| C H A P T O6 |

99 16 4
                                    

"Even if darkness falls again, and a higher wall block me. Now I'm not afraid, because I'm not alone anymore."

Wanna One - Burn It Up




Chapter O6;
I'm not.






"Ibu usahakan untuk pulang cepat." Ibu mengusap surai hitamku dengan lembut, mengatakan kalimat itu di dalam mobil. Kami hanya dibatasi kaca mobil.

Aku menatap Ibuku melas, kenapa disaat aku sedang sakit -bahkan baru diperbolehkan pulang dari rumah sakit hari ini- Ibu malah membiarkanku sendirian di rumah?


Ah, sudahlah. Bukankah sudah biasa jika aku selalu sendirian di rumah?


Semoga saja di kulkas banyak persediaan makanan, agar aku tidak kesepian.


"Dan satu lagi, Ibu sudah menyediakan banyak makanan untukmu. Dimakan ya, biar cepat sembuh."


Wah, Ibu tau saja apa yang sedang aku butuhkan.


Aku mengangguk sedikit semangat, "Ibu tidak berangkat? Nanti telat, lho." Aku terkekeh, pura-pura mengajak bercanda. Padahal aslinya aku ingin cepat-cepat masuk ke dalam rumah. Lututku sudah lemas.

Ibu mengangguk, lalu melenggang pergi dengan mobil putih miliknya. Setelah mobil Ibu sudah tidak terlihat lagi dalam pandanganku, aku melesat masuk ke dalam rumah.

Melempar tas ke sembarang arah, aku terbaring lemas di atas sofa empuk berwarna merah maroon. Kenapa aku selalu merasa bosan di setiap detik hidupku?

Ah, memang membosankan.


Segera bangkit dari sofa, aku pergi ke dapur mencari sesuatu yang bisa ku makan. Lalu tersenyum senang saat melihat ada sekotak es krim di dalam lemari es. Begitu ingin kututup pintu lemari es ini, mataku menangkap sebuah bolu red velvet yang masih utuh.


Wah, surga dunia banget ini sih, pikirku memekik bahagia.


Dengan dua tangan penuh membawa camilan ini, aku melangkah ke teras rumah. Udaranya lebih sejuk, meski hanya pepohonan yang menjadi televisi alamiku.

Rasanya terlalu sepi, jadi aku memutarkan lagu Wannaone di album terbaru, hide and seek.

Don’t say let’s not see each other anymore
Don’t leave me alone
Don’t say this is the end
Everyday when the morning comes and I open my eyes
I will live as I breathe

Don’t act so brusquely to me
I can’t endure this. . .))

Tidak usah membayangkan aku sedang bernyanyi. Mulutku sudah penuh dengan sepotong kue red velvet kesukaanku.


"Sstt, sstt."



Mulutku berhenti mengunyah, begitu mendengar ada suara orang berbisik. Tetapi setelah itu tidak ada suara lagi. Ah, mungkin aja suara ayam, pikirku lalu lanjut mengunyah.


"Nuna."


Dengan cepat lagu yang sedang mengalun di ponselku, langsung ku matikan.


Benar.
Aku tidak salah dengar. Tadi ada yang memanggilku.


Lalu aku menoleh ke kanan, tapi kosong—tidak ada siapa-siapa. Namun begitu aku menoleh ke kiri,


Deeper | Bjy √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang