"Kak Yudhis." Ucap Ayla dengan suara bergetar. "Akhirnya Kakak datang."
"Harus banget ya pake nangis? Kayak gak ada cara lain aja." Cibir cowok itu.
"Aku nangis bukan karena sedih, tapi bahagia." Jawab Ayla. "Aku kangen sama Kakak." Jujurnya.Yudhis terkekeh mendengar itu.
"Kenapa Kakak ketawa?" Ayla merasakan tubuh cowok itu sedikit bergetar. Ia lalu melepaskan pelukannya. "Ada yang lucu ya?"
"Sikap polos lo yang lucu." Yudhis mencolek hidung Ayla. "Ayo ikut gue."
"Kemana?"
Cowok itu tersenyum singkat. "Gue punya kejutan buat lo."
***
"Ini kita mau kemana sih?" Ayla sudah gemas ingin membuka penutup matanya.
"Eh jangan dibuka."
"Aku kepo, Kak." Jujur cewek itu.
"Sabar. Bentar lagi juga nyampe." Yudhis masih terus menuntun cewek itu ke tempat yang ia maksud.
"Masih jauh gak?"
"Bakalan lebih jauh lagi kalo lo masih ngomong."
Ayla meringis, "Maaf, Kak."
Beberapa langkah lagi dan Yudhis menghentikan pergerakannya.
"Udah sampe?"
"Iya." Jawab cowok itu. "Sekarang lo boleh buka mata.”
Ayla mengangguk, lalu melepas penutup matanya.
Mata cewek itu terbelalak ketika melihat pemandangan di hadapannya. Hingga tanpa sadar, mulutnya sudah setengah terbuka.
"Gimana? Suka gak?"
"Suka banget. Makasih ya, Kak." Jawab cewek itu antusias. "Kak, aku boleh kesana kan?"
Cowok itu mengangguk sambil tersenyum.
Ayla tersenyum riang, kemudian berjalan sambil memainkan tirai-tirai origami burung yang ada di hadapannya.
Cewek itu tak henti-hentinya terkagum memandangi banyaknya origami itu. Seratus, dua ratus, tiga ratus, mungkin lebih. Jumlahnya banyak sekali, sampai-sampai celah antar pohon itu tertutup rata oleh tirai origami, membentuk satu ruang tersendiri.
"Ada yang bilang kalo ada yang bikin seribu burung kertas, maka satu permintaannya akan dikabulkan."
Ayla spontan menoleh, menatap cowok itu. "Kakak buat permintaan apa?"
"Bukan buat gue. Tapi buat lo."
"Maksudnya?"
"Origami ini jumlahnya sembilan ratus sembilan puluh sembilan. Gak pas seribu." Yudhis merogoh saku celananya. "Karena permintaan gue ada di burung yang ke-seribu ini." Ia kemudian menyodorkan burung kertas tersebut pada Ayla. "Pasang disana kalo emang lo terima gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
AILYRA [Sudah Terbit]
Teen FictionLari bukanlah cara yang dewasa untuk menghadapi masalah. Alih-alih menyelesaikan masalah, justru membuat masalah semakin gemas memburumu. Namun, Memangnya siapa yang sanggup bertahan ketika masalah tiada henti mendatangi? Bukankah lebih baik pergi...