Chapter 12

491 71 9
                                    


Happy Reading
⬇⬇⬇











__

Dibalik tekadnya ternyata itu semua tidak semudah yang dipikirkan, ia harus beberapa kali menahan sesak didadanya karena menjaga jarak dengan sang pencuri hati. Bahkan demi tekadnya ia nekat memutuskan untuk keluar dari atap yang sama dan mencari tempat tinggal lain hanya agar matanya tidak bisa melihat tubuh kokoh itu. Jika ada kata yang mewakili rasa sakitnya mungkin ia akan menejelaskannya dan memohon bantuan untuk menyembuhkannya.

Ini sudah minggu keempat sejak ia memutuskan tinggal diAppartmentnya, dan sejak itu hanya terhitung dua kali netranya bertemu iris rusa yang menjeratnya begitu dalam. Kalian bisa membayangkannya bagaimana rindu yang begitu memupuk untuk bertemu sang pembuat.. tidak ada malam tanpa isak tangisnya, seolah itu sudah menjadi ritual malamnya ketika pikirannya selalu menguar pada pria bermarga sama. Bahkan sering ia tertidur dengan matanya yang tetap mengeluarkan liquid beningnya, sungguh ia sudah kehilangan keyakinan akan hilangnya perasaan ini karena setiap harinya perasaan itu semakin ada dan tumbuh begitu hebat.

Tidak hanya malam ini, melainkan sudah beberapa malam ia banyak sekali menenggak minuman mengandung alkohol. botol wine berserakan dilantai kamarnya, redupnya cahaya dan wajah yang sangat kacau membuat kesunyian begitu mendesaknya pada rasa sakit yang tiada tara. Matanya menelisik pada ponselnya yang tidak berhenti mengoceh sejak lima menit yang lalu dan dengan pandangan seadanya ia menarik ikon berwarna hijau dan menunggu suara disebrang sana. Sedikit makian ia dengar karena tidak menjawab telfonya namun itu tidak mempengaruhinya sama sekali  “Kau terus mengganggu dengan panggilanmu dan sekarang kau memakiku?! Aku tidak suka!” ia berjuang dengan kesadarannya yang sudah terkendalikan oleh alkohol

Stupid! Hahh.. dasar tidak tahu diri!” Ia melempar ponselnya diatas ranjang setelah secara sepihak memutuskan sambungan yang ada

Tangan yang mulai berat untuk menuangkan wine sukses membuat cairan berwarna ungu itu menyebar dilantai kamarnya, ia mendesah tidak suka minumannya terbuang sia-sia lantas dengan sisa tenaganya ia melempar botol wine yang beruntungnya tidak pecah kemudian merangkak naik keranjangnya yang tadi menjadi tempatnya bersandar. Sungguh semuanya sangat melelahkan hingga tidak sampai satu menit matanya tertutup dengan cairan bening yang mengalir dari sudut matanya

-

Jessica mengerjapkan matanya ketika pasokan cahaya menyerangnya dengan kesilauan, kepalanya sedikit pusing karena efek semalam yang menghabiskan dua botol lebih wine, tangannya terulur meraih jam kecil yang berdiri disisi nakas, sudah pukul sepuluh ternyata dan ia baru membuka matanya padahal setelah jam makan siang ia harus menghadiri acara dengan beberapa designer terkait konsep kerjasama Fashion snowflake untuk style pakaian hangat dimusim dingin yang akan segera tiba.

Jessica menebar pandangannya, sungguh betapa kacau kamarnya saat ini sekacau perasaanya dan dengan kepala yang masih terasa pusing Jessica memungut beberapa botol wine dan gelas kecil lantas membersihkannya sampai enak dipandang mata.

“Maafkan aku yang nyatanya tidak pernah bisa membuang perasaan bodoh ini, seberapapun jauh aku tidak melihatnya”.  Jessica mendudukkan tubuhnya diujung ranjang dengan tangan yang masih memegang keranjang sampah

Seolah ada lautan didalam matanya, ia tidak pernah kehabisan air matanya, selalu ada dan siap tumpah setiap detiknya. Ia kembali melirik jamnya yang ternyata sudah berlalu lebih dari satu jam dan ia belum bersiap untuk pergi kekantor dan mempersiapkan segala keperluannya untuk pertemuannya. Ia akhirnya memutuskan untuk menghubungi Victoria agar mempersiapkan segalanya jadi ketika setibanya ia dikantor ia tinggal pergi ketempat pertemuan.

NOT -Complete-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang