[7] moodbooster

1.8K 98 1
                                    

Ayla semakin meringkuk, menangis di dalam pelukan Kakaknya. Isakannya terdengar memenuhi sudut kamar.

"Udah ya. Jangan diambil hati omongan Papa tadi." Diandra menepuk lembut punggung Ayla yang sudah semakin bergetar, berusaha menenangkannya.

"Yang dibilang Papa bener, Kak." Ucap Ayla dengan suara bergetar. "Ayla yang salah. Harusnya kalo emang dari awal Ayla nurut sama apa yang dibilang Papa, Ayla gak akan mainin itu."

"Kakak yang salah. Kakak yang udah maksa kamu."

"Ayla udah bikin Papa kecewa, Kak. Ayla bukan anak yang baik buat Papa." Tangisan cewek itu semakin menjadi.

"Hey, dengerin Kakak." Diandra mengendurkan pelukannya, kemudian menangkupkan wajah Ayla dengan kedua tangannya. "Kamu gak salah apa-apa. Kamu anak yang baik. Mungkin tadi Papa cuma kecapekan aja di kantor, makanya dia marah-marah."

"Kenapa sih, Kak, Ayla selalu aja salah di mata Papa? Apapun yang Ayla lakuin selalu bikin Papa marah."

***

"Psstt.... psstt..."

Cewek itu spontan mendongak, mengedarkan pandangan ke rak-rak buku yang berada di sekitarnya. Tapi tak ada orang disana. Ia pun kembali fokus pada buku tebal yang dipegangnya.

"Psstt... psstt..."

Suara tersebut kembali terdengar.

"Duh, siapa sih yang iseng. Gak lucu tau gak." Kesalnya. Cewek itu pun kemudian berdiri, kembali memeriksa sekitar.

Buugg...

Cewek itu meringis memegangi kepala bagian belakangnya. Kali ini kesabarannya sudah mulai menipis. Ia menyambar kasar bulatan kertas yang tadi mengenai kepalanya itu sambil mendengus sebal.

"Ini orang kurang kerjaan kali ya. Udah tau perpustakaan, area tenang, masih aja iseng." Dengusnya. Ia kemudian membuka remukan kertas tersebut.

Terdapat dua lapis. Ia membuka lapisan paling luar, barangkali ada surat atau apa.

'Mundur lima langkah dan kau akan menemukanku'

Kalimat itu membuat kening Ayla berkerut. Yang benar saja? Permainan macam apa ini?

Ia lalu membuka kertas yang kedua.

'Lakukan atau hidupmu tidak akan tenang,'

Cewek itu menelan ludah. Entah kemana pikirannya saat ini. Tapi yang jelas, sosok pertama yang muncul dalam benaknya adalah arwah penghuni perpustakaan. Perlahan ia langkahkan kakinya mundur selangkah demi selangkah.

Satu,

Dua,

Tiga, langkahnya semakin lambat. Tapi mau tak mau ia harus melakukannya.

Empat, cewek itu meremas jemarinya.
Ia menarik napas kuat-kuat, dan

Jeduk...

Cewek itu mematung di tempat. Ia merasakan tubuhnya menabrak seseorang di belakang. Perlahan ia menoleh, tapi tiba-tiba gerakannya tertahan karena ia merasakan ada tangan yang melingkar di tubuhnya.

"Kalo pengen marah atau nangis, gue siap buat jadi pelampiasan." Ucap orang itu.

Cewek itu spontan menoleh, "Kak Yudhis?"

"Gue tau lo sedih. Gue tau lo lagi banyak masalah. Gue bisa rasain itu dari tatapan lo." Bisik cowok itu. "Ayla Nadira juga manusia. Dia punya hak atas apapun yang dia rasain."

AILYRA [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang