Chapter 6

38 32 9
                                    

Hello guyss, jangan lupa tinggalin jejak ya. I love you so much😂😂😂

Bu Tuti, guru matematika yang seharusnya sudah mengajar dikelas 11 ipa c 15 menit yang lalu belum juga tiba dikelas. Ketua kelas mengumumkan bahwa Bu Tuti sedang ada urusan, jadi tidak bisa mengajar hari ini.

Suasana kelas sudah riuh seperti pasar, semua siswa asik dengan kegiatanya masing-masing. Ada yang bernyanyi ria, ada yang sibuk ngerumpi, main handphone, baca buku, dan lain sebagainya.

Gubraaaaaaaaaak!!!!

Sebuah meja tak bersalah menjadi sasaran pukulan seorang cowok yang baru saja masuk kekelas 11 ipa c.

"maksud lo apa jelek-jelekin adik gue ha" cowok itu menarik kera baju Dimas si pemilik meja yang masih duduk kaget, membawanya berdiri.

"gue pikir lo temen gue" lanjut cowok itu, emosinya sudah mencapai ke ubun-ubun.

Beberapa tinjuan sudah melayang ke sekujur tubuh Dimas. Suasana semakin ramai, ada yang berteriak histeris saat pukulan mendarat, ada yang mencoba melerai, ada juga yang sok nggak perduli.

Kiana membeku berdiri disamping mejanya, matanya tak berkedip menyaksikan keributan didepannya.

"Rio, Kelvin kenapa" tanya Andini yang berada di sebelah Kiana, saat Rio datang memasuki kelas.

Kelvin, Kelvinlah cowok yang memasuki kelas 11 ipa c dan menghajar Dimas saat ini.

"sebentar" Rio menoleh, lalu berlari kebelakang melerai Kelvin dan Dimas.

Kiana masih pada posisinya, matanya mengamati setiap hantaman yang Kelvin lepaskan. Matanya menutup saat hantaman berbalik mengenai Kelvin. Tapi Kelvin masih menguasai perkelahian ini, Dimas hanya sesekali membalas, sisahnya lebih banyak mengelak dan pasrah.

Mata Kelvin bertemu pada mata Kiana, tiba-tiba saja tanganya tak bisa menghantam Dimas kembali. Kelvin seakan-akan merasakan kekecewaan Kiana padanya, ia tak ingin Kiana kecewa. Entahlah, rasa itu tiba-tiba ada.

Ditatapnya Kiana beberapa saat, Kiana tau Kelvin menatap kearahnya. Kiana tak mengalihkan pandanganya, seperti ada pembicaraan dimata keduanya. Kelvin memejamkan matanya sebentar sebelum berlalu meninggalkan kelas Kiana.

"hay Din, Ki, Ra" sapa Rio mendekat.

"Kelvin sama Dimas kenapa" tanya Andini, Kiana dan Rasty hanya tersenyum membalas sapaan Rio.

"Dimas bilang kalo adiknya Kelvin itu bitch, padahal adiknya Kelvin nggak gitu. Dimas sama adiknya Kelvin juga udah lama banget nggak ketemu, nggak tau dah tu Dimas kenapa" jelas Rio dibalas anggukan 3 gadis didepanya.

"Btw, lo hebat Ki. Gue nggak tau ada apa lo sama Kelvin. Tapi lo bisa buat emosi dia nurun, kalo nggak ada lo Dimas bisa koma mungkin" lanjut rio terkekeh.

"ha? Maksud lo?" Kiana tak mengerti.

"tatapan kalian tadi gua liat, gue ngerti setiap ekspresi yang keluar dari Kelvin, gue kenal Kelvin sudah lama banget. Dulu cuma Selin yang bisa nurunin emosi Kelvin" Rio seraya melangkah meninggalkan Kiana dan teman-teman.

"lo mau kemana" Andini bersuara.

"nyusul Kelvin, gue takut dia justru ngabisin orang yang nggak bersalah" Rio berhenti melangkah.

"biar gue aja" Kiana, sedikit berlari keluar kelas.

"gue ikut Ki, nggak mau jadi nyamuk gue" seru Rasty hendak mengejar Kiana.

"ck, ikut Kiana jadi nyamuk juga kali" cetus Rio, mendekati Andini yang sedari tadi sudah terkekeh.

"ampun dah, nasib" Rasty berjalan meninggalkan sepasang manusia tanpa status, siapa lagi kalo bukan Andini dan Rio.

Colour And LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang