💕💕💕
Nayla menyodorkan sebuah benda pipih panjang pada kekasihnya, terlihat dua garis merah di sana.
"Apa? Kamu hamil?" cowok berseragam putih abu-abu itu mengguncang bahu sang kekasih.
Ia lalu mengacak rambutnya, merasa geram dan kesal. Tak pernah menyangka perbuatannya selama ini pada sang kekasih akan berbuah hasil yang tak diinginkan.
"Kamu mau kan tanggung jawab?" tanya sang gadis.
"Maksud kamu nikah gitu? Hey, kita masih sekolah. Aku mau ngasih kamu makan apa nanti? Trus belum lagi kedua orang tua kita, emang mau nerima anak itu?" oceh si cowok.
"Tapi, Ren. Trus gimana sama janin ini?" Cewek itu mengusap perutnya.
"Gugurin aja, kamu makan apa kek, atau minum jamu."
Si gadis tertunduk, "Rendi, perbuatan kita udah dosa, kamu mau nambah dosa lagi. Kasihan anak ini nggak salah."
"Ya trus gimana? Aku belum siap nikah."
"Ren, please." Si cewek terus memohon.
"Okey, okey, aku tanggung jawab."
Mereka akhirnya menikah, meskipun orang tua si cewek marah besar. Masa depan Putri mereka seakan direnggut begitu saja. Padahal Nayla adalah anak perempuan tertua di keluarganya. Tak ada lagi harapan bagi orang tua Nayla dengan kehamilan sang anak yang di luar pernikahan itu.
Setelah menikah, awalnya gunjingan terus menghampiri keluarga besar kedua belah pihak. Namun, lambat laun tak terdengar lagi suara para ibu-ibu tukang gosip membicarakan keluarganya sampai anak itu lahir.
💕💕💕
"Kenapa cuma satu garis?" pria bertubuh jangkung itu menatap sinis sang istri.
"Ya gimana, Mas. Memang Allah belum mengizinkan kita untuk memiliki momongan." Si istri menatap dengan pandangan sayu.
Lelah, pernikahannya sudah hampir sepuluh tahun. Namun, keluarga kecil mereka belum dikaruniai seorang anak satu pun untuk meramaikan rumah.
"Aku capek, Mas. Keluarga kamu selalu menanyakan kapan kalian punya anak? Kapan kami dikasih cucu? Nggak bisa apa mereka mengerti perasaan ku?"
"Kamu pikir aku nggak capek, berobat sana sini, dari alternatif sampai ke rumah sakit. Kita berdua sehat kok."
"Ya udah, Mas percaya. Mungkin hanya masalah waktu saja. Kita memang belum dipercaya untuk punya momongan."
Suami istri itu terdiam.
Meski yang dikatakan istrinya benar, hanya masalah waktu. Namun, di luar sana mereka mulut ibu-ibu yang nyinyir itu tak mau tahu. Setiap kali bertemu si istri, apalagi kalau bukan masalah anak yang dibahas.
Dibilang inilah, itulah. Perempuan yang belum memiliki anak dari pernikahan yang sah justru dianggap sebelah mata dari pada muda mudi yang hamil di luar nikah.
Miris.
Ketika perbuatan dosa dianggap hal yang biasa.Naudzubillah. Semoga anak dan cucu kita terhindar dari dosa zina. Aamiin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
Short StoryBerisi kumpulan cerpen. Ada yang ikut event di KBM di post di sini. Genre campur