“Sini, Ay. Biar gue tunjukin cara mainnya. Gak susah kok.” Melody mengambil posisi, bersiap memainkan sebuah lagu dengan biolanya. “Tapi jangan dilihatin doang. Rekam juga. Biar bisa dilihat lagi kalo lo kangen sama gue.”
“Iya, bawel.” Ayla turun dari ranjangnya kemudian mengambil posisi untuk merekam aksi temannya itu.”Beres.”
Melody melirik sejenak ke arah Ayla, kemudian mulai menggesek biola tersebut. memainkan nada-nada indah dari lagu ‘A million dreams’, official soundtrack dari film favoritnya ‘The Greatest Showman’.
Ayla semakin larut dalam buaian nada-nada lembut Melody. Ini sudah kesekian kalinya ia menyaksikan penampilan cewek itu. Tapi itu sama sekali tak menyurutkan kekagumannya akan kepiawaian Melody dalam memainkan biola. Bagi Ayla, Melody adalah violinist terbaik dunia.
“Woy, sadar, Neng. Jangan bengong aja. Ntar kesambet lho.” Melody menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Ayla. “Pertunjukannya udah selesai.”
“Oh, udah ya. Kok cepet?”
“Masa sih? Itu tadi satu lagu full lho.”
“Yang bikin cepet bukan lagunya, tapi nagihnya.”
“Bisa aja.”
Tak lama, terdengar dering ponsel. Melody buru-buru menyambar ponsel tersebut danmengaktifkan layarnya. Terdapat sebuah pesan masuk. “Ay, gue balik duluan ya. Elang ngajak ketemuan.”
“Oh, oke. Tapi biolanya?”
“Udah, taruh sini aja dulu. Kapan-kapan gue ambil.”
“Melody siapa dek?” Diandra menoleh ke arah Ayla, “Ye, ditanya malah ngelamun.”
“Hah? Kakak tadi nanya apa?”
“Melody siapa?” Ulang Diandra. “Temen kamu?”
Ayla terdiam cukup lama, berusaha mencari alasan yang logis. Tidak mungkin ia menceritakan yang sebenarnya pada Diandra, “I-iya, Kak. Tapi anaknya lagi di luar kota sekarang. Makanya biolanya dititipin ke aku.”
“Oh, yaudah kalo gitu. Tapi jangan sampe ketahuan sama Papa ya. Ini kan bukan punya kamu.”
“Iya, Kak.”
***
"Seriusan, Ay? Lo udah jadian sama Kak Yudhis?" Tanya Nadia dengan suara empat belas oktafnya. Untung saja kelas sedang jamkos dan kelas sedang rame-ramenya. Jadi teriakannya tidak terlalu mencolok.
Ayla sampai harus menutup telinganya guna meredam polusi suara itu. "Santai, Nad. Pecah nanti kaca disini."
Nadia meringis, "Hehehe, sorry. Habisnya gue terkejoet.""Iya, iya, percaya."
"Eh, tapi seriusan kan? Gila. Gue udah ketinggalan berita banyak kalo gini." Ucap Nadia. "Ay, pokoknya lo harus ceritainsemuanya ke gue. Gue udah kepo tingkat dewa."
Ayla mendengus sebal. "Untung aja cuma satu. Coba kalo bareng sama Jessy, pasti bakal lebih heboh lagi."
Mendadak Nadia teringat sesuatu. "Oh iya, si Jessy kemana? Kok gak kelihatan dari pagi."
"Jessy gak masuk. Dia lagi liburan ke Bali sama keluarganya."
Nadia ber-oh mendengar jawaban Ayla.
"Jam berapa sekarang?" Tanya Ayla.
Nadia melirik jam tangannya sejenak. "Jam sepuluh."
"Infonya bener gak sih?"
"Info apaan?"
"Katanya hari ini pulpag." Jawab Ayla. "Gurunya rapat."
"Semoga bener Ya Allah. Nadia udah gak nahan."
Ayla menatap temannya itu dengan kening berkerut. "Gak nahan apa?"
Tak lama setelah itu,
Teet.... Teet....
Bel pulang sekolah berbunyi.
Sontak saja itu membuat kelas yang semula sudah gaduh jadi berkali-kali lipat kegaduhannya. Maklum, sebagai seorang pelajar, pulpag adalah suatu keajaiban yang amat sangat jarang terjadi."Alhamdulillah wa syukurillah. Ternyata Tuhan masih sayang sama gue." Pekik Nadia. "Gue bilang balik sekarang." Cewek itu buru-buru merapikan alat tulisnya,
"Eh, mau kemana, Nad. Buru-buru banget."
"Gue harus siap-siap, Ay. Ada konser EXO nanti sore." Nadia langsung ngibrit setelah menyelesaikan kalimatnya.
Sedangkan Ayla hanya bisa geleng-geleng kepala sambil mengelus dada. "Untung masih temen." Gumamnya."Udah selesai beres-beresnya?"
Ayla langsung menoleh, merasa tidak asing dengan suara itu. "Kak Yudhis ngapain kesini?"
Bukannya menjawab, cowok itu malah nyelonong masuk.
"Kak, masih banyak anak disini." Bisik Ayla.
"Kenapa emangnya? Malu?"
"B-bukan itu. Cuma gak enak aja dilihatin."
"Makanya cepetan." Ucap cowok itu enteng. "Biar kita bisa cepetan pergi."
"Emang Kakak mau ngajakin aku kemana sih?"
"Kafe."
"Mau tampil lagi?"
Yudhis mengangguk, "Ntar siang jam satu."
"Tapi Kak Yudhis anterin aku pulang dulu ya. Nanti aku berangkat sendiri aja kesananya."Ucap Ayla. "Kan masih tiga jam lagi."
"Iya."
***
PRAAKK.....
Ayla langsung masuk ke kamarnya begitu mendengar ada yang dibanting.
Tepat saat pintu terbuka,
Matanya terbelalak,
"Papa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AILYRA [Sudah Terbit]
Teen FictionLari bukanlah cara yang dewasa untuk menghadapi masalah. Alih-alih menyelesaikan masalah, justru membuat masalah semakin gemas memburumu. Namun, Memangnya siapa yang sanggup bertahan ketika masalah tiada henti mendatangi? Bukankah lebih baik pergi...