Dia Tanpa Cela, Aku Ceroboh

3.2K 269 21
                                    

Ada ungkapan yang bilang: 'Orang yang beruntung lebih bisa bertahan hidup dibandingkan orang yang pintar.'

Saat aku masih kecil, seorang miko di kuil menyampaikan sesuatu pada ibuku. Katanya: "Anakmu lahir dengan bintang keberuntungan. Dia akan terus beruntung sepanjang hidupnya."

Kalau dilihat dari kehidupan yang kujalani sekarang, kurasa miko itu sudah pikun.

Mana ada orang beruntung macam aku?

Saat orang sudah memulai 'start', aku masih belum siap. Di sekolah aku sering tertinggal. Saat pekan olahraga, aku sering jatuh waktu lari. Setiap hari, meski semua buku sudah kusiapkan sejak malam sebelumnya, pasti ada yang ketinggalan.

Kalau dekat-dekat air, aku lebih sial. Pernah waktu aku sedang piket, aku terpeleset dan wajahku membentur ember. Air di dalamnya tumpah, hidungku juga berdarah, baju seragamku jadi kotor dan basah. Waktu jalan-jalan dengan adikku, air mancur di kolam dekat stasiun tiba-tiba bocor, yang jadi korbannya cuma aku seorang. Di rumahku juga, hanya kamarku saja yang terkena dampak nyata atap bocor saat hujan.

Coba katakan, di mana bintang keberuntunganku?

-:-

"Uchiha Sasuke peringkat pertama lagi di sekolah."

Kalau dengar nama itu, aku semakin merasa hidup ini tidak adil.

Pagi ini aku berangkat sekolah seperti biasa. Keretanya telat datang. Akibatnya banyak penumpang yang menumpuk di stasiun.

Gerbongnya telah padat. Penumpang yang akan masuk juga tak sedikit. Aku hampir ketinggalan kalau saja aku tak bergerak cepat. Pintu otomatisnya hampir menutup saat aku akan masuk. Setelah berhasil masuk, tiba-tiba saja aku tak bisa bergerak. Aku kebingungan. Waktu aku menoleh ke belakang, ternyata rok lipit seragamku terjepit pintu kereta. Aku terus berdiri melekat ke pintu seperti orang bodoh. Beberapa orang yang melihatku tertawa cekikikan.

Di stasiun berikutnya, pintu yang terbuka adalah pintu yang ada di seberang. Terpaksa aku bertahan dengan posisiku yang tak nyaman. Stasiun berikutnya juga begitu. Di stasiun ketiga akhirnya aku bebas. Saat aku turun dari kereta, ada Uchiha Sasuke yang menungguku. Ini sungguhan. Dia bilang sendiri padaku.

"Hyuuga, aku menunggumu dari tadi."

"A-ada apa?"

Dia mendekat untuk berdiri di belakangku. Terlalu dekat. "Cepat tutup."

He? Apa yang perlu ditutup?

"Kau pasti buru-buru pagi ini," dia berbisik dekat sekali di telingaku.

Kemudian kurasakan sentuhan tangannya yang ringan, membuat rok sekolahku mengayun lembut. "Ini."

Kuberanikan diri untuk melihat. Kalau saja saat itu aku ingat untuk menjerit, aku pasti sudah menjerit sekeras-kerasnya. Jangankan menjerit, suaraku lenyap begitu saja saat aku sadar risletingku belum tertutup dengan baik.

"Ceroboh," dia bilang.

Aku ingin menangis dan pulang ke rumah. Tak mau keluar rumah lagi seumur hidupku.

"Ayo, nanti kita terlambat."

Selama perjalanan menuju sekolah, aku merasa aneh. Tentu aku tahu siapa Uchiha Sasuke. Dan memang benar aku dan dia belajar di sekolah yang sama. Tapi bukan berarti kami punya hubungan pertemanan sehingga berjalan bersamanya adalah satu hal yang biasa. Belum lagi kejadian memalukan di stasiun tadi.

Saat kami tiba di sekolah, Uchiha Sasuke mendapat sapaan sopan dari teman-teman yang kami temui di dekat gerbang. Bahkan guru yang biasanya cerewet dan marah-marah jika melihat murid yang tak mengikuti peraturan, berwajah cerah saat bertemu dengannya.

Another ParadoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang