Dia Rendah Diri, Aku Bingung

2.1K 235 3
                                    

Apa atraksi yang paling menarik di festival kebudayaan yang akan diselenggarakan sekolah tahun ini?

Saat memikirkan pertanyaan itu, aku sama sekali tak tahu jawabannya. Lalu...

"Hinata, pokoknya jangan datang ke kelasku saat Bunkasai nanti."

...tiba-tiba saja Sasuke menerobos masuk ruangan klub dan bicara begitu.

Aku ikut Klub Seni Lukis sejak junior. Setiap tahun kami selalu membuka galeri di acara Bunkasai. Karena itu, tahun ini pun aku merasa kegiatan kami akan tetap sama seperti tahun sebelumnya.

"Kenapa sih pacarmu nggak pernah bisa sopan?" Kin, teman sekelas yang berbakat dalam melukis, bertanya. Kin selalu serius saat melukis, paling tidak suka dengan orang seperti Sasuke. "Tampangnya aja yang oke, tapi dia nggak cocok sama kamu yang dewasa." Kin sering bilang begitu. "Nah, kalau Itachi-senpai, baru cocok denganmu." Kin mengambil tasnya, dia selalu pulang lebih dulu dariku karena ada janji dengan pacarnya yang beda sekolah.

Itachi-senpai kakaknya Sasuke. Mereka memang bersaudara, tapi sifatnya sangat berbeda. Sasuke punya beberapa teman dekat, Itachi-senpai sangat misterius dan susah didekati. Ekspresinya selalu datar, banyak orang yang menganggapnya kurang ramah. Sepertinya dia juga tak tertarik dengan hubungan antar manusia, khususnya perempuan dan laki-laki.

Dia ketua klub yang disegani karena bakatnya yang luar biasa. Sikapnya yang dingin dan tak bersahabat akan luntur setiap kali lukisannya diperlihatkan.

Saat Itachi-senpai melukis, pandangan matanya berubah. Warna-warna yang sering dia gunakan di atas kanvas lebih cenderung warna-warna gelap. Namun hasilnya selalu memukau. Mungkin orang yang punya kepribadian tersembunyi juga punya banyak hal lain yang dia sembunyikan.

Untuk Bunkasai tahun ini, aku dapat kehormatan membuat lukisan utama. Kanvas ukuran besar adalah masalah terbesarku. Bunkasai akan diadakan seminggu lagi, lukisanku belum juga selesai. Kalau kanvasnya dibawa pulang, ukurannya yang besar akan membuatku kerepotan di jalan. Karena setiap hari harus dikerjakan di bawah pengawasan, maka lukisanku harus ada di sekolah setiap kali akan diperiksa penasihat klub.

Dibawa pulang, dikerjakan di rumah, lalu saat berangkat sekolah dibawa lagi. Sungguh merepotkan.

"Apa tema lukisanmu?"

Jam lima sore, aku selalu sendirian di jam-jam seperti ini. Tak kusangka ketua klub juga masih ada di sini. "O-oh, Senpai. Ini... t-temanya musim dingin."

"Hmm..." Dia mendekat, mengamati lukisanku yang masih berwujud sketsa kasar. "Mau pakai warna apa?"

Warna apa?

"Temanya musim dingin, berarti berhubungan dengan salju, kan?"

"I-iya."

Dia menoleh menatapku, "Mau pakai warna apa?"

"Ungu."

"Ungu?"

"Ungu kristal, dan pink pucat, juga biru."

"Berwarna sekali. Kupikir kau akan bilang warna putih."

Setelah berkata begitu, Itachi-senpai menjauh, duduk di hadapan kanvasnya, menatap kanvas seakan sedang melihat kuncup bunga yang sedang mekar. Sinar matahari yang mewah menyinari dirinya yang terdiam. Rambut panjangnya terlihat bagai aliran warna yang menyerap semua kemegahan matahari.

Dia seniman sejati. Perilakunya sulit ditebak.

-:-

"Sasuke, kenapa aku tidak boleh datang ke kelasmu?"

"Pokoknya tidak boleh."

"Sasuke sedang menyembunyikan sesuatu dariku?"

"Tidak."

Another ParadoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang