11.

32 6 2
                                    

"Setega itukah kamu terhadapku?
Sampai kamu lebih memilih aku harus meninggalkan kamu, dan kamu menyuruh aku untuk mengejar orang yang tak ku cintai."-Eva

Vano menyuruh aku untuk menemuinya. Aku menunggu di rumah Vasya orang yang masih memiliki ikatan persaudaraan. Rumah Vasya nampak ramai sekali saat dilihat, ternyata temannya lagi pada ngumpul termasuk teman Vano juga.

"Ehh Va sendirian aja?" Tanya seseorang berambut kemerahan menghampiriku. Namanya Dwita itu adalah adik kandung Vasya.

"Iyah kebetulan aku tadi naik ojek online," jawabku.

"Sini masuk," kata Delsy.

Mereka semua masih ada ikatan persaudaraan dengan Vano. Aku pun melangkah memasuki rumah Vasya dengan ragu. Tak lama aku langsung menelfon Rika dan Tri.

Hallo?

Iyah kenapa Va?

Ka sini ke rumah Vasya. Ajak Tri juga aku disini gak enak sama saudaranya Vano. Disini juga ada Rafly kok.

Iyah kebetulan Rafly juga nyuruh aku kesana. Oke, aku otw sekarang.

Terputusnya perbincangan antara keduanya. Rika pun datang dengan Tri.

"Ehhh...Tri," sapa Vasya.

"Rika ada Rafly tuh di dalam," kata Vaulin.

Rika dan Tri pun menghampiriku yang sedang mengobrol dengan Delsy dan Dwita.

"Va, mana Vano," tanya Tri.

"Gatau dia lama banget sih,"

"Sabar Va, mending telfon aja," saran Dwita.

Aku pun mengambil ponsel dan langsung mengetik nama Vano...

Hanya suara dering yang terdengar...

(Kenapa Vano gak ngangkat telfon dari aku) tanyaku dalam hati.

Tak butuh waktu lama Vano pun datang dengan wajah datar, tak seperti biasanya Vano masang wajah kaya gitu.

"Lama banget sih Van," introgasi semuanya kepada Vano.

Aku hanya diam dan menunduk tak kuasa seperti tak enak perasaan dengan sikap Vano kali ini. Vano pun duduk berjauhan denganku.

"Kok sama pacar sendiri duduknya berjauhan sih, kaya aku dong sama Rafly," ledek Rika.

"Iyah ihh Vano kamu kenapa sih, datang-datang masang muka jutek sama pacar sendiri juga kesian tuh Eva udah nunggu lama disini," kata Tri.

"Kenapa sih Van?" Tanya Delsy.

Vano pun tak menghiraukan percakapan semuanya. Tiba-tiba dia menghampiriku dan menarik tanganku dan membawaku keluar.

"Aku mau ngomong sama kamu empat mata," pinta Vano sambil menarik lenganku.

"Cieee," celoteh semuanya.

"Aww, kenapa sih Van? Kamu beda banget, ada apa sih? Jangan narik-narik gini dong sakit tau," rengek ku.

"Aku mau nanya sama kamu,"

"Iyah nanya apa?"

"Mending sekarang kita putus!"

Deegg,

Kata itu, kenapa bisa keluar dari mulut Vano langsung.

"Kamu kenapa putusin aku tanpa sebab lagi kaya dulu?" Tanyaku.

"Sebenernya ini ada apa sih Van? Mending bicarain secara baik-baik," pintaku.

"Mending kamu pacaran aja sama Fajri,"

"Kamu kenapa sih tiba-tiba bahas Fajri?"

"Udah mending kamu sama Fajri aja, tinggalin aku," kata Vano dengan keukeuh.

"Aku gak suka sama Fajri, aku cintanya cuman sama kamu," jawabku dengan lirih.

"Yaudah mending kita putus abis gitu kamu jadian sama dia 1 bulan aja,"

"Kamu ngomong apa sih? Emang perasaan sama hati bisa sebercanda itu?"

Hening seketika....

"Denger Van, aku gak cinta sama Fajri. Kamu kenapa tiba-tiba bahas ini yang gak penting sama sekali. Kamu kaya nuduh aku kalo aku suka sama Fajri. Emang kamu tau dari mana? Semua ini salah paham Van,"

"Dan rasa itu gak bisa di bohongin!"

Vano diam dan menunduk. Tak kuasa aku pun langsung meneteskan air mata tanpa ku sadari.

"Kalo emang cuma itu yang kamu permasalahin, aku siap pergi ninggalin kamu," dengan ragu aku mengucapkan kata itu dengan lantang.

"Gak gitu Va," kata Vano.

"Terus kamu kenapa tiba-tiba bahas Fajri temen sekelas aku, emang dia pernah chat aku. Tapi asal kamu tau kamu ini salah paham,"

"Aku cuman tau dari orang kalo Fajri itu ngejar-ngejar kamu, dan aku gak mau kalo kamu tinggalin aku karena dia," kata Vano sambil memegang kedua pundak ku.

"Terus kenapa kamu minta putus sama aku dan nyuruh aku harus pindah kelain hati. Sedangkan kamu gak mau kalo aku tinggalin kamu karena dia, kamu ini aneh! Kamu lebih percaya kata orang ketibang aku," jelasku.

"Maafin aku Va," lirih Vano.

"Emang semalem Fajri chat aku lewat BBM tapi dia tau kalo aku masih pacaran sama kamu, dia cuman bilang kalo aku putus sama kamu dia siap jadi pelarian cintaku," jelasku.

"Dengan polos kamu bilang gitu di depan aku," bentak Vano.

"Aku cuman pengen kejujuran Van, dan aku jelasin ke kamu semua itu jujur dengan kejadian chat semalem. Kalo kamu bosen sama aku dan minta putus gak usah nyari-nyari kesalahan Van, kalo mau putus ya putus aja kalo emang semua itu mau kamu!"

Tak kuasa aku tak bisa menahan rasa sakit dan air mata sudah tak bisa terbendung lagi. Aku pun lari dan pergi meninggalkan Vano.

***

Gimana gais sama part ini? Semakin greget kah, Vano tetap mencari kesalahan Eva untuk menjadi bahan Vano untuk meninggalkan Eva. Mungkinkah Vano sudah tak menyimpan rasa lagi untuk Eva? Ataukah dia memilih meninggalkan Eva?

Pantengin terus storynya yah gais..

Happy Reading gais.
Budayakan follow yah sebelum baca😚
Yang ngasih saran, kritik, atau apa bisa tulis di kolom coment.
Kalo misal kalian suka dengan ceritanya jangan lupa vote yah💚

Karena vote dari kalian bisa semangatin aku buat terus nulis.

NostalgiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang