Secret Admirer
Gadis kelas 1 SMA itu bernama Yulianti. Teman-teman sekelasnya biasa memanggilnya Yuli. Di sekolah ia masuk di kelas favorit. Pembagian kelas diambil dari nem tertinggi, dan ia lolos.
Yulianti ini pendiam, kalau tidak ditegur duluan dia tak akan mulai bicara. Tidak seperti teman perempuannya yang lain. Baru pertama masuk saja sudah ada yang membuat geng. Seolah kelas hanya milik mereka. Apalagi geng itu anggotanya cewek-cewek modis, yang kalau berangkat sekolah diantar naik mobil oleh sopir, atau minimal bawa mobil ke sekolah. Yang bawa motor aja nggak bisa gabung.
Belum lagi tas mereka yang bermerk. Dandanan wajah yang penuh polesan seperti mau ngemol. Membuat kelas bukan seperti tempat belajar, melainkan audisi model. Mereka bisa masuk sekolah favorit bukan karena nilai tinggi, tapi karena orang tua mereka yang kaya raya. Dengan uang, jangankan masuk sekolah favorit, keadilan pun bisa dibeli.
Sebulan sudah Yuli beradaptasi dengan teman sekelasnya. Dia punya teman dekat bernama Desi, cewek yang menjadi teman sebangkunya.
Suara bel istirahat berdentang, para siswa bersiap-siap merapikan buku-buku ke dalam laci. Setelah guru keluar kelas, mereka berlari berebut keluar juga. Ada yang menuju kantin, ada pula yang ke toilet.
"Yul, ke lapangan, Yuk!" ajak Desi seraya memasukkan bukunya ke tas.
Yuli menoleh, cewek berambut hitam panjang itu menatap teman sebangkunya. "Ada apa?"
"Ada tanding basket, anak kelas dua belas. Denger-denger nih, ketuanya ganteng banget!" Desi menggebu-gebu.
Yuli hanya tersenyum kecil, dan menggeleng. "Dari dulu, pasti yang jadi kaptennya kenapa selalu yang ganteng. Nggak di mana-mana itu."
"Iya, ya. Udah sih buat cuci mata kali. Ayo ntar nggak kebagian tempat paling depan kita." Desi menarik tangan Yuli dengan serta merta.
Yuli terpaksa mengikuti langkah sohibnya menuju ke lapangan. Di sana sudah penuh dengan cewek-cewek yang bersorak-sorai memanggil-manggil nama Romi. Bahkan Yuli saja tidak tahu mana yang sedang mereka teriakkan itu.
"Romi...."
"Kak Romi, ganteng banget sih."
"Ya Allah, kenapa engkau ciptakan makhluk setampan dia?"
"Ya Allah jodohkan aku dengan Kak Romi."
Ucapan-ucapan itu terdengar di telinga Yuli dan Desi. Yuli hanya melongo saja mendengarnya.
"Segitunya tuh cewek-cewek, ck," ujar Yuli heran.
"Iya, mana ya Kak Romi." Desi yang tubuhnya lebih pendek dari Yuli harus berjinjit melihat ke arah tengah lapangan, mencari sosok yang dicarinya.
Yuli terkekeh melihat sohibnya yang lompat-lompat itu. "Perlu aku gendong?" tanya Yuli.
"Enak aja? Emang kuat?" Desi menyenggol lengan Yuli, ia ikut tertawa.
Tak lama kemudian sosok yang dinanti para cewek-cewek akhirnya muncul juga.
"Kak Romi... huaaa."
Kali ini Yuli terperangah, cowok bertubuh tinggi dan berkulit putih itu masuk ke lapangan seraya mendruble bola. Rambutnya sedikit gondrong dan kemerahan, mengenakan ikat kepala. Baju basket dan celana olah raga. Pantas saja banyak yang tergila-gila dengannya. Bahkan kedua netranya pun tak bisa lepas dari sosok cowok yang kini berada di tengah lapangan.
"Tuh kan, loe aja sampe terpesona gitu," ledek Desi.
"Itu sih bukan ganteng lagi, Des. Tapi ganteng banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
Short StoryBerisi kumpulan cerpen. Ada yang ikut event di KBM di post di sini. Genre campur