PROLOG

121 13 6
                                    

Sedemikian kata ku rangkai, seindah kenanganmu yang ingin dibingkai. Ada gelak tawa dan suka cita, kini yang kurang yaitu perjumpaan kita.

Denganmu, aku mengerti arti keikhlasan, perjuangan tidak selalu berakhir tentang
Keindahan.

Kini ku terjebak di dalam dimensi masa lalu,
Yang sampai saat ini tak kunjung berlalu.

Boneka yang menjadi pemberian darimu.
Kini dia menjadi teman curhatku.

Bunga Mawar plastik yang dulu pernah menjadi simbol berakhirnya hubungan kita
Hingga kau bilang bahwa cintamu terhadapku tak sepalsu bunga yang kau beri dan itu belum ku temukan penawarnya...

Jam tangan yang kau beri membuatku tersadar bahwa sewaktu-waktu kita tak mungkin selalu bersama...

Kini kau telah pergi...
Tak seperti dulu lagi.
Bayanganmu tinggallah puisi...
Yang tertulis dalam diariku.

Kau pergi dengan pamit dan meninggalkan kenangan pahit.

Bertahun-tahun ku coba melupankanmu,
Mengikhlaskan kenangan yang dulu pernah kita lewati bersama.

Namun, nyatanya ku merasa gagal untuk melepasmu karena kau selalu datang secara tiba-tiba ke dalam dunia mayaku.

Sapaan sederhana yang kau lontarkan walau dalam bentuk chatting itu membuatku susah melupakanmu.

Ku sadar dan ku tau bahwa kau menyapaku karena kau hanya butuh seorang teman untuk berbagi cerita denganmu.

Lawakanmu yang mungkin terbilang garing seperti gorengan namun mampu membuatku tertawa cengengesan.

Ku coba berdamai dengan luka
Namun nyatanya hati selalu berduka

Kini...ku berusaha melupakanmu...

- Eva -

Subang,
26 November 2018

NostalgiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang