2 tahun kemudian
Pagi ini rumah sakit ramai sekali seperti biasanya. Loket antrian sudah penuh bahkan sebelum jam 8 pagi.
"Assalamu'alaikum ners," Sapa wanita berseragam putih dari atas tangga. Wanita itu mempercepat langkahnya menuruni beberapa anak tangga lagi untuk sampai di lantai dasar.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Eh, kenapa nih?" Tanyaku saat mengenali wanita itu dari jarak dekat.
"Mau pulang?" Tanyanya.
"Iya, habis shift malam"
Eh, aku belum cerita ya. Sekitar sebulan yang lalu Dina kembali ke Sulawesi setelah lulus kuliah. Aku tidak jadi mondok karena tiba-tiba ayah sakit. Jadinya aku kerja di rumah sakit tempat bundanya Dina bekerja, di Luwuk. Qodarullah.
"Aku mau mintol sebentar aja gantiin jaga di Poli. Aku ada urusan mendesak," Pintanya.
Aku menimang dalam batin. Sebenarnya lelah, tapi bingung juga mau ngapain di kosan. Besok malah lepas dinas. Banyak free.
"Boleh yah, yah," Rayu Dina memeluk lenganku. Seperti biasa, pasti aku tak bisa menolak pintanya.
"Boleh deh"
○○○
"Nyonya Riska," Panggilku di depan pintu poli kandungan, ruangan dimana Dina bekerja. Iya, pasti bu bidan bagian mengerjai ibu-ibu dan janinnya.
Entah sudah pasien ke berapa yang ku panggil, namun Dina belum nampak batang hidungnya. Awas aja tuh anak.
Wanita yang kupanggil namanya tadi masuk. Gamis dan jilbab besarnya agak menutupi perut buncitnya, tak nampak seperti orang hamil. Setelah masuk dalam ruangan, wanita itu kupersilahkan duduk sambil mengisi buku statusnya. Nampaknya dia pasien baru, karena kalau pasien lama tidak perlu lagi menuliskan identitasnya.
"Ibu Riska, kesini sendiri ya?" Tanyaku basa-basi sambil memberi jeda agar dia bisa istirahat sebentar.
Wanita itu tersenyum manis,
"Tidak kok, ada suami duduk di luar""Eh, diajak masuk aja," tawarku.
"Oh, boleh ya," katanya antusias. Tanpa disuruh wanita itu membuka pintu dan masuk kembali bersama lelaki muda yang kutebak suaminya.
Aku menyambut keduanya dengan senyuman sambil mempersilahkan duduk.
Tunggu, kayaknya kenal deh.
"Loh, Bi"
Eh, mantan. Mantan cidaha. Mantan lelaki yang hampir membuat hubunganku dan Dina berakhir. Mantan angan-anganku yang ingin jadi isterinya.
"Siapa ya?" Aku pura-pura amnesia.
"Wahab, masa' lupa"
"Oh"
Dia mendelik. Melirik isterinya, lalu menjelaskan bahwa aku teman lamanya. Teman. Hmm. Iya emang teman, masa' isteri. Kok nyesek yah.
Aku tahu dia sudah menikah. Dia selalu serius kalau menyampaikan sesuatu padaku. Sebulan sebelum wisudanya dia benar-benar menikah. Kau tahu apa yang menyakitkan? Sudah ditinggal nikah, tak dapat undangan lagi. Apa aku segitu tak penting bagi dia ya?
![](https://img.wattpad.com/cover/147186354-288-k335395.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Project Hati√
General Fiction"Kalau aku boleh meminta, aku ingin jatuh cinta hanya pada suamiku kelak. Karena aku ingin memberikan yang terbaik untuknya, agar dia tak cemburu pada kisah masa laluku nanti." Begitu yang dulu pernah kubilang pada Dina. Tapi siapa sangka, Allah ya...