Gantungan kunci

381 35 3
                                    

#Event_TDS

Judul : Gantungan Kunci
Oleh : Inka Aruna

     Aku seorang ibu rumah tangga, memiliki dua orang anak, anak kandung dan anak tiri bawaan dari suami keduaku. Anak kandungku perempuan, usianya masih tujuh belas tahun, sementara anak tiriku laki-laki berusia dua puluh lima tahun.

Aku menyayangi mereka berdua, tapi anak tiriku yang bernama Kelvin selalu saja cemburu dan iri, kalau aku lebih perhatian pada Lauren anak kandungku sendiri.

Seperti pagi ini, saat kami sarapan bersama, aku menyediakan nasi goreng kesukaan mereka. Nasi kubagi rata, begitu juga dengan telurnya. Namun, karena Lauren tidak menyukai bawang goreng, aku tidak menaburkannya di atas nasi, begitu pula dengan Kelvin sengaja tak kuberikan juga, meskipun ia menyukainya.

"Kenapa ibu tidak memberikan bawang ke nasi goreng aku?" celetuk Kelvin.

"Kau bisa ambil sendiri kan?" kataku, aku tidak ingin selalu memanjakannya. Dia sudah dewasa sekarang.

"Ibu, minum aku mana?" tanya Lauren.

"Sebentar ya, sayang, Ibu ambilkan." Aku menuju dapur mengambilkan air minum untuk Lauren.

"Aku mana, Bu?" tanya Kelvin.

"Kau kan sudah besar, bisa ambil sendiri," jawabku.

Kulihat Kelvin bangkit dari duduk dan mengambil minumnya sendiri. Kakinya menyenggol meja, dan menjatuhkan tas miliknya, seluruh isi berhamburan ke luar dari tas hitam itu.

Aku menoleh, melihat ke bawah meja. Seperti biasa hanya gantungan kunci yang berserak di lantai. Koleksi anehnya yang selalu dibawa ke manapun dia pergi.

Kelvin kembali dan merapikan barang-barangnya yang berjatuhan, memasukkannya kembali ke dalam tas.

"Kau masih mengumpulkan barang-barang nggak berguna itu?" tanyaku.

"Aku buat ini sendiri, Bu."

"Pekerjaanmu kan bukan pengrajin."

"Aku buat di gudang belakang saat libur kerja. Lihat, Bu. Bagus kan?" Kelvin menunjukkan beberapa hasil karyanya.

"Ini sih udah banyak, Vin. Cuma serangga yang dibekukan. Kupu-kupu, kecoa, capung, laba-laba," ucapku.

"Ibu tak ingin memuji hasil karyaku?"

"Kalau kau bisa buat yang unik, jangankan pujian, ibu akan berikan kamu hadiah."

Dia terdengar membuang napas kasar. Meraih semua gantungan kunci dari atas meja, dan membawanya pergi, tanpa menghabiskan sarapannya. Dia tahu aku tak pernah memuji apapun yang dia lakukan. Karena menurutku semua itu tidak penting.

***

Sabtu pagi saatnya aku belanja mingguan, biasa pergi bersama Lauren. Kami menghabiskan waktu bersama sampai sore, sementara Kelvin pasti sedang sibuk di gudang belakang.

Sejak pagi aku belum melihat Lauren ke luar dari kamarnya. Sampai matahari mulai meninggi dia tak muncul juga. Aku penasaran. Mencoba mengetuk pintu kamarnya. Tak ada sahutan. Aku berkeliling rumah, tetap tidak ada.

"Bu," panggil seseorang mengejutkanku.

"Kelvin, apa kau lihat adikmu Lauren?" tanyaku khawatir.

Dia hanya menggeleng.

"Apa itu?" Aku mengernyit melihat benda-benda unik dan lucu yang dipegangnya.

Dia menyodorkan benda yang dipegang ke arahku.

"Wah, ini baru bagus. Mirip seperti aslinya. Pintar kamu, Kelvin. Ibu boleh minta untuk tas, kunci rumah, kunci mobil?" tanyaku.

Dia mengangguk bersemangat.

"Gantungan kunci berbentuk jari ini, ukurannya kecil, padahal jarimu kan besar, Vin?" Aku merasa ada yang aneh dengan gantungan kunci yang kupegang.

"Kalau besar, jadi nggak lucu. Nanti Ibu pasti tidak memujiku."

"Oh iya ya, ngomong-ngomong Lauren ke mana ya?"

"Dia habis membantuku, agar aku mendapat pujian dari ibu. Ini." Kelvin menyodorkan cincin bermata satu milik Lauren ke tanganku.

Jakarta, 11 Maret 2019


Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang