24

13.6K 1.6K 276
                                    

Kehilangan anak adalah hal paling mengerikan dalam sebuah keluarga. Venus dulu menangis sampai hampir buta saat kehilangan Josh. Abe cuma bisa memeluknya dan mengatakan semua baik-baik saja.

"Coba kau bunuh saja aku, siapa tahu aku bisa bertemu Josh di sana," bisik Venus pada siapapun yang menjenguknya.

Kini, aku melihat tragedi itu lagi di mata gadis yang kucintai. Dia tidak menangis atau melolong seperti Venus. Dia hanya memeluk lutut di tempat tidur. Berkali-kali perawat melarang karena gerakan itu bisa membuka luka jahitan di perutnya, tapi dia tidak peduli.

Aku hanya bisa menontonnya dari jauh. Rasa bersalah membuatku merasa sangat hina. Aku merasa benar-benar tidak pantas berada di dekatnya. Akulah penyebab semua ini. Jahanam itu melakukan semua ini untuk menyakitiku. Cattleya dan Sam hanya alat untuk menghancurkanku.

Aku sadar kalau aku pengecut sekali. Bahkan bertemu dengan gadis itu aku tidak bisa. Berhari-hari aku cuma berhenti di depan pintunya. Aku baru berani menjenguknya dan menangis di sampingnya kalau dia tidur.

Aku memang sepengecut itu.

Jahanam Morrison mengalami luka parah. Beberapa rusuk yang patah, tengkorak yang retak dan pergelangan kaki kiri yang harus diamputasi karena tulangnya hancur terjepit pedal dan kursi. Tapi itu tidak membuatnya lepas dari jeratan hukum. Ya, pengacaraku yang akan memastikan dia dihukum bahkan berkali-kali selama sisa hidupnya untuk semua kehidupan yang ia hancurkan.

Ponselku berbunyi. Ibuku. Setelah dering keempat, aku mengangkatnya. "Halo?" Aku berdeham karena sadar suaraku serak.

"Bagaimana kabarmu, Nak?"

"Baik." Entah bagian mana yang baik dari diriku.

"Kenapa kamu tidak ingin kami menjenguk?"

"Sebaiknya tidak usah, Mom. Aku ... baik-baik saja."

"Tapi kami tetap akan datang setelah badai ini. Ya, Tuhan anakku. Apa kau tahu kalau aku mencintaimu?"

"Aku juga mencintaimu, Mom."

"Adam sayang, tolong jaga Cattleya. Dia membutuhkanmu."

Aku ingin mengatakan aku tidak bisa. Aku tidak berani bertemu dengannya, bahkan walau dia dirawat di rumah sakitku sendiri.

"Adam, gadis itu sudah kehilangan dunianya. Kenapa kau biarkan dia sendirian melalui semua ini?"

"Maafkan aku, Mom." Aku menutup telepon, tidak sanggup mendengar suara pilu ibuku lebih banyak lagi.

Sudahlah, aku memang pecundang yang menyedihkan. Aku tahu.

Neptune masuk ke kamarku sambil membawa dua gelas minuman dari mesin otomatis. Dari aromanya, kupastikan itu kopi. Aku tergoda untuk bertanya apa dia punya racun saja.

Wajah Neptune penuh simpati. Dia duduk di sisi tempat tidur ketika aku duduk menghadap jendela besar di kamar rumah sakit.

"Kopi ini mungkin bisa membuatku lebih sehat." Dia mengulurkan gelas kopi panas padaku.

"Thank's, Bro."

Setelah memandangiku lama, dia berkata, "kau tahu apa yang dikatakan Cattleya padaku tentangmu?"

"Aku bajingan? Aku sudah tahu."

Dia tertawa. "Katanya, kau perlu seorang anak. Kau perlu memiliki anak agar tahu bagaimana mengatur diri sendiri." Dia tertawa lagi sebentar. "Kami berdebat semalaman karena ini. Kukatakan padanya kalau kau pasti akan melemparkan anak itu ke East River. Sebenarnya, aku mendebatnya karena ... cemburu."

Kuminum kopiku pelan-pelan agar tidak tersedak sambil terus mendengarkan Neptune.

"Aku menginginkannya. Kau tahu, kami pernah ... berhubungan dan itu sangat luar biasa. Aku tidak akan berbohong kepadamu, Brother. Aku memang mencintainya. Kenyataan bahwa dia tidak akan pernah melihatku, sebelum atau sudah bertemu denganmu, membuatku merasa sial."

A Perfect Hollow (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang