laksana langit mencakup bintang,
laksana gadis perawan dibalut kain,
di 25 detik itu, kita berbincang bisu.
tangan tepuk punggungku seraya aku mendekapmu, jauh lebih dekat,
tanda sayang.
jika umpama kita berpisah,
masih terdengar bisikmu,
"kamu senang?"
ya tuhan, kenapa tanya itu?
masih lugu, aku jawab saja:
"jelas, bodoh."
KAMU SEDANG MEMBACA
dia bukan manusia biasa
Poesíasebuah antalogi dari seorang makhluk. yang jelas dia bukan manusia, entahlah dia apa, biar tidak penasaran, mending baca saja sampai akhir.