Ayla semakin mengeratkan cengkramannya pada tas punggung berwarna biru pastel itu. Wajahnya sudah tegang sejak tadi. Pijakannya sudah mulai bergeser, tapi ia masih berusaha keras mepertahankan tas itu. Kalau boleh jujur, sebenarnya cewek itu ketakutan.
Ia takut kalau preman-preman itu akan berbuat macam-macam padanya karena perlawanan itu. Apalagi ini malam hari, dan di tempat sepi pula. Tapi mau bagaimana lagi? Cewek itu sama sekali tak punya pilihan lain. Isi tas itu jauh lebih penting baginya.
"Lepas! Lepasin! Lepasin tas aku!" Ayla terus memberontak, mempertahankan benda miliknya.
"Serahin tas lo. Atau lo bakal celaka." Bentak preman itu.
Ayla menggeleng kuat-kuat. "Gak akan."
"Nih bocah bener-bener ya. Lo pengen mati?!"
"Bos, yang satunya udah beres." Seru salah satu preman dari arah belakang.
Ayla menoleh ke belakang. Ia melihat Mang Diman jatuh tersungkur dengan luka lebam di sekitar wajahnya.
Mang Diman berusaha berdiri, tapi preman itu terus saja menendanginya.
"Tolong lepasin kita, Bang. Kasihan Mang Diman." Mohon cewek itu. Matanya mulai memanas."Kalo lo mau lepas, serahin tas lo sekarang juga!"
Ayla memejamkan matanya kuat-kuat. Tatapan preman itu semakin menakutkan saja. Cewek itu juga merasakan cipratan ludah preman itu menganai wajahnya. "Tolong lepas." Lirihnya.
"Serahin tas lo!"
Ayla menarik napas kuat-kuat, berusaha mengumpulkan keberanian. Kemudian,
"TOLONG! TOLONG! SIAPAPUN DISANA, TOLONG!" Teriaknya.
"Eh lo mau nyari mati?!" Salah satu preman datang dan menodongnya dengan pisau.
Pyaarr....
Cewek itu terhenyak.
Sebuah botol kaca melesat dan tepat mengenai preman yang menodongnya tadi, sehingga membuat preman itu jatuh tersungkur ke tanah."Dasar cupu. Beraninya main keroyokan, itupun sama cewek." Seru seorang cowok. Ia kemudian maju, melawan dua orang preman itu seorang diri.
Sepuluh menit berlalu, preman-preman itu tunggang langgang mengahadapi cowok itu. Sampai akhirnya mereka kabur.
"Awas lo ya. Urusan kita belum selesai." Seru salah satu preman sebelum kabur.
"Silahkan! Gue gak takut sama lo."
Cowok itu kemudian menghampiri Ayla, "Lo bego banget sih jadi orang! Harga tas lo masih gak ada apa-apanya dibandingin nyawa lo."Tapi cewek itu malah tersenyum lebar. "Makasih ya. Tadi itu keren banget."
Cowok itu menautkan alis, "Dasar cewek aneh." Ia lalu berbalik, menghampiri Mang Diman dan membantunya berdiri. "Bapak gak apa-apa?""Terima kasih ya, Nak. Mamang tidak apa-apa."
"Iya, sama-sama." Balas cowok itu.
Ayla menghampiri kedua orang itu.
"Non Ayla gak apa-apa?"Cewek itu menggeleng. "Ayla gak apa-apa, Mang."
"Kita pulang sekarang, Non?"
"Eh, tunggu dulu." Ayla kemudian masuk ke dalam mobil dan mengambil kotak P3K. "Mang Diman harus diobati dulu lukanya. Biar gak infeksi."
"Gak usah, Non. Mamang gak apa-apa kok."
"Gak. Pokoknya kalo Mang Diman gak mau diobati, Aylia gak mau pulang." Cewek itu mengambil alkohol dan kapas dari dalam kotak tersebut, kemudian mengobati Mang Diman dengan telaten.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILYRA [Sudah Terbit]
Teen FictionLari bukanlah cara yang dewasa untuk menghadapi masalah. Alih-alih menyelesaikan masalah, justru membuat masalah semakin gemas memburumu. Namun, Memangnya siapa yang sanggup bertahan ketika masalah tiada henti mendatangi? Bukankah lebih baik pergi...