Semua tokoh milik Masashi kishimoto
.
.
.
.Butiran salju turun bersama dengan hawa dingin yang kian menusuk. Kebanyakan orang akan lebih memilih duduk di depan perapian ditemani oleh secangkir coklat hangat. Bersama dengan canda tawa seluruh anggota keluarga, kebahagiaan akan terasa sangat lengkap.
Setidaknya itulah yang diinginkan kebanyakan orang. Begitupun dengan gadis cantik yang kini tengah duduk dalam sebuah kafe di pinggir jalan. Duduk disalah satu sudut kafe, membuat gadis cantik bersurai pirang itu tak terjangkau oleh pengunjung yang lain.
Gadis cantik itu, Namikaze Naruto. Sudah hampir 30 menit duduk seorang diri sambil menatap butiran salju yang turun siang itu. Namun jika diperhatikan lebih dekat, maka siapapun akan melihat kekesalan yang terpancar dari kilau matanya.
'Kling'
Bunyi lonceng yang terpasang di atas pintu kafe itu menjadi tanda bahwa baru saja ada pengunjung lagi yang datang. Dengan tergesa gadis cantik bersurai merah yang baru saja masuk itu segera menghampiri salah satu pojok ruangan.
"Gomen Naru, tadi jalanan lumayan ramai." Ucap gadis bersurai merah itu tepat di hadapan Naruto.
"Kau tau Kyuu-nee, rasanya aku ingin sekali membunuh kekasih keriputmu itu." Dengan wajah dan nada datarnya, Naruto menjawab ucapan sang kakak yang hanya dapat menggaruk pipinya salah tingkah.
"Jangan marah, oke. Aku minta maaf." Dengan tampang memelas, Kyuubi mengatupkan kedua tangannya di depan wajah.
"Bisa kita pulang sekarang? Aku lelah." Masih setia dengan wajah datarnya, Naruto justru mengacuhkan ucapan sang kakak.
"Oh, ayolah Naru, sebentar lagi yah. Setidaknya biarkan aku meminum coklat panas yang sudah ku pesan." Kembali Kyuubi membujuk adik bungsunya ini yang sering kali kumat sifat ketusnya bila sedang kesal.
"Kapan kau memesan?" Dengan salah satu alis terangkat, Naruto bertanya.
"Oh iya, pelayan!" Dengan cepat Kyuubi memanggil pelayan yang kebetulan berdiri tidak jauh dari tempat mereka.
"Aku pesan coklat hangat satu, kau mau Naru?"
"Hm." Hanya dengan gumaman tak jelas itu Kyuubi tau bahwa adiknya itu mengatakan 'iya'.
"Oke, coklat hangatnya dua." Kembali menatap kearah pelayan tadi, Kyuubi mengeluarkan senyum memikatnya.
"Coklat hangat dua. Baiklah saya permisi sebentar." Dengan sopan pelayan itu membungkuk kecil kemudian pergi.
Kesunyian mengelilingi kedua adik kakak itu. Alunan musik klasik yang diputar oleh pelayan kafe membuat suasana di kafe itu terasa begitu tenang. Butiran salju masih turun menjadi objek yang sedari tadi ditatap oleh Naruto.
Walau ingin, Kyuubi sama sekali tak tau harus membuka percakapan seperti apa pada adik bungsunya. Tiga tahun sudah Naruto tinggal di asrama. Semenjak itu pula Kyuubi tak pernah bertemu dengan adiknya itu.
"Permisi ini pesanan anda." Salah seorang pelayan datang dengan membawa dua coklat hangat yang tadi dipesan oleh Kyuubi.
"Oh iya. Terima kasih."
Kembali keheningan itu menguasai, entah apa yang ada dalam benak mereka. Suara piano yang melantunkan nada sedih seolah menyindir keheningan di antara mereka membuat Kyuubi menjadi kesal. Dengan cepat Kyuubi menghabiskan coklat hangatnya.
"Sudah. Ayo pergi." Ajak Kyuubi setelah meletakkan uang di atas meja.
Tanpa kata Naruto mengikuti langkah Kyuubi. Karena terlalu lama hening, akhirnya setelah melaju beberapa saat Kyuubi memilih untuk mengajak Naruto bicara.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Kyuubi hanya untuk basa-basi dan memecah sunyi.
"Baik."
"Ck, ayolah. Tidak adakah yang ingin kau katakan? Aku bosan terus-terus diam." Dengan kesal Kyuubi berbicara pada Naruto dengan suara sedikit keras.
"Aku. Bingung."
"Eh?"
"Aku bingung harus mengatakan apa. Aku takut kalau salah bicara nee-chan akan marah." Ucap Naruto pelan mengeluarkan apa yang sedari tadi mengganggunya.
Sedikit merasa bersalah, Kyuubi ikut terdiam. Ia kembali merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa mengerti apa yang menjanggal dibenak adik bungusunya itu.
"Tenang saja. Kau sedang bicara dengan kakakmu sendiri jadi tak perlu takut." Dengan suara lembutnya Kyuubi mencoba untuk menenangkan perasaan adiknya.
"Em."
Dengan ini, hari baru akan mulai dijalani oleh Naruto. Hidup yang sebelumnya hanya berpusat pada satu titik, kini akan berubah. Kebersamaan keluarga mereka akan diuji.
Tbc..
..
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Niņaivaka
Teen FictionSasufemNaru Ucapan mungkin akan terlupakan seiring dengan berjalannya waktu. Sesuatu yang keluar dari mulut seseorang, terkadang bukanlah sesuatu yang penting untuk di ingat bagi orang lain. Tapi lain halnya dengan setiap langkah yang telah di lalu...