| C H A P T O7 |

111 14 7
                                    

"Look at the sky, I'll become the stars and shine on you."

Wannaone - Deeper




Chapter O7;
True facts





Langit terlihat mendung, malam ini bintang terlalu malas menampakkan dirinya di atas sana.

Mungkin ia terlalu lelah menghibur penghuni bumi.

Kata Bintang; untuk apa aku menghibur kalau kesedihan masih melanda? Untuk saat ini, izinkan aku untuk beristirahat sejenak dari langit sana. Cahayaku mulai meredup.

Kalimat-kalimat itu bukan karanganku. Pernah sekali aku melihat di majalah tentang dunia astronomi.

Dalam kalimat itu, aku mengerti tentang arti dari kata tersebut. Di bawah langit, masih banyak manusia yang bersedih. Mencurahkan segala isi hatinya pada benda-benda di langit sana.

Bukan hanya bulan, bintang pun lelah. Mendengarkan setiap ocehan sendu yang tak kunjung ada habisnya. Rasanya tak adil, ketika diri ini juga mempunyai porsi sedihnya masing-masing, tetapi ditugaskan untuk menghibur para manusia yang tengah bersedih.

Lantas, siapa yang mau menghibur bintang? Tidak ada.

Dan malam ini, aku ingin meminta maaf.



Bintang, maaf, malam ini aku kembali datang hanya untuk menunjukkan air mata. Meski kali ini kalian tidak menampakkan diri di langit sana, tapi aku yakin, kalian pasti memperhatikanku dalam diam.

Aku sedih, bintang. Kenapa setelah bangun dari koma, sulit sekali mendapat kepercayaan dari kakak?

Padahal sebelumnya, apapun kalimat konyol yang keluar dari mulutku, kakak selalu percaya.

Aku juga tidak mengerti, kenapa Bibi Ilna tidak melihatnya. Apa mungkin benar-bila Jinyoung hanya ilusiku?

Atau seperti yang pernah kubaca di sebuah novel, kalau Jinyoung sudah menjadi arwah?

Tidak, tidak. Jinyoung belum mati. Buktinya tadi malam aku masih melihat dia ikut comeback bersama Wannaone.

"Pasti mata kakak yang salah!" Aku mendengus, "Mungkin besok aku harus membelikan Bibi Ilna kacamata baru. Pasti silindernya bertambah, makanya nggak lihat Jinyoung."

Angin berhembus kencang, menembus hingga masuk melalui pori-pori kulitku. Tubuhku bergetar sedikit, terlalu dingin. Aku lupa memakai jaket, terlalu terburu-buru meninggalkan rumah.

Mengabaikan aku yang hanya memakai baju tidur berbahan tipis.

"Nuna, pulanglah."

Refleks aku menoleh ke samping kanan. Dan, "Astaga!" pekikku histeris. Tubuhku hampir saja kejengkang kebelakang kalau saja tanganku tidak menahan ke sisi lain kursi taman ini.

Bagaimana bisa dia tiba-tiba disini!?


"Apa nuna baik-baik saja?" tanyanya khawatir, wajahnya tampak menggemaskan.

Dengan kaku, kuanggukan kepala. "K-kok bisa kamu tiba-tiba di sini?"


Gila.
Aku masih terkejut.



Bahkan suara derap kaki saja tidak sekalipun kudengar. Lalu bagaimana cara Jinyoung bisa -dengan ajaibnya- berada di sampingku?

Deeper | Bjy √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang