bosnya memang mempunyai daya pikat yang kuat bagi para wanita, tetapi di tempat kerja ia adalah sosok yang dingin, tegas, dan terkenal kejam.

***

Gibran keluar dari mobil jaguar yang sudah terparkir di depan auditorium kampus. Kehadiran pria berkemeja biru terang itu, sempat mencuri perhatian para mahasiswa yang berada di sana.

“Gila, serasa melihat Tom Cruise umur 20-an!” Sekerumunan mahasiswi berceloteh dan diam-diam mengambil foto Gibran.

Pria itu tak peduli, kakinya melangkah menuju tempat acara talk show berlangsung.  Ia mengambil kursi di pojok paling belakang, berharap Rinjani tidak melihatnya. Mayoritas peserta adalah perempuan, Gibran menggabungkan diri dengan beberapa peserta pria, yang mungkin punya minat terhadap dunia perempuan.

Di panggung acara, Rinjani duduk dengan moderator dan satu narasumber lainnya. Kehadirannya tepat waktu, sesi saat Rinjani harus tampil berbicara. Gadis itu membahas panjang lebar tentang kedudukan perempuan dalam lintasan sejarah. Kegetiran demi kegetiran yang dialami dari masa ke masa. Lalu, ia sebut kedatangan islam menjadi arah baru bagi posisi kaum perempuan yang acap kali dimarginalkan.

“Diantara tujuh putra dan putri Rasulullah SAW, empat diantaranya adalah perempuan. Anak lelaki beliau Qashim, Abdullah, dan Ibrahim, meninggal sebelum usia dua tahun. Sedangkan Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah, lahir dan tumbuh dewasa di bawah asuhannya."

'Anak-anak Rasulullah?' Bahkan Gibran lebih hafal dengan anak Ahmad Dani!

“Dan, tahukah teman? Keberadaan anak perempuan Nabi ini membawa hikmah tersendiri. Mereka lahir di tengah budaya jahiliyah yang sangat tidak suka dengan bayi perempuan. Bagi mereka, anak perempuan adalah aib, bahkan boleh dibunuh. Tetapi Allah justru mengirim Rasulullah yang mencontohkan secara langsung bagaimana seharusnya bersikap terhadap kelahiran anak berjenis kelamin perempuan,” lanjutnya lagi.

Gibran terus memperhatikan uraian Rinjani berikutnya. Tentang peran mulia perempuan dalam islam, lalu bagaimana kontekstualisasi dengan isu-isu kontemporer seperti isu kesetaraan gender dan gerakan feminisme.

“Gerakan feminisme itu pun tidak monolitik. Ada berbagai macam aliran, seperti feminisme liberal yang berkutat dengan ide pemberdayaan perempuan dan menuntut persamaan peran dengan laki-laki, tanpa memisahkan ruang privat dan publik. Kemudian ada juga feminisme radikal yang menggugat sistem patriarki, bahkan ada yang secara terang-terangan menjadikan lesbianisme sebagai solusi, karena laki-laki sendiri dianggap sebagai akar masalahnya.” 

Banyak lagi yang keluar dari mulut gadis itu. Gibran hanya menatapnya terpaku. Mata Rinjani tidak lagi tajam, saat itu ia melihat seorang perempuan dengan bola mata penuh pijar. Terang sekali. Gadis itu sering melempar senyum kepada para peserta, dan itu membuat kecantikannya berlipat.

Aku Layak Untukmu (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang