Hari ini adalah hari dimana nyonya besar akan datang kerumah keluarga Gilang. Segala persiapan telah dilakukan dirumah kecil itu, mulai dari menata dekorasi rumah sampai menyiapkan berbagai macam masakan untuk kehadiran orang yang terhormat. Kedatangan Nyonya besar hanya seorang diri, tanpa tuan besar ataupun tuan muda. Membuat semua orang sedikit bertanya-tanya.
Setelah semua dirasa sudah cukup, suara yang begitu keras membuat semua terkaget bercampur dengan kebahagiaan. "Nyonya datang..... nyonya datang...." diikuti oleh suara riuh penduduk desa. Mendengar itu keluarga kecil Gilang segera berdiri untuk menyambutnya.
Sebuah mobil mewag berhenti tepat didepan mereka, banyak penduduk yang tidak sabar melihat seseorang yang kaya raya mau datang dari kota yang besar menuju kampung kecil mereka. Nyonya sangat terkenal di desa ini karena beliau sering memberi dana kepada desa tersebut, sikap dermawan miliknya membuat penduduk desa sangat menghormatinya.
Seorang perempuan baruh baya keluar dari mobil mewah tersebut. Penampilan yang terlihat begitu memukau, pakaian yang sederhana tetapi terlihat sangat mewah yang di kenakan membuat suasana yang ditimbulkan menjadi hangat namun terasa tegas.
Diana segera merapikan pakaiannya sedikit dan berjalan menuju nyonya besar. "Selamat datang nyonya.." dan menyambutnya dengan sangat antusias. Nyonya hanya menganggukkan kepalanya tidak berbicara. "Silahkan duduk nyonya."
"Terima kasih." Ucap nyonya singkat.
Nyonya besar duduk dikursi yang sudah disiapkan, Diana dan Gilang juga duduk di kursi lain, sedangkan Sinta berdiri bersama Raras. Tetapi yang membedakannya adalah Sinta berdiri disebelah Diana dan Gilang. Sedangkan Raras, dia berdiri di sudut ruangan dan nyaris tidak terlihat.
"Ras, ambilkan minuman untuk nyonya besar..!" Perintah Diana kepada Raras. Jarak mereka duduk dengan meja hidangan lumayan jauh, Raras yang sudah mengerti berjalan untuk mengambil nampan yang sudah disiapkan.
Dengan sangat hati-hati Raras membawa nampan tersebut. "Silahkan nyonya...." kata Raras dengan sopan disertai dengan senyuman yang tulus.
Setelah menyajikan minuman itu Raras kembali ketempat semula di mana ia berada. Mencoba untuk mendengarkan apa yang akan mereka bicarakan.
"Ada keperluan apa sehingga nyonya besar datang kerumah kami yang kecil ini..?" Diana memulai pembicaran dengan bertanya apa yang sudah dia tau.
Nyonya besar menatap Diana dan berkata. "Pasti kamu sudah tau tujuan saya datang kemari."
"Kalau boleh tau apa tujuan ada repot-repot datang kemari nyonya?" Gilang ingin memastikan apa tujuan sebenarnya nyonya yang sangat di hormati ini datang ke rumahnya. Apakah benar beliau datang untuk melamar putri mereka.
Nyonya besar terdiam sejenak sebelum mengatakan. "Saya ingin meminang putri anda untuk putra saya!"
"APA....." Benar saja, Diana menjerit kesenangan mendengar apa yang telah nyonya katakan.
Nelihat siakap istrinya yang kurang hormat Gilang menegur. "Huss... jaga sikap kamu Diana, kau lupa ada nyonya besar disini!" Dengan suara yang sedikit ditahan.
Diana tersenyum malu. "Maaf aku terlalu bahagia."
"Bagaiman, apakah kalian setuju?" Nyonya kembali memulai pembicaraannya.
Dengan cepat Diana berkata. "Tentu saja nyonya, putriku akan menjadi menantu nyonya. Kami sangat senang mendengar itu.... Sinta, kemari salami nyonya besar nak, dia akan menjadi ibu mertuamu!" Diana menyuruh agar Sinta mendekat kepada nyonya besar.
Melihat itu nyonya besar segera berseru. "Tunggu dulu." Belum sempat Sinta melangkah sudah dihentikan oleh nyonya besar.
"Ada apa nyonya..?" Diana merasa binggung dengan perkataan nyonya besar, bahkan seluruh penghuni ruangan kecil itu merasa heran. Kenapa nyonya besar mencegah Sinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Takdir Dan Jodoh (Tamat)
Storie d'amoreSebuah keluarga yang kaya raya sedang ingin mencarikan pasangan untuk anak pertama mereka. bukan halnya mencarikan jodoh untuk anaknya dari kalangan atas atau sepantaran melainkan dari sebuah desa yang sangat kecil. . . . "apaaa... nyonya besar aka...