Chapter 10

625 90 34
                                    

Happy Reading
⬇⬇⬇








__

Hujan yang mengguyur kotanya sejak dua jam yang lalu belum juga berhenti, Tiffany memandang sendu butiran hujan yang menerjang kaca mobilnya, keadaan diluar menjadi sedikit buram karena air memenuhi seluruh badan kaca mobilnya. Nafasnya menjadi berat ketika air matanya turut serta mengaliri lekuk wajahnya.

Tiffany tersudut dalam kenangannya bersama sang pria bermata rusa. Ketika hujan seperti ini biasanya prianya itu selalu memberinya kehangatan dengan memeluk tubuh rampingnya , Tiffany semakin rapuh setiap harinya hanya untuk memikirkan nama itu.

“Maaf nona tetapi ponsel anda tidak berhenti berdering” Kekalutan Tiffany terusik oleh suara berat pria yang berprofesi sebagai drivernya. Tiffany menghapus air matanya. Ada perasaan enggan untuk menjawab sang penelfon tetapi untuk sesaat akhirnya dengan terpaksa Tiffany menjawab dengan suara yang tidak bersemangat

Tiffany terlibat beberapa saat dalam percakapannya bersama seseorang disebrang sana. Hingga akhirnya Tiffany mengakhirinya, kemudian meminta sang supir mengatarkannya kesuatu tempat. Tiffany merapihkan make-upnya yang sempat berantakan karena menangis.

Lima belas menit kemudian Tiffany sudah melangkahkan kakinya didalam Restaurant, matanya mengedar mencari seseorang yang tadi memintanya menemuinya. Langkah Tiffany mulai cepat ketika seseorang yang telah terduduk melambaikan tangannya untuk menyuruh Tiffany mendekat.

“Kenapa tidak bicara ditelfon saja” kata pertama yang Tiffany lontarkan seraya menarik kursi untuk didudukinya, orang itu tersenyum menatap Tiffany yang sudah duduk dihadapannya.

“Aku ingin mengatakannya langsung, apa aku telah mengganggumu?”

“Katakan saja, ada apa” terkesan tidak suka dan terburu-buru itu yang bisa ditangkap oleh pria yang meminta Tiffany menemuinya.

Untuk banyak alasan Tiffany memang benar tidak menyukainya bahkan sangat, tetapi karena pria dihadapannya ini adalah rekan kerjanya jadi tidak bisa Tiffany hiraukan begitu saja. Errick Kim, pria yang pernah menjadi bagian masa lalunya kini kembali hadir.

“Kau tahu aku hanya ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin kita berteman dan menjalani kerja sama ini tanpa unsur apapun”

“Aku tidak memiliki unsur apapun kau hanyalah sebagai rekan kerja dan kurasa sudah cukup. Aku tidak mengabaikanmu tetapi kau harus mengingat batasannya” Errick mengangguk paham, luka yang sempat ditorehkan tidaklah mudah untuk hilang begitu saja.

Errick mengambil senyumnya, Tiffany benar dirinya harus memahami batasan yang sudah diciptakannya. Tiffany tidak mengatakan apapun selain menjawab dengan nada acuh. Sadar hingga beberapa saat tidak satu katapun keluar dari mulut pria didepannya, Tiffany menyela dengan kejenuhan

“Jika tidak ada yang penting aku akan pergi”

“Tunggu Steph ..” Suara Errick menggurungkan niat Tiffany yang hampir beranjak mengangkat tubuhnya

“Sejak kejadd…” Errick hampir membuka mulutnya sebelum Tiffany menyelanya

“Jika kau hanya ingin mengatakan penyesalanmu, aku tidak membutuhkannya”

“Sungguh, kumohon dengarkan aku sebentar saja, ini sangat lama hingga kau mau duduk dihadapanku” Tiffany terlihat jengah dengan semua perkataan Errick. Apa pria itu fikir dengan mengutarakan semua penyesalan bisa mengubah dunianya yang terlanjur hilang? Tiffany menbencinya ketika pria itu bermain wanita ketika menjadi kekasihnya dulu dan membuatnya menjadi wanita pemabuk dan berakhir ditiduri pria brengsek yang merenggut kesuciannya sebagai seorang wanita.

NOT -Complete-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang