20

14.6K 1.7K 372
                                    

Halooo!

Happy 43K ♡♡♡

Hati-hati, ya! Habis ini bakal ada link lagi. Mungkiiinnnn itu link si Emes Glacie ☆☆☆

Kapankah itu?
Rahasiaaaaa ... namanya juga surprise. Wkwkwkwkwk...

Dengan cinta,
Honey Dee

◇◇◇

Malam itu, aku tidak tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, aku tidak tidur. Aku juga tidak minum lagi. Semalaman aku hanya duduk diam di kamarku menatap dinding kosong. Aku ingin mengosongkan semua pikiranku. Sayangnya, setiap memejamkan mata yang kulihat hanya wajah Cattleya, gadis yang membuatku hampir mengkhianati darah Rockwood kakakku sendiri.

Aku benar-benar kacau. Seperti ada bongkahan batu besar yang dijejalkan masuk ke dalam mulutku.

Semua yang kubenci berkumpul di dalam dadaku, amarah, iri, frustasi, kebencian, juga cinta. Rasanya seperti pakaian yang dijejalkan ke dalam koper. Aku harus memaksa semua bagiannya masuk ke dalam kotak dan menutupnya rapat agar orang tidak bisa melihat betapa buruk pakaian yang kusimpan di dalamnya.

Seluruh tubuhku terasa panas. Seperti ada api yang membakar dari dalam.

Oh,yah. Aku fucked up. Apa ada kata lain yang lebih baik?

Suara teriakan. Aku terlonjak kaget. Jam tanganku menunjukkan pukul tujuh pagi. Kuhela napas dalam-dalam untuk meyakinkan kalau aku masih hidup. Setahuku orang mati tidak lagi bernapas.

Kudekati jendela untuk melihat siapa yang berteriak. Beberapa pekerja laki-laki melambaikan tangan. Mereka berlari sambil berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka lainnya.

Ada apa?

"Ruang musik. Cepat!" Kalimat ini yang paling kumengerti di antara kehebohan mereka.

Yang membuatku penasaran adalah ekspresi mereka yang senang, bukannya panik atau sejenisnya. Apa yang ada di ruang musik sampai membuat mereka heboh seperti itu?

Untuk memuaskan rasa penasaranku, aku ikut bergegas ke ruang musik.

Kau tahu apa yang kulihat?

Cattleya duduk di depan piano tua. Dia tidak bermain piano. Dia memegang cello tua milik nenekku. Rok kelabu pendeknya tersingkap hingga kaki telanjangnya nampak sempurna. Ia memeluk Cello seperti menyentuh kekasih yang dirindukannya. Matanya terpejam saat memainkan Adagio.

Adakah pemandangan seindah ini di dunia?

Tidakkah kau lihat aku sampai memiringkan kepala dengan penasaran agar bisa melihat bagian di antara dua kakinya yang tertutup cello? Aku merasa seperti setan yang dikutuk tidak bisa menyentuh bidadari secantik dia. Bidadari yang semalam hampir jatuh ke temlat tidurku. Bidadari dalam surga kakakku.

A Perfect Hollow (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang