Disebuah taman rumah sakit tempat selin dirawat, Kelvin dan Kiana duduk disebuah kursi panjang.
"tadi itu, pertama kalinya buat gue liat cowok kayak lo nangis" ungkap Kiana, mengingat tadi ada air yang jatuh membasahi pipi Kelvin saat Kelvin memperkenalkan Selin.
"lo juga cewek pertama yang liat air mata gue netes saat gue udah gede" Kelvin tersenyum tipis.
"mau cerita?" Kiana menatap Kelvin.
"Selin, Selin satu-satunya anggota keluarga yang selalu ada buat gue. Mama gue meninggal waktu gue SMP, Papa gue sibuk sama kerjaannya, papa bilang yang dia lakuin itu buat masa depan gue sama Selin, tapi bulshit nyatanya sekarang gue hidup dalam kegelapan" Kelvin.
Kiana masih setia menjadi pendengar yang baik untuk Kelvin.
"gue bukan orang yang baik Ki, gue suka pulang malem bahkan kadang nggak pulang. Gue suka trek-trekan dijalan, cari masalah sana-sini. Gue juga nggak segan buat ngabisin orang yang udah ngusik hidup gue, siapapun dia" lanjut Kelvin, menoleh pada Kiana yang tak bersuara.
"terusin" ucap Kiana saat Kelvin menoleh kearahnya.
"apa lo mau denger semuanya tentang gue, kejelekan gue" Kelvin.
"selagi itu bisa buat lo tenang, dan lo nyaman cerita. Gue mau" Kiana.
Kelvin tersenyum, hatinya mendadak sejuk.
"dulu selalu ada Selin yang ngocehin gue, selalu ada dia yang nungguin gue pulang, tapi sekarang dia sudah koma, hidup gue makin kacau, ditambah gue adalah penyebab Selin koma. Gue makin liar dalam kegelapan" Kelvin.
"kenapa lo jadi penyebab Selin koma?" tanya Kiana.
Flashback start.
Satu tahun yang lalu,
Diiringi dengan terbitnya matahari pagi ini, Kelvin dan Selin tepat berusia 16 tahun.
Seperti agenda tahunan bagi mereka, saat hari ulang tahun mereka selalu merayakan berdua dibibir pantai. Ditemani matahari yang baru akan terbit dan sebuah kue coklat kesukaan Selin, keduanya tertawa bersama. Lilin-lilin yang menghiasi kue sudah ditiup oleh keduanya.
"Happy birthday my twins" Kelvin mencium mesra puncak kepala adik kesayanganya itu dan memeluknya
"Happy birthday too" jawab Selin dalam dekapan kakaknya.
Seorang cewek menatap penuh amarah pada sikembar yang tengah berbahagia dipinggir pantai itu.
Setelah merayakan ulang tahun, Kelvin dan Selin berpisah dipantai. Kelvin masih ingin menikmati paginya dipantai yang kebetulan dekat dengan rumahnya itu, sementara Selin lebih memilih untuk lari pagi dan sekalian pulang kerumah sambil olahraga.
Selin berlari kecil disepanjang jalan pantai menuju rumahnya.
Duaghhhhhhhh!!!!
Sebuah mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi menghantam tubuh Selin dari belakang.
"Kelvin, papa, siapapun tolong aku" suara Selin lirih bahkan tak terdengar saat tubuhnya terpelanting beberapa meter dari posisinya.
Selin sudah tak sadarkan diri, ambulan sedang membawanya menuju rumah sakit, sesampainya dirumah sakit Selin memasuki masa kritisnya dan berakhir koma.
Kelvin dan papanya tak tinggal diam, papa Kelvin bukanlah orang biasa dia punya banyak orang untuk dapat menemukan pelaku tabrakan.
Tak butuh waktu lama orang-orang suruhan papa Kelvin mengirimkan foto gadis yang usianya kurang lebih kedua anaknya itu sebagai tersangka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Colour And Light
Teen Fiction"Warna saja tak kan terlihat Cahaya saja tak kan indah Aku ingin keduanya Aku butuh kamu melengkapiku" . . . .