21

12.7K 1.5K 155
                                    

"Aku akan pergi," ucapku sambil meletakkan koper besar yang kubawa kemarin.

Seluruh keluargaku sedang berkumpul di meja makan. Tidak satupun dari mereka yang menatapku.

"Kupikir kau sudah pergi dari tadi." Venus menatapku tidak percaya. Dia membanting mangkok salad dengan kesal.

"Aku hanya ingin tahu apa yang dilakukan gadis itu sampai membuat kalan begitu menyukainya."

Baiklah, memang ucapanku sedikit terdengar seperti anak kecil yang sedang merajuk. Tapi aku sudah tidak tahan lagi. Aku ingin tahu apa yang terjadi sampai semua orang begitu memujanya.

"Ini bukan tentang apa yang sudah dilakukannya, Adam." Venus mencondongkan tubuhnya kepadaku. Dari wajahnya sudah bisa kulihat rasa muaknya. "Ini tentang apa yang kau lakukan kepadanya. Aku bahkan malu mengakuimu sebagai adik."

"Apa yang sudah kulakukan?"

"Tingkahmu, Adam. Kau bahkan tidak menanggapi ucapannya. Kau tidak menjawab salamnya. Kau tidak menganggap dia ada. Dia hanya ingin berbuat baik kepadamu."

"Itu karena aku marah kepadanya. Aku mengajaknya ke mari. Tapi dia bilang akan berakhir minggu dengan pacar NASA-nya."

"Pacar NASA?" Venus dan Neptune bicara bersamaan. Mereka kemudian saling berpandangan.

"Yeah, kau."

Neptune menaikkan alisnya. "Memang aku menyuruhnya berjanji untuk menjadi pacarku dan menghabiskan akhir pekan bersamaku kalau aku memberikannya data yang dia inginkan."

"NAH!" Kugebrak meja dengan keras sampai piring-piring di atasnya melompat. Eric kecil menangis karena terkejut. Abe mendesis kepadaku.

"Kalau kalian memperlakukanku seperti pesakitan, seharusnya kalian punya sedikit perasaan untuk melihat apa yang kualami. Kalian pikir aku tidak tersiksa? Aku jatuh cinta kepadanya sejak pertama bertemu. Tapi dia selalu menghindariku. Aku tahu aku bajingan. Aku yang paling bajingan di antara bajingan. Tapi bukan berarti aku tidak berhak mendapatkan perlakuan baik. Pernah kalian bayangkan apa yang kurasakan ketika melihat gadis yang kucintai ada di sini tertawa bersama kakakku? Kalian pikir aku suka ketika melihat dia dan Neptune berpelukan semalam? Aku sama sekali tidak tahu apa yang kalian bicarakan. Aku hanya mengira-ngira dan apa lagi yang bisa kupikirkan ketika melihat dua orang yang begitu serasi bersama-sama terus?"

Semua orang terdiam.

"Jadi, kau ingin dikasihani sekarang," tanya Venus pelan. Seperti mengeja satu persatu katanya.

"Bukan," balas Neptune. "Maksudnya Dia tidak ingin menjadi satu-satunya yang di salahkan."

"Maksudmu dia ingin kita sedekah simpati?" Venus menyentuh sikut Abe yang sedang menenangkan Eric di pelukannya. "Kau punya? Karena aku sudah menghabiskan semua simpatiku untuk Cattleya."

"Ya, Tuhan!" Ayahku yang baru datang dengan membawa sebotol anggur tiba-tiba berteriak. "Kenapa kau masih di sini? Kau ingin merengek seperti Isabelle?"

"Dad, dia ingin simpati." Venus berpaling kepada ayahku.

"What the fuck!" teriakku sambil membanting kursi hingga Eric menjerit ketakutan lagi. Abe meneriakiku.

Kukendarai mobil Neptune dengan kasar. Kuhajar klakson berkali-kali hingga beberapa pekerja berlarian keluar. kutabrak beberapa pot bunga milik ibuku. Aku yakin ibuku akan mengamuk. Aku juga menabrak mobil Abe dengan emosi yang sama. Aku bisa melindas mereka semua kalau boleh.

Kuinjak pedal gas sekeras-kerasnya. Mobil melaju seperti kilat di jalanan Ranch yang sepi. Dari spion aku bisa melihat Neptune memegangi kepalanya dengan kesal. Dia bisa menjemput mobilnya di bandara besok.

A Perfect Hollow (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang