PART 2 : Sister Time

1.3K 260 240
                                    

UCAPKAN SALAM SEBELUM LANJUT MEMBACA

Teruntuk kamu,
cuma mau bilang ngasih komen dan vote nggak bayar, lho. Jadi boleh dong nyumbang komen sebanyak-banyaknya. Wkwk

Untuk yang ngerasa pelit aja:

Cuma mau bilang, katanya orang pelit itu kuburannya sempit terhimpit.

IOIOIOI

"Manda pulang!" teriak riang Diamanda ketika memasuki rumah.

Selalu seperti itu. Tidak peduli seberapa sulit harinya di luar sana, dia akan selalu menampilkan wajah cerah ceria saat pulang ke rumah.

Alasannya hanya satu.
Tidak baik membawa pulang masalah.

"Eh, Non Manda udah pulang. Pasti haus, 'kan? Bibi buatin jus jeruk mau yaa? Pasti mau dong, kan minuman favorit, Non." Bi Aya bertanya sembari mengiringi langkah anak majikannya.

Bi Aya adalah salah satu asisten di rumah Diamanda. Dia sudah bekerja dengan keluarga Batubara selama belasan tahun. Tidak heran, jika wanita berumur senja ini tahu persis apa yang menjadi kesukaan anggota keluarga Batubara.

"Boleh boleh. Enak tuh. Minta dua gelas ya, Bik. Tolong langsung dianter ke kamar," balas Diamanda sambil terburu-buru menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua. Badan penatnya sudah meronta-ronta meminta jatah rebahan di kasur empuk dengan ditemani kehangatan selimut.

Dengan gerakan cepat Diamanda memasuki kamar, melempar asal tas ransel ke sudut ruang dan memjatuhkan diri di atas kasur busa berukuran double size.

Belum semenit punggung Diamanda mengecap kelembutan kasur, Intania Galena Batubara (sepupunya dari pihak Ayah) yang setahun belakangan ini tinggal di rumah Diamanda, masuk kamar dengan tiba-tiba.

"MANDA! Ngapain kamu jadi ketua Kopsis?"

Selain tinggal di rumah yang sama, Diamanda dan Intania bersekolah di SMA yang sama. SMA Pembangunan. Mereka juga berada di angkatan yang sama, tapi berbeda kelas.

"Bisa nggak sih kalo bertamu ke kamar orang, ketuk pintu dulu. Ucap salam baru masuk. Sopan dikit bisa, 'kan? Nggak usah bar-bar kaya di hutan."

Dengan langkah gontai, Intan menutup pintu kamar Diamanda dari luar. Dia menghitung satu sampai sepuluh, kemudian mengetuk pintu perlahan dan membukanya.

"Manda, Intan masuk ya."

"Telat!"

Intan tersenyum. Memamerkan deretan gigi putih yang tersusun rapi memagari mulutnya. "Lebih baik telat, daripada tidak sama sekali. Haha."

"Terserah!"

"Dibilangin anak kecil kok nggak percaya."

"Haresret!"

"Ngeyel."

"Permisi." Sebuah suara menginterupsi pertengkaran mereka, menarik perhatian dua gadis sebaya yang tengah asyik adu mulut. "Ini, Non, jus jeruknya."

Surat Dari AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang