"Kurang ajar tuh cewek!" Umpat Deandra kesal. Membuat teman-temannya di dalam kelas saling bertanya-tanya ada apa dengan gadis itu.
Deandra menendang pintu kelas sambil berseru-seru marah. Raya ikut mengangguk-angguk menunjukkan sikap arogannya. Gadis itu mengepalkan tangannya sambil berseru-seru mendukung Deandra membuat Gadis itu semakin terbakar amarah. Sedangkan Irene meringis takut melihatnya.
"Siapa tadi namanya?" Deandra menatap tajam gadis di depannya. Gadis yang membawa laporan penting tentang Deva, cowok yang selama ini dia kejar-kejar.
Chikita terdiam sesaat. Dialah yang membocorkan kejadian di kantin dan semua perkataan Deva kepada Deandra. Tidak pernah menyangka reaksi Deandra akan semarah itu.
"Illana. Dari kelas sebelas ipa satu!" Jawab Chikita mantap. Cewek itu berusaha meredam kegugupannya demi meyakinkan Deandra bahwa semua yang dia bilang adalah benar adanya.
"Illana." ulang Deandra dengan seringaian jahatnya. "Sialan tuh cewek! Awas aja!" Umpatnya. Emosinya memuncak sampai ke ubun-ubun.
Kabar Deva ditatap cewek lain dari jarak 50 meter saja sudah bisa membuatnya meledak-ledak. Apalagi kabar yang ini. Kalau cowok itu mengantar pulang gadis lain.
Deandra memajukan kepalanya dan membuat Chikita refleks memundurkan kepalanya dengan cepat, "Udah. Lo boleh pergi. Sebelum emosi gue meledak duluan ke lo!"
Chikita mengangguk takut-takut. Lantas segera pergi dari situ. Entah keberanian darimana yang membuatnya senekat itu pergi menemui seniornya yang terkenal jahat itu.
Padahal, menemui Deandra dengan membawa kabar seperti itu sama saja dengan membangunkan macan tidur.
-------------------------------------------
Keesokan harinya, cuaca cukup bersahabat. Sang mentari bersinar lembut diatas langit sana. Suasana kelas XI Ipa-1 berbeda pagi itu."Cieee. Asik tuh yang di deketin sama primadona sekolah." kata Dito, ketua kelas XI ipa-1 saat melihat Illana menyimpan tas di samping Tyas.
Sesaat kemudian, kelas yang biasanya adem-ayem itu berubah menjadi riuh.
"Apaan sih?" Illana memicingkan mata menanggapi teman-teman sekelasnya yang tiba-tiba heboh sendiri.
"Tumben telat, non?"
"Kamu sih, La. nggak minta jemput sama kapten ganteng. Telat dehhh."
"Uhuyyy" teman-temannya kembali bersorak kegirangan.
Illana mengerutkan dahi. Ini maksudnya apa sih?, batinnya.
Gadis itu menarik bangkunya dan segera duduk tanpa memedulikan teman-teman kelasnya. Ia jengah dengan kehebohan itu sehingga tak mau lagi ambil pusing.
"La! Kok lo bisa mendadak famous di sekolah sih?" Tanya Nabila heran
"Masa sih?" Illana bertanya balik, tak kalah heran. Gadis itu sudah berbalik ke belakang demi menanggapi ucapan Nabila yang duduk persis dibelakang bangkunya.
"Iya. Lo jadi trending topic." Nabila mengangguk-angguk. "Gara-gara kejadian di kantin itu. Kok bisa sih,La?"
"Yang ditanya nggak lebih tau dari yang bertanya,Nab." Jawab Illana datar. Tidak salah,kan? Dia memang tidak tau kenapa Deva melakukan itu.
"Hmm.. La! Kayaknya dia naksir deh," lanjutnya
"Naksir? Naksir apa? Dia siapa?" Illana kebingungan. Sebenarnya apa sih yang dibicarakan Nabila ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Illana
Teen Fiction"Gue kasih kesempatan buat lo bilang makasih ke gue. Gue hitung sampe tiga" tantang cowok itu. Illana menggigit bibirnya. "Satu.." cowok itu mulai menghitung. "Dua.." ------------------------------------------------ Gila aja cowok itu! Hanya karena...