Hai hai aku up🤗 jangan pelit ninggalin Vote and Comment ya😘 maaf bila nanti banyak typo😁
Raras sedang memandang beberapa bunga bermekaran yang ada di taman belakang milik keluarga Nugroho. Ada satu bunga yang warnanya berbeda dari yang lain. Hal itu membuat Raras teringat akan dirinya.Raras mendekat ke arah bunga itu dan memperhatikannya dengan seksama.
"Kau sama seperti ku bunga, kita berbeda diantara mereka. Kau berbeda warna dengan yang lain, sedangkan aku. Aku adalah orang tak cantik dan tak berpendidikan di antara yang lain." Raras menunjukan senyum mirisnya.
"Tetapi kalian memiliki keistimewahan tersendiri." Tiba-tiba terdengar suara dari arah lain.
Raras menghadap ke sumber suara. Di sana Wisnu sedang berjalan ke arahnya dengan kedua tangan di masukan ke dalam saku celananya. Sangat tampan dan berkarisma, Raras dibuat terpukau dengannya.
"Ahh tuan muda." Raras segera berdiri dan memberi salam kepada Wisnu.
"Kamu tidak perlu berbicara formal terhadapku. Kita akan menikah bukan?" Wisnu duduk di salah satu bangku taman itu, diikuti Raras yang berdiri di sebelahnya. Postur duduk milik Wisnu bahkan sangat sempurna. "Kemarilah, duduk di sebelah ku!" Lanjut Wisnu memerintah.
"Tapi tuan.."
Wisnu memotong. "Ini perintah Raras, dan baru saja saya bilang jangan panggil dengan sebutan tuan, panggil saja namaku."
Raras terkejut dengan itu dan segera berseru. "Itu tidak sopan tuan." Cicit Raras.
"Ahh sudahlah, sini." Wisnu menarik pergelangan tangan milik Raras agar duduk di sebelahnya. "Kenapa kamu berbicara kepada bunga itu?" Tanya Wisnu setelah Rars duduk di sebelahnya.
Raras berkata sambil melihat dimana bunga itu berada. "Tidak tuan, saat melihat bunga itu saya seperti melihat diri saya sendiri."
"Kenapa seperti itu?"
"Saya sangat berbeda dengan orang lain, saya tidaklah cantik bahkan saya tidak berpendidikan seperti yang lain, sama seperti bunga itu yang memiliki warna berbeda dari yang lain." Jelas Raras.
"Mungkin mereka berpendidikan tetapi apakah dia memiliki kualitas seperti dirimu." Wisnu menghadap ke arah Raras dan menatap langsung pada kedua manit mata itu.
"Mm... maksud tuan?"
"Kamu memang tidak berpendidikan tetapi kamu memiliki etika di dalam dirimu. Kamu menghormati orang yang lebih tua, bersikap sopan juga baik. Dan yang terakhir kamu bilang kamu tidak cantik itu salah. Kamu sangatlah cantik walau pakaian mu menunjukan hal yang berbeda, mungkin kau menyembunyikan semuanya dari pandangan yang lain." Kedua pipi Raras bersemu merah karna malu mendengar pujian dari Wisnu, mungkin saja dia berkata seperti itu karena tidak ingin menyakiti hatinya.
Wisnu memang mengakui kalau Raras sangatlah cantik. Dari awal bertemu dia sudah mengakui akan hal itu. "Maaf." Kata Wisnu.
"Untuk apa tuan?" Raras menaikan sebelah alisnya dengan heran.
"Maaf waktu insiden lumpur saat berada di pasar dulu." Raras mencoba mengingat-ingat akan itu.
"Owhh... tidak apa-apa tuan. Tuan pasti tidaklah sengaja." Jawab Raras dengan senyuman.
"Aku kira kamu gadis matrek yang mengambil kesempatan dalam kesempitan, tetapi saat memikirkannya lagi saya memang salah."
Sebenarnya bukan itu yang sebenarnya. Setelah melihat Raras yang akan menjadi pasangan hidupnya Wisnu langsung memerintahkan sekertarisnya untuk memeriksa kehidupan dari Raras. Dan dari informasi sekertarisnya memberitahu kalau Raras adalah wanita yang baik tetapi dia gadis tak berpendidikan.
Wisnu memang tidak mencintai Raras tetapi ia berjanji kalau ia akan memberikan kehidupan yang layak untuk Raras. Ya walaupun dengan prinsip mereka masing-masing. Karena dia adalah pasangan hidupnya, maka Wisnu berjanji untuk merawatnya.
"Kalau begitu ayo kita segera masuk, hari sudah menjadi sore!"
"Baiklah tuan."
Mereka beriringan memasuki rumah dan tanpa mereka tau kalau Yani melihat interaksi mereka. Yani menyungingkan senyum dan bergumam.
"Aku memang tidak salah menjadikan dia menantuku."
Yani segera pergi ke arah ruang tamu, ia meminta agar para anggota keluarga segera berkumpul ada hal yang sangat penting ingin disampaikan ke pada mereka semua menyangkut akan hari pernikahan Wisnu dan Rars.
Mereka semua telah berkumpul termasuk dengan Wisnu dan juga Raras.
"Ada apa kak?" Tanya Aryo selaku paman dari Wisnu. Jika mereka dikumpulkan seperti ini maka Yani pasti akan mengatakan sesuatu yang penting.
"Saya sudah mendapatkan hari yang bagus untuk Wisnu dan Rars menikah." Ucap Yani.
"Benarkah itu kak." Sandrina ikut angkat suara.
"Kapan hari itu istriku?" Nugroho juga ikut angkat suara menyangkut pernikahan Wisnu.
"Lima hari lagi adalah hari yang pas."
Semula Cintia yang sedang meminum tehnya tersedak seketika. Apakah mamanya itu benar-benar akan menikahkan perempuan kampung itu dengan kakaknya. Kenapa mamanya belum juga sadar.
"Apa itu tidak terlalu cepat mah?" Perotes Cintia dengan cepat.
Nyonya besar menatap putrinya yang selalu keras kepala dengan mengatakan. "Tidak Cintia, itu hari yang pas. Bagaimana menurut kamu Wisnu?" Yani beralih menatap Wisnu yang hanya diam dikursinya.
"Aku terserah mama." Jawab Wisnu.
Jika dia menolakpun tak akan bisa melawan ibunya itu.
"Dan kamu Raras?" Beralih bertanya kepada Raras.
"Emm... saya terserah nyonya saja." Dengan menundukan kepalanya.
"Baiklah kita semua sudah menyetujuinya, lima hari lagi akan ada pernikahan di kediaman keluarga Nugroho. Raras kamu segera kabari keluargamu untuk segera datang? Dan aku akan menyiapkan segala keperluan yang nanti kita butuhkan."
"Baik nyonya."
Mereka semua segera beranjak menuju kamar masing-masing. Raras pergi ke arah dimana telefon rumah di letakkan. Ia memencet nomor telefon milik pamannya.
Tut tut tut
Menunggu sampai suara getaran itu terjawab. "Halo." Suara pamannya terdengar dari arah lain.
"Halo paman ini Raras."
"Owh Raras, bagaimana kabar kamu nak? Apakah kamu makan dengan baik di sana? Apakah keluarga Nugroho baik kepadamu?" Gilang bertanya dengan rasa yang kawatir.
"Tenanglah paman aku baik-baik saja, keluarga Nyonya juga sangat baik kok. Ooh ya paman Raras ingin menyampaikan sesuatu kepada paman serta yang lain, kalau lima hari lagi Rars akan menikah." Raras mengatakan dengan senyum yang terkembang dibibirnya.
"Apa?? Lima hari lagi? bagaimana ini Ras, paman masih belum mengumpulkan uangnya?" Terdengar kalau suara Gilang yang begitu khawatir.
"Paman tenang saja, kata nyonya keperluan untuk pernikahan nyonya yang urus kok. Paman hanya perlu memberi restu dan juga datang ke sini."
"Tentu paman akan memberikan restu, paman juga akan datang ke sana."
"Kalau begitu Rars tutup dulu ya paman?"
"Baiklah, kamu terus jaga kesehatan ya Ras!"
"Iya paman, paman juga harus jaga kesehatan."
Tut tut tut
Raras segera menutup telfonya dan segera pergi ke kamarnya. Hatinya sangatlah bahagia, dia tak menyangka akan mendapatkan keluarga calon mertua yang baik. Yang mau menerimanya apa adanya. Entah nasip apa yang akan di terima Raras nanti, yang terpenting ia akan menjalankannya dengan baik.
🐳🐳🐳
Lanjut......
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Takdir Dan Jodoh (Tamat)
Roman d'amourSebuah keluarga yang kaya raya sedang ingin mencarikan pasangan untuk anak pertama mereka. bukan halnya mencarikan jodoh untuk anaknya dari kalangan atas atau sepantaran melainkan dari sebuah desa yang sangat kecil. . . . "apaaa... nyonya besar aka...