Tumbal

1.8K 76 2
                                    

#Selaksa_Teror (event KBM)

Nama: Nona Aruna
Judul : Tumbal

Diambil dari sebuah kisah nyata.
***

Di suatu malam, suara rintihan terdengar begitu menyayat hati. Di balik bilik bambu, terlihat seorang pria muda duduk di atas ranjangnya seraya memegangi kaki kanannya yang berlubang dan terus menerus mengeluarkan darah.

***
"Bu, Ramlan berangkat ya," pamitnya pada sang Ibu yang sedang terbaring sakit.

"Iya, kamu hati-hati ya, Nak," ucap Ibu mengelus kepala sang anak yang sedang mencium punggung tangannya.

Ramlan ke luar dari kamar Ibunya. Dua orang adik perempuannya juga ikut sedih melepas kepergian sang Kakak.

"Jaga Ibu ya, nanti kalau Kakak sudah sukses pasti akan kembali lagi ke sini dan membawa banyak uang untuk berobat Ibu." Ramlan mengusap kepala adiknya itu dengan lembut. Mereka berdua memeluk Ramlan sambil terisak.
.
Ramlan berangkat ke Ibukota untuk mengadu nasib, berharap ia akan mendapat pekerjaan dan uang yang banyak untuk berobat Ibu dan membiayai sekolah kedua adiknya.

Namun ternyata pekerjaan tak kunjung ia dapatkan, sementara  bekal uangnya mulai menipis. Ramlan akhirnya membuka usaha dengan berjualan gorengan, ia menyewa gerobak milik Pak Mastur yang juga pemilik kontrakan yang ia tempati saat ini.

Pertama kali berjualan penghasilan Ramlan cukup banyak. Namun lama kelamaan omsetnya mulai turun. Ia yang awalnya hanya mangkal di depan sekolahan, kini harus berjualan keliling agar dagangannya habis.

Singkat cerita ia bertemu dengan seorang bapak tukang bakso yang setiap hari warungnya ramai oleh pembeli. Bahkan sampai mengantri panjang hanya untuk menikmati semangkuk bakso.

"Nak, kalau mau dagangan kamu laris terus, harus pake penglaris," sapanya saat itu, ketika Ramlan mangkal di depan warung baksonya.

"Maksud, Bapak?" tanya Ramlan.

Si Bapak tersebut memberikan sebuah alamat untuk Ramlan datangi. Jika ia ingin dagangannya selalu habis. Bahkan tanpa usaha pun bisa dapat uang banyak.
.
Ramlan mendatangi alamat yang di berikan oleh si Bapak penjual bakso.

Ia bertanya ke sana ke mari untuk menemukan alamat yang dicarinya. Ternyata alamat itu terletak di sebuah perkampungan yang cukup jauh dari jalan raya, lebih tepatnya di atas bukit. Itupun ia dapat menemukannya karena diberitahu dan diantar oleh tukang ojek yang memang biasa mengantarkan orang-orang yang punya kepentingan seperti dirinya.

Sampailah Ramlan di sebuah gubuk tua. Di depan gubuk itu terdapat beberapa bangku panjang. Sepertinya hari ini sepi dan tidak ada pengunjung selain dirinya.

Ramlan memberanikan diri mengetuk pintu kayu rumah itu perlahan. Seorang pria pendek gemuk dengan ikat kepala membukakan pintu.

"Masuk!" Pria itu mempersilahkan Ramlan masuk ke dalam ruangan yang begitu gelap, hanya diterangi oleh sebuah cahaya dari lampu  berbentuk bola di tengah-tengah ruangan.

Ramlan di antar bertemu oleh seorang bapak tua, yang juga mengenakan ikat kepala. Bapak itu menanyakan perihal kedatangan Ramlan ke situ.

Ramlan menceritakan tujuannya. Bapak tua itu bernama Pak Jampe. Pak Jampe memerintahkan anak buahnya yang tak lain adalah bapak yang bertubuh gemuk tadi untuk mengambil sesuatu.

Perjanjian sudah terjadi. Keduanya saling terikat. Pernjanjian tak bisa di batalkan apalagi digugurkan.

Si bapak gemuk memberikan sebuah baskom berisi tiga buah batok kelapa. Ramlan sampai terkejut melihat apa yang disuguhkan di hadapannya itu.

Bahkan ia dapat melihat isi di dalam batok kelapa itu. Ya air kelapa yang putih bening beserta buahnya. Namun raut wajah Ramlan seketika berubah menjadi pucat pasi saat apa yang ia lihat di dalam air kelapa itu berubah menjadi wajah-wajah orang yang ia kenal.

Ya di dalam batok kelapa tersebut terlihat tiga wajah orang terdekat Ramlan. Ibu dan kedua adiknya.

"Cepat pilih salah satu! Dan belah!" perintah Pak Jampe.

"Maksudnya apa?" tanya Ramlan masih tidak mengerti.

"Ya, anak buahku sudah mengirimkan uang ke rumahmu. Dan kamu harus menggantinya dengan tiga orang keluargamu."

"Tumbalkah?"

"Ya. Kurang lebih seperti itu."

"Tidak! Saya tidak akan mengorbankan mereka. Saya akan kembalikan uang Bapak." Ramlan mundur dari hadapan si Bapak Jampe.

Bapak Jampe hanya tertawa.

"Perjanjian sudah terjadi anak muda, kamu tidak akan bisa lepas dariku," ucap si Bapak Jampe.

Ramlan berlari sambil menangisi kebodohannya karena telah datang ke dukun itu.

.
Sampai petaka itu datang padanya. Kakinya tiba-tiba membengkak tanpa sebab. Dan meski sudah berobat ke manapun namun tiada hasil. Bahkan dokter tidak dapat mengetahui penyakit apa yang diderita oleh Ramlan.

Kaki kanan Ramlan membengkak, lama kelamaan memutih dan keluar cairan seperti nanah, lalu darah pula tak henti keluar dari kaki kanannya.

Ramlan selalu merintih kesakitan. Keluarganya bingung. Bahkan ia tak tahu apa yang telah terjadi pada Ramlan.

Dua tahun kemudian Ramlan meninggal dunia. Uang yang dikirim oleh anak buah si dukun tersebut sempat dikembalikan oleh Ramlan. Namun tidak bisa. Karena Ramlan tidak menemukan kembali rumah pak Jampe. Dan ternyata uang tersebut adalah uang ghaib.

End.
Jakarta, 13 November 2018

***
Note: Janganlah kamu bersekutu dengan syaiton, jin dan sebangsanya. Sesungguhnya mereka itu menyesatkan.

Terima kasih 😁

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang