"korek mana? "tanya Brayn melirik Kevin yang sedang berbicara dengan nayla yang juga meresponnya.Brayn berdecak
" nih"kevin menyodorkan korek berwarna merah pada Brayn yang sedang membelakangi mereka berdua. Brayn tidak berniat untuk ikut campur dengan urusan dua insan itu. Lebih baik ia tidur. Toh niatnya mengajak Nayla hanya karena supaya Nayla tidak marah karena ucapannya tadi.
Nayla melirik Brayn yang sedang tidur membelakanginya dengan tangan yang menempel dikepala sembari memegang sepuntung rokok diantara jari telunjuk dan jari tengah.
"kak"panggil Nayla tapi tidak digubris oleh Brayn membuat Nayla menghela nafas.
Nayla mencabut puntung rokok yang mulai mengecil dari tangan Brayn membuat sang empu membuka matanya sembari mengernyit.
Nayla tersenyum saat melihat Brayn membuka matanya dan kembali seperti biasa sembari mengatur nafas dan mulai berbicara.
"gak suka rokok"
Brayn diam. Ia sibuk mengingat kata kata yang pernah juga dikeluarkan oleh perempuan yang ia cintai dulu sampai sekarang.
"gak suka rokok Brayn! "Brayn tersenyum mengingatnya. Bagaimana ia bisa melupakan wanita itu kalau setiap saat ada orang yang selalu mengingatkan dirinya pada nabila.
Nayla. Dia orangnya.
Nayla yang melihat Brayn tersenyum sembari menatap Nayla lama membuat sang empu gelagapan sembari menggoyang goyangkan telapak tangannya kearah wajah Brayn membuat laki laki itu tersadar dan mengambil rokok yang tadinya berada ditangan Nayla kasar.
Nayla mengernyit.
"nay, mending loh kekelas"suruh Brayn mengalihkan tatapannya kearah pohon rindang.
Nayla tampak bingung dengan wajah Brayn yang semula tersenyum kembali datar.
"kenapa? "tanya Nayla bingung
Brayn berdiri dari tidurnya dan berjalan mendahului nayla tanpa menjawab pertanyaan yang Nayla lontarkan sedari tadi.
" kak Brayn " lirih Nayla pelan melihat Brayn meninggalkannya. Kenapa dadanya begitu nyeri saat Brayn memperlakukannya seperti itu. Ia tidak habis pikir dengan hatinya sekarang. Walaupun ia diperlakukan seperti itu, komitmen yang ia buat sejak dulu tidak akan berubah sampai kapanpun. Ia mencintai Brayn.
Nayla beranjak dari tempatnya dan pergi entah kemana.
***
"nayla kemanos seh?! "teriak minda berkaca pinggang sembari bersilang dada mencari sekelilingnya.
Minda mencari ketempat yang biasa Nayla kunjungi seperti perpustakaan tapi nihil.nayla tidak ada disitu bahkan perpus sedang ditutup sekarang dikarenakan guru guru sedang mengadakan rapat.
"Sinting tuh anak! Gue ditinggalin? Gak ngajak ngajak"suara yang sedari tadi mengganggu pendengaran siswa siswi yang berjalan berdampingan dengan minda yang memasang wajah kesalnya karena suara toa milik minda sudah berkoar.
"kak Brayn! Nayla mana? "untung saja Brayn berjalan melewati minda dan akhirnya Brayn menoleh tanpa ekspresi tapi minda malah diam saat melihat pangeran itu menatapnya. Bukan hanya minda saja yang seperti itu tapi seluruh masyarakat sekolah ini.
" anjir! Mulus setan! "gumam minda tersenyum tapi Brayn malah pergi tanpa menjawab dan menghampiri gengnya yang berada dikantin.
Minda memanyunkan bibirnya
" Nayla! "teriaknya prustasi
***
Disini Nayla sekarang. Tempat dimana dulu ia sering bermain bersama temannya semasa kecil. Ia rindu dengan perempuan itu. Sudah satu tahun ia tidak pernah bertemu lagi dengan perempuan itu. Nayla tidak tau sekarang ia kemana. Pikiran Nayla mengatakan bahwa temannya masih berada disini,tidak keluar kota ataupun keluar negri.
KAMU SEDANG MEMBACA
YEN-NAY✔️
Teen FictionSaya gak punya uang kak, jadi apa yang bisa saya bantu biar bisa ganti rugi? "tanya Nayla melirik kearah Brayn lalu kembali menatap kedepan dimana dua laki laki yang tidak sama sekali Nayla kenal sedang berfikir lalu tersenyum penuh tanda tanya. "...