***"Mas, aku mau resign," ucap wanita berjilbab hijau muda seraya menyiapkan sarapan untuk sang suami.
"Kamu serius, Sayang?"
"Iya, besok Senin aku mau kirim surat pengunduran diri ke atasan aku."
"Loh, bukannya tahun depan kamu diangkat jadi pegawai tetap? Nggak sayang?" Sang suami menatap tajam istrinya.
"Enggak, Mas. Aku hanya ingin fokus. Agar aku nggak kecapekan lagi, dan kita bisa program kehamilan."
"Apa ada yang menyinggung masalah itu di kantor?"
"Enggak, Mas."
"Ya sudah, kalau memang itu sudah keputusan kamu, Mentari. Toh aku kan juga masih kerja."
"Iya, Mas Andika sayang ...."
Mereka melanjutkan sarapan, usia pernikahan sudah memasuki tahun kedua, namun tak ada tanda-tanda kehamilan dalam rahim Mentari. Berbagai omongan dan pertanyaan selalu datang, bahkan ada yang menganggap bahwa mereka menunda kehamilan.
Berbagai macam cara telah dilakukan, dari makan makanan bergizi, vitamin, pijat, program ke dokter, bahkan sampai ke orang pintar sekalipun pernah mereka lakukan. Namun, mungkin memang Allah belum mempercayai mereka untuk memiliki seorang anak.
Esoknya Mentari mengirim surat pengunduran diri pada atasannya, sang atasan terkejut karena Mentari adalah salah satu karyawan yang rajin dan berprestasi.
"Kamu nggak sayang, Tari. Keluar bulan ini? Bulan depan kan THR natal turun, lumayan loh sebulan gaji," ujar rekan kerja Mentari.
"Nggak apa-apa lah, mudah-mudahan diganti yang lebih sama Allah."
Mentari bekerja di sebuah bank swasta, setiap tahun karyawannya mendapatkan dua kali THR, Iedul Fitri dan Natal. Meskipun berbeda keyakinan, semua tetap dapat hak yang sama sebesar satu kali gaji.
Sebulan sudah Mentari menjadi ibu rumah tangga yang seutuhnya, iseng ia berjualan online menjadi reseller dari seorang teman. Ia juga membuka warung di rumah, menjual sayur matang juga pecel. Hasilnya lumayan, hitung-hitung mengisi kekosongan waktu.
Suatu malam sang suami hendak meminta nafkah batin, Mentari baru ingat kalau sudah lima hari ia telat datang bulan.
"Mas, aku sudah telat, bisa kita tidak melakukannya malam ini? aku takut kalau-kalau di rahimku ada janinnya. Nanti luntur lagi," ucap Mentari pada sang suami seraya mengambil sebuah alat tes kehamilan.
"Ya sudah, coba kamu cek dulu ke kamar mandi."
"Di sini tulisannya kalau mau cek besok pagi-pagi bangun tidur." Mentari memperlihatkan bungkus alat kehamilan pada Andika.
"Ya sudah, kita tidur saja ya."
***
Esoknya Mentari ke luar kamar mandi dengan wajah berbinar, ia membangunkan sang suami."Mas, bangun!" Mentari mengguncang tubuh Andika pelan.
Andika menggeliat.
"Ada apa?""Lihat nih, dua garis!" Mentari menunjukkan alat tespeck di tangannya.
"Alhamdulillah ... Akhirnya ...." Andika memeluk erat sang istri.
Tak hentinya mereka mengucap syukur, penantian panjang akhirnya terjawab sudah. Mentari hamil. Andika menjadi semakin bersemangat dalam mencari nafkah demi buah hati mereka.
Bulan demi bulan berlalu, tak ada ngidam yang berarti bagi Mentari, mual muntah pun tidak, kata orang namanya 'hamil kebo'. Mereka bahagia sampai hari itu tiba, Mentari melahirkan seorang anak perempuan secara sesar karena ketuban pecah dini dan terlilit tali pusar dua lilitan. Anak mereka diberi nama Cinta Humaira.
Hari hari mereka begitu bahagia, keluarganya kini sudah lengkap, tak ada lagi gunjingan, bahkan omongan buruk dari orang sekitar. Orangtua mereka juga bahagia karena telah mendapatkan cucu pertamanya.
Sampai suatu hari sang suami pulang, dengan wajah kesal. Ia telah tertipu dengan temannya karena ikut investasi emas. Uang ratusan juta dibawa kabur, namun tak satupun batang emas logam mulia ia terima.
***
"Bun, Ayah mau resign," ucap Andika lirih, padahal ia baru mengikuti test pegawai agar diangkat menjadi pegawai tetap di kantornya, Andika bekerja di sebuah bank BUMN sebagai karyawan outsourcing."Apa? Tapi, Mas. Kalau Mas nggak kerja kita mau usaha apa? Sementara belum ada panggilan dari perusahaan lain? Sedangkan kebutuhan kita makin banyak." Mentari keberatan dengan keputusan suaminya.
"Usaha aja lah ...."
"Memang kenapa, Mas?"
"Tadi siang di kantor ada tausiah dari ustaz mengenai riba, Mas takut, Mas kan kerja di bank."
"Tapi, Mas. Anak kita gimana? Mana tiap bulan sering sakit, pasti setor ke dokter buat berobat. Kalau Mas nggak kerja gimana?"
"Kamu tenang aja ya, semoga ada jalannya."
Andika berusaha menguatkan sang istri, memang Cinta setiap bulan sering ke dokter, ada saja penyakitnya, alergi, batuk pilek, panas tinggi, bahkan sampai sesak napas. Usia Cinta sudah satu tahun delapan bulan, dan berat badannya masih kurang, karena dia sering sakit-sakitan.
Akhirnya sebulan kemudian Andika resmi ke luar dari pekerjaannya, ia lalu mencairkan uang Jamsostek, uang dari masa kerjanya selama kurang lebih enam tahun ia ambil, dan digunakan untuk membuka usaha kecil-kecilan. Alhamdulillah usaha Andika lancar. Namun, ia juga tak henti mengirim surat lamaran ke perusahaan. Sampai akhirnya sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pakan ternak memanggilnya dan menerimanya menjadi staf HRD.
Yang lebih membahagiakan adalah, selama Andika menganggur dan usaha di rumah, Cinta tak pernah lagi pergi ke dokter tiap bulan seperti sebelumnya. Ia merasa hidupnya selama ini telah salah, bersyukur karena ia tak terlambat hijrah, menjauh bahkan meninggalkan yang namanya riba. Semua demi Cinta.
Ia tak ingin caranya membersihkan harta dengan membuat sang buah hati terserang penyakit. Meskipun penyakit ringan, anak adalah harta yang paling berharga terlebih tak mudah mendapatkan Cinta.
Mereka berdua bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah berikan selama ini. Mungkin uang yang dibawa kabur itu memang bukan rezekinya, Allah ganti dengan uang berkah lainnya. Masya Allah.
.
Allah Azza Wa Jalla berfirman dalam QS. Al-Baqarah: Ayat 275اَلَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبٰوا لَا يَقُوْمُوْنَ اِلَّا كَمَا يَقُوْمُ الَّذِيْ يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطٰنُ مِنَ الْمَسِّ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَالُوْۤا اِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبٰوا ۘ وَاَحَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰوا ۗ فَمَنْ جَآءَهٗ مَوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖ فَانْتَهٰى فَلَهٗ مَا سَلَفَ ۗ وَاَمْرُهٗۤ اِلَى اللّٰهِ ۗ وَمَنْ عَادَ فَاُولٰٓئِكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
.
"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.""Sayang, hidup ini sebenarnya sederhana. Hanya kebanyakan manusia merasa kurang puas dengan apa yang ia dapat, gaya hidup yang membuat mereka jauh dari jalan yang diridhoi Allah. Alhamdulillah aku bisa mengikuti jejakmu ke luar dari bank. Sehingga Allah jawab dengan kehamilan kamu. Sekarang setelah aku ke luar, Allah menjawabnya dengan ini." Andika menyodorkan sebuah sertifikat rumah pada sang istri.
"Masya Allah. Alhamdulillah ya Allah. Kita bakal punya rumah sendiri? Nggak ngontrak lagi, Mas?" Kedua mata Mentari berbinar. Andika mengangguk pelan.
Andika merengkuh tubuh istrinya, dikecupnya kening Mentari juga Cinta yang duduk di pangkuannya.
End
***
Juara 1 event
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
Short StoryBerisi kumpulan cerpen. Ada yang ikut event di KBM di post di sini. Genre campur