Chapter 1

114 55 33
                                    

Matahari sudah kembali dari tidurnya, bahkan gerbang SMA Surya pun sudah hampir ditutup. Banyak murid yang berlarian menuju gedung sekolah tersebut sebelum gerbang benar-benar ditutup. Salah satunya kiana, kiana anjarasta putri. Gadis manis yg berjalan melewati gerbang menuju kelasnya itu terlihat begitu ceria. Maklum, hari pertama sekolah setelah libur kenaikan kelas.

"Kiaaaaanaa!" suara rengekan menyambutnya dikelas, suara siapa lagi kalo bukan Andini, sahabat hidup dan matinya. Ampun dahh, hidup dan mati cuy. Tapi memang benar adanya, bahkan pembagian kelas setiap sekolah dari SD hingga kini mereka selalu dipersatukan.

"apa sih din, masih pagi juga. Udah ngerengek aja" gerutu kiana.

"nggak dikasih sarapan sama nyokap, apa nggak dikasih duit jajan. Ha?" sambungnya setengah tertawa.

"apaan sih ki, nggak lucu! Gua lagi sedih juga" jawab Andini.

"iya deh, sorry. Emang lo kenapa?" kiana dengan raut penasaran melihat muka sahabatnya yg begitu masam.

"tadi gua liat rio ngebonceng cewek, dia anggap apa coba gua selama ini, mana udah manggil sayang-sayang lagi ke gua, kan gua berasa di php-in" jelas andini dengan muka cemberutnya.

"lah lo juga mau-maunya dipanggil sayang tanpa perasaan, nggak tau lo SMA surya ini gudangnya buaya, bahkan lebih bahaya dari buaya" celoteh kiana panjang lebar seraya memutar bola mata malasnya.

"tapikan rio nggak segila dan semembahayakan kelvin, sahabatnya yang bangsat itu!" tutur andini

"yaelah semua cowok sama aja kali, apalagi lo bilang mereka sahabatankan, ya pasti beda tipislah" timpal kiana tidak setuju dengan penuturan andini.

"kok loh kesanya ngebela kelvin ya, jangan-jangan lo naksir lagi sama tu bangsat" andini seraya menampilkan mimik curiga pada kiana

"gila lu ya, gua itu cuma tau nama sama tampangnya doang. Ya, nggak mungkin lah" tutur kiana membela diri. Setelah itu suasana mulai hening, dari luar kelas sudah terdengar suara kaki bu dita yg akan mengintruksikan pemilihan perangkat kelas.

Kiana memang tidak akrab dengan kelvin, dia hanya tau tampang dan namanya saja, kelvin arga satya. Selain tau tampang dan namanya kiana juga pernah mendengar dari mulut andini bahwa kelvin adalah penyebab depresinya calista sepupu andini sekitar 1 tahun yang lalu, saat mereka baru beberapa bulan bersekolah di SMA surya.
_

Ditengah lapangan pak eko guru BK sedang mengumpulkan murid-murid yang terlambat untuk diberi hukuman.

"kelvin arga satya, sudah bosan saya mencatat nama kamu pada daftar murid terlambat" keluh pak eko menatap kelvin.

"nggak usah dicatat juga nggak papa pak" timpal kelvin sekenanya.

"sebagai hukuman nanti jam istirahat kamu pergi temani kiana ke panti asuhan untuk antar dana yg biasa kita kumpulkan, dia kelas 11 ipa c" kata pak eko

"tap-" kelvin

"nggak ada tapi-tapian, sekarang masuk kelas atau-" sanggah pak eko yg langsung ditinggal pergi oleh kelvin sebelum kata-katanya usai. Pak eko menggelengkan kepalanya beberapa kali melihat sikap muridnya itu.

Kelvin termasuk dalam deretan siswa populer disekolahnya. Postur tubuhnya yg tinggi berisi, matanya yang tajam, wajahnya yg begitu rupawan, ditambah lagi dia dikategorikan siswa pintar walaupun tidak teladan, dia termasuk anak yang bandel, keluar masuk kelas sesukanya, menghakimi sendiri semua orang yang mengusiknya.

"kece parah, tambah keren aja tu kelvin"
"aduuuuhhh, kak kelvin makin ganteng ya"
"hellooo handsome"

Ya, begitulah sorak sorai terdengar dari siswi alay pengagum kelvin. Kelvin selalu menghiraukan kata-kata mereka, kelvin dengan gagahnya menatap kedepan menuju kelas 11 ipa a, ruang kelasnya.

"dihukum apaan lu cepet banget" tanya rio berbisik, guru masuk seraya dengan kedatangan kelvin.

"disuruh anter siapa ya ke panti, kiana kalo nggak salah namanya" jawab kelvin sambil melihat kearah gurunya.

"gila, itusih namanya keberuntungan bukan hukuman" sontak rio

"keberuntungan gimana gua itu dihukum, bego" kelvin

"lo nggak tau aja gimana cantiknya kiana, sayang yang ngejer-ngejer gua sahabatnya bukan kiananya" rio

"ck.. " kelvin memutar bola mata malasnya.
_

Bel istirahat berbunyi, murid-murid sudah berhamburan kearah kantin. Kecuali kiana, dia sudah ditugaskan pak eko untuk mengantar dana sumbangan ke panti.

" mau nganter sendiri lo ki, apa mau gua temenin " tawar rasty, teman akrab kiana setelah andini. Dimana andini, jangan ditanya sudah ngacir ke kantin 5 menit sebelum bel, izinya sih ketoilet tapi kiana sama rasty taulah akal bulus sahabatnya itu.

" ck, mana mungkin pak eko ngizini gua bawa uang sekolah sendiri, pasti nanti ada orang kiriman dia buat anter gua" jelas kiana

"nggak percayaan banget tu pak BK, nggak tau dia ya lo tepok tangan aja ngasilin duit, buat apa ambil duit yg cuma cukup 3 hari buat lo" gerutu rasty.

"tepok tangan ngasilin duit, lo kira gua penonton alay" kiana tertawa

"mana yang namanya kiana, buruan. Gua nggak punya banyak waktu" kelvin tiba-tiba datang memecahkan gelak tawa antara kiana dan rasty.

"gua kiana, ngapain lo cari gua" kiana

"ck, buruan" kelvin menarik pergelangan tangan kiana menuju parkiran. Semua mata tertuju pada mereka.

"gua bisa jalan sendiri kali, lagian gua nggak ada waktu buat ngeladenin cowok modus kaya lo, gua harus ke panti" jelas kiana panjang lebar.

"gua yang bakal anter lo" tegas kelvin

"ck, malah matung. Buruan" lanjut kelvin.

Kiana kaget setengah mati, bagaimana mungkin ia merasa aman pergi dengan cowok yg udah buat cewek depresi, tapi kelvin disuruh langsung oleh pak eko kiana tak bisa menolak itu, atau nilai sikap jadi taruhanya.

'ganteng sih iya, tapi dulu dia bisa buat orang depresi bisa jadi sekarang dia bisa buat orang mati' batin kiana.
Segera ia tepis pikirannya itu, diikutinya langkah kelvin dibelakang.
_

Dana sumbangan panti sudah sampai dengan selamat ketangan ibu panti, sekarang tinggal kiana, ia tak tau apakah ia akan kembali kesekolah dengan selamat. Ketakutannya bertambah saat kelvin memberhentikan motor sport kesayanganya ditengah jalan menuju sekolah.

"lo lupa sama sekolah kita, lo lupa sama bentuk bangunanya, ini bukan sekolah kita kelvin" gerutu kiana menghempaskan segala ketakutanya.

"berisik! Gua mau makan kiana" ketus kelvin. Kiana mundur beberapa langkah dari hadapan kelvin.

"lo nggak bener-bener bahaya kaya yang-" kiana

"lo udah bawel, bego lagi ya. Gua mau makan disitu bukan mau makan lo" sahut kelvin memotong kalimat kiana seraya menunjuk sebuah resto cepat saji. Kiana bernafas lega, kemudian ikut masuk kedalam resto. Perutnya juga sudah mendengung sedari tadi.

Pelayan datang membawa pesanan mereka.

"kayanya lo tau sesuatu tentang gua" kelvin seraya meneguk minumanya.

"gua bukan siswi alay yang tau banyak tentang lo kali" timpal kiana

"lo nggak bener-bener bahaya kaya yang, yang apa? Tadi lo ngomong gitu kan" kelvin

"mmmm" kiana tak tau harus jelasin apa pada kelvin.

"ck, kata rio lo temenya andini. Pasti tu bocah udah gosipin gua ke lo kan" kelvin seraya menyantap makananya. Kiana menaik turunkan pundaknya, tak ingin memperjelas semuanya. Ia terus menyantap makananya.

"kata orang 1 tahun yang lalu gua bisa buat cewek depresi, sekarang gua bisa apa ya? Buat cewek gila, koma, atau mungkin, ma-ti" kelvin seraya menatap tajam kiana dengan senyum tipis menaik turunkan alis tebalnya.
Kiana tersentak mendengar penuturan kelvin, pisau dan garpu yang berada ditanganya pun merosot jatuh begitu saja diatas piring. Pikiranya saat ini hanya pada dirinya, salah satu diantara 3 hal itu akan terjadi padanya gila, koma, atau ma-ti.

#TBC.
Maaf kalau kurang menarik, author masih junior😁

Colour And LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang