Pagi-pagi sekali Kelvin sudah tiba disekolah, ia duduk dikursi panjang depan kelas 11 ipa c, kelas Kiana. Ah, benar sekali. Kelvin memang sedang menunggu Kiana. Suasana sekolah masih sepi, hanya beberapa murid yang melintas didepan Kelvin.
Tak lama dari itu, Kiana muncul dari tangga. Kiana tampak tertawa cekikikan. Kelvin mendongakan kepalanya, melihat siapakah orang dibelakang Kiana yang membuat Kiana tertawa. Cowok yang jauh dari kata biasa muncul dibelakang Kiana, mereka seperti sedang bercerita. Ya, mereka begitu akrab.
Bibir Kelvin yang tadinya mengulum senyum melihat Kiana, kini menjadi datar setelah kemunculan cowok itu. Kelvin pernah melihat cowok itu keluar dari pagar rumah Kiana. Barang kali itu yang bernama briant, ya mungkin lah.
"ya kali gue kasih coklat buat pacar orang "lirih Kelvin menatap coklat ditanganya.
"bodo amat dah, cuma sebatas tanda terima kasih kok" gumamnya lagi.
Kiana tampak mengarah kearah kelasnya, setelah berpisah dilorong tangga, ya cowok itu lanjut menaiki tangga menuju ruang kelas 12 dan Kiana berbelok menuju kelasnya.
Kiana memelankan langkah kakinya saat melihat Kelvin didepan Kelasnya. Menyapa, atau mengabaikan. Itulah yang membuat langkah Kiana mengecil. Mengingat sikap Kelvin yang ternyata tidak seperti dugaan Kiana rasanya, tak pantas jika Kiana hanya melenggok mengabaikan cowok itu, belom lagi Kelvin pernah menolongnya menemukan kalung itu. Ah, mengingat itu semua raut wajah Kiana jadi berseri, betapa manisnya malam itu. Malam dimana, Kiana tau bahwa Kelvin tak seburuk yang ia kira, ia membagi-bagikan makanan malam itu bersama Kiana dibawah rintik hujan yang begitu syahdu.
Tersenyum, itulah pilihan Kiana saat mata mereka bertemu. Kelvin berdiri dari duduknya. Menyodorkan sebuah coklat pada Kiana, tak ada kata terucap saat itu.
"ambil, cuma ungkapan terima kasih buat kemarin. Gue bakal jamin kalo pacar lo itu nggak akan marah" Kelvin akhirnya bersuara melihat Kiana yang malah menatap bingung pemberianya.
"pacar gue?" Kiana mengambil coklat yang telah disodorkan didepanya.
"halah, yang tadi sama lo. Btw, dia cukup tampan" Kelvin dengan sorot mata coolnya.
"briant, hahahh. Apakah seorang Kelvin itu gay" sahut Kiana sedikit tertawa.
"what!" lantang Kelvin, bagaimana pula cara Kiana berpikir, hingga cowok tampan yang diincar banyak cewek ini adalah seorang gay. Entahlah....
"hahha, santai. Abis lo muji-muji cowok sih. Atau lo cemburu. Hmm?" kiana mengangkat sedikit kepalanya agar dapat menatap Kelvin yang lebih tinggi beberapa centi.
"huh!" dengus Kelvin
Kiana cekikikan mendengar pertanyaannya sendiri.
"masuk kelas, gue cabut" seru Kelvin seraya pergi meninggalkan Kiana.
Kiana masih cekikikan didepan Kelasnya sendiri.
"woy gila lo ya" pekik Andini yang baru datang memukul pundak Kiana.
"wiiiih, coklat" Rasty merampas coklat ditangan Kiana.
"eh eh, no no no" Kiana menghentikan tawanya dan merampas kembali coklatnya.
"yaelahhhhh biasanya juga lo patah-patahin bagi ke kita Ki" sahut Rasty cemberut.
"iya, biasanya juga lo bagi rata. Dari siapa si hmmm?" kali ini Andini bersuara.
"tuh yang berdiri depan pintu ipa A" tunjuk Kiana dengan coklat ditanganya.
"serius lo, sumpah demi apa itu Kelvin" pekik Rasty, sontak tangan Kiana menutup mulut Rasty yang mengundang tatapan orang termasuk Kelvin yang asik dengan Hpnya didepan pintu 11 ipa A. Kiana tersenyum canggung. Andini justru ngakak melihat 2 sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Colour And Light
Ficção Adolescente"Warna saja tak kan terlihat Cahaya saja tak kan indah Aku ingin keduanya Aku butuh kamu melengkapiku" . . . .