"kak bisma! "teriak Nayla mengacak ngacak rambutnya kasar. Nayla melirik arloji sesaat lalu menggeram kesal pasalnya abangnya itu selalu lupa dengan jadwal pulangnya. Jika bukan kakaknya siapa lagi? Mamanya sedang bekerja dibandung bersama ayahnya. Ah! Kalau bukan kakak kandungnya sendiri sudah ia tendang ke laut merah.Terpaksa Nayla harus berjalan sampai tujuan tanpa bantuan seseorang sedikitpun. Ia berharap ada satu oranglah yang membantunya saat ini. Tubuhnya sudah sangat tidak kuat berjalan dikarenakan Nayla sempat dihukum hormat dilapangan dua jam lamanya hal itu terjadi saat jam pelajaran bu norta, guru agama yang terlihat ramah tapi tidak dengan hatinya. Nayla tidak sengaja lupa membawa buku cetak dan langsung diperintahkan untuk pergi keluar kelas dengan berat hati ia mengangguk dan keluar.
"aduh! "ringis Nayla mengusap kepalanya saat ada batu yang melayang dan menimpanya cukup kuat walau hanya sebesar biji kedondong tapi nyeri sampai kebagian dalam. Membuatnya tidak berhenti meringis lalu jatuh ke aspal. Jangan bilang Nayla lemah! Ia hanya ingin duduk tapi tidak ada kursi disekelilingnya. Tidak ada cara lain selain duduk diaspal.
Seoerang laki laki meyejajarkan wajahnya didepan Nayla.
Perempuan itu tampak pucat
"Nay? "Brayn mengipaskan tangannya saat Nayla tak kunjung menyaut
Kali ini ia berteriak" Nayla...! "
Barulah Nayla mengerjap, tersadar dari lamunannya." hah? I-ya, kenapa?"
"loh gak papa?"Brayn mampu menghilangkan rasa sakit pada kepalanya tapi tidak dengan hatinya.
Tapi Nayla bisa mengendalikan diri. Ia menggeleng pelan. Lalu mengerjap berkali-kali membuat Brayn mengernyit bingung.
Apakah ini Brayn? Kenapa ia semanis ini! Nayla lupa bahwa ia ingin menghindar sesaat tapi sirna perlahan saat melihat Brayn bersikap seolah olah baru mengenal Nayla.
Saat pandangan Nayla berpapas pada pandangan Brayn, cewek itu ditabuh pikirannya yang berkecamuk kemana mana. Ia ingin berbicara, tapi mulutnya serasa mendadak terkunci rapat tanpa cela.ia ingin bangkit tapi kakinya serasa ditimpa beban sangat berat. Apa karena kejadian tadi? Batin Nayla.
"woi!! "nayla terlonjak kaget saat Brayn kembali mrneriakkinya tepat ditelinga perempuan itu.
" ishhhh! "nayla menutup kupingnya sembari berdecak.
" batu tadi... "Brayn menggantungkan kalimatnya sembari menggaruk kepala pelan
" gue yang lempar. Tapi loh jangan ngamuk! Gue gak sengaja"
Nayla menyipitkan matanya menatap Brayn yang menaikkan alisnya.
"gak percaya! "balas Nayla cepat membuat Brayn membulat kan mata. Berani perempuan ini dengannya?
" wah! Loh nantang! "ucap Brayn maju beberapa langkah membuat Nayla mundur sembari menelan Saliva kasar dan membuang muka saat Brayn kembali berjalan membuatnya terpojok ditiang listrik jalan.
Nayla tak bergeming
"kak!" teriak Nayla mampu membuat Brayn menoleh kebelakang saat arah pandangan Nayla tertuju kejalan.
Nayla langsung berlari sekencang mungkin tanpa melihat kebelakang lagi. Ia tidak perduli dengan rambut yang diterpa angin, tas yang sudah terbuka dan yang lebih parah sepatu yang sudah lepas entah kemana.
"nayla! Gila tuh cewek"gumam Brayn ikut mengejar perempuan yang yang sebentar lagi sesenti dan..
"Nay! Gue capek! "Brayn terjatuh tepat dibawah kaki Nayla seperti sedang berlutut membuat Nayla melebarkan mata dan mencoba membantu laki laki itu untuk duduk dikursi dekat ia berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
YEN-NAY✔️
Teen FictionSaya gak punya uang kak, jadi apa yang bisa saya bantu biar bisa ganti rugi? "tanya Nayla melirik kearah Brayn lalu kembali menatap kedepan dimana dua laki laki yang tidak sama sekali Nayla kenal sedang berfikir lalu tersenyum penuh tanda tanya. "...