Chapter 2

81 48 12
                                    

Kelvin tertawa terpingkal-pingkal.

"hha, tegang amat mukanya" kelvin.
Kiana benar-benar dibuat bingung oleh kelvin. Bagaimana tidak tadi tatapan kelvin begitu tajam mengerikan seperti akan menelanya hidup-hidup, tapi kini kelvin malah tertawa terpingkal-pingkal.

"gua bercanda kali ki" tutur kelvin seraya menatap teduh kiana.

"gua takut vin, gua takut lo bener buat gua kayak calista" sahut kiana menatap takut pada kelvin.

"gua cuma lakuin apa yang orang itu lakuin ke gua, gua cuma bales apa yang orang itu kasih ke gua" jawab kelvin santai.

"setau gua calista cinta sama lo vin, itu cara lo bales cinta. Kejam" kiana mulai tenang, ia sudah yakin kelvin tak akan menyakitinya.

"lo nggak tau gimana cara dia buat dapetin cinta gua, bahkan itu lebih kejam kiana" tutur kelvin menahan emosinya, mengingat masa kelam satu tahun yang lalu.

"maksud lo apa vin, gua nggak ngerti" kiana tidak paham dengan pernyataan kelvin, yang ia tau kelvin berhasil buat calista depresi. Ya, hanya batas itu saja.

"kita balik ke sekolah, 1 jam lagi gua ada ulangan" kelvin mengambil jaketnya, menghiraukan kata-kata kiana yang meminta penjelasan akan kalimatnya.
-
Kelvin memarkirkan motornya diparkiran, setelah makan diresto tadi kelvin sama sekali tidak mengajak kiana bicara, hal itu membuat kiana merasa bersalah, kiana jadi tak enak pada kelvin. Pasalnya, sesudah obrolan diresto tersebut kelvin terlihat murung.

"vin, gua minta maaf kalo obrolan kita tadi jadi bikin lo inget sesuatu yang bikin lo sedih, ya walaupun gua masih nggak ngerti sesuatu itu apa" ungkap kiana memecah keheningan.
Tak ada jawaban dari kelvin, ia masih sibuk membuka helm dan jaketnya.

"tapi tadi gua beneran takut vin, gua anak tunggal, bokap gua udah meninggal, gua nggak tau gimana nyokap kalo sampe terjadi apa-apa sama gua" lanjut kiana.

Ia menceritakan tentang hidupnya pada kelvin, kiana tidak tau. Tiba-tiba saja kata-kata itu keluar. Kiana bingung, mengapa ia harus katakan itu pada kelvin yang notabene orang baru buat kiana. Mata kelvin menatap kiana, hingga pandangan mereka menjadi satu.

"gua pasti jagain lo" kelvin tersenyum tipis, seraya pergi meninggalkan kiana.

Kelvin tak tau ada apa dengan dirinya, tapi rasa pedulinya datang lagi, tepat pada kiana. Entah karena apa, entah rasa kasihan atau bagaimana, yang jelas kelvin ingin melindungi kiana.

Kiana, kiana masih berdiri kokoh pada tempatnya, ucapan kelvin seakan memaku tubuhnya pada tanah, jantungnya mulai berdegub tak terarah, ada seutas senyum yang kiana Sembunyikan.

'apaan sih ki, nggak lo nggak mungkin jatuh cinta. Mau mati lo' batin kiana.

Kiana beranjak dari tempatnya, ingin melupakan hari ini, tapi apa daya kata-kata kelvin menghantuinya. Tak bisa dipungkiri, kata-kata itu membuat kiana tersenyum sendiri menuju kelas.
_

Kiana duduk dimeja belajarnya, menghadap jendela, menatap indah langit malam ini. Sebentar ia tersenyum, membayangkan betapa hatinya bergemuruh ria mendengar bahwa kelvin akan menjaganya.

Ditepisnya itu "nggak nggak, semua cowok pasti gitu, sok manis. Dia berbahaya kiana, Ayolah lupakan hari ini" kiana menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"sayang kamu ngapain, senyam senyum geleng-geleng. Kenapa sih"
Tanya mama kiana yang sudah berdiri diambang pintu, heran melihat tingkah anaknya itu.

"mama, mama dari kapan disitu" kiana balik bertanya.

"baru aja kok, mama mau panggil kamu makan malam. Emangnya kenapa sayang," mama masuk mendekati kiana.

Colour And LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang