Semua karakter milik Mashashi Kishimoto....
.
.Chapter sebelumnya...
"Kau! Jauhi Sasuke-kun ku. Dan jangan coba-coba untuk menggodanya." Ucap gadis berambut pink sambil menunjuk wajah Naruto.
Saat itu juga Naruto ingin memeriksakan telinganya ke spesialis telinga.
.
.
Naruto hanya diam saat gadis bersurai pink itu berceloteh mengenai Sasuke yang adalah tunangannya. Walau bosan, Naruto tak bisa masuk ke dalam kelas sebelum gadis itu menyingkir dari pintu. Dalam hati Naruto memaki gadis bernama Haruno Sakura juga sensei mereka yang sampai sekarang belum menunjukkan batang hidungnya.Ucapan Sakura terus mengalir seperti air terjun, tak jelas titik komanya. Naruto hanya mampu menghela napasnya merutuki nasib buruk yang mulai merusak mood baiknya. Sebenarnya bisa saja Naruto melewati gadis cerewet itu dengan mudah dan sepertinya memang akan dia lakukan jika Sakura tak kunjung menghentikan ucapan tak jelasnya.
"Apa kau sudah selesai Haruno-san?" Tanya Naruto dengan nada datar. Habis sudah stok kesabarannya yang memang tak begitu banyak.
"Kau! Berani sekali kau memotong ucapanku. Kau tak tahu siapa aku hah!" Bentak Sakura kesal. Ini kali pertama dalam hidupnya ada seorang gadis tak tahu diri yang memotong ucapannya.
"Tentu aku tahu, kau Haruno Sakura, putri dari Haruno Kizashi dan Haruno Mebuki. Sayangnya asal usulmu tak ada hubungannya denganku. Sekarang menyingkir dari jalanku." Nada meremehkan meluncur tanpa hambatan dari mulut Naruto. Dengan satu gerakan ia mampu menggeser tubuh Sakura dari pintu.
Tak hanya Sakura yang tercenggang melihat kelakuan Naruto, karena pada kenyataannya seluruh murid yang menyaksikan hal itu menunjukkan reaksi yang sama. Mereka menatap Naruto takjub karena walaupun mengetahui siapa Sakura, Naruto masih tetap menunjukkan sikap yang sama. Bahkan sampai Naruto duduk di bangkunya, tak ada satupun orang yang mengeluarkan suara.
"Kau baik-baik saja Naruto-san?" Tanya pemuda dengan tato segitiga terbalik di kedua pipinya.
"Hem, memang aku kenapa?" Tanya balik Naruto sambio memandang Kiba bingung.
"Etto, kau kan baru saja membentak Haruno. Kau yakin akan baik-baik saja?" Sedikit banyak Kiba merasa sangsi dengan sikap Naruto yang kelewat santai.
"Kau tak perlu khawatir, dia hanya Haruno." Jawab Naruto kelewat cuek.
'Hanya Haruno?' Tanya Kiba dalam hati yang tak mampu menyembunyikan keterkejutan dari wajahnya. Mulutnya bahkan sampai terbuka melihat tingkah teman barunya yang ajaib ini.
Jam pertama sebelum istirahat Naruto habiskan untuk tidur karena tak ada guru yang masuk. Moodnya masih buruk karena kelakuan Sakura pagi tadi. Ditambah dengan ketidak hadiran Sasuke membuat Naruto merasa damai karena tak ada tatapan tajam yang menghujamnya.
Naruto tersentak kaget saat merasakan dingin yang menyengat pipi kirinya. Naruto telah siap menyebut semua nama yang ada di kebun binatang sebelum ia melihat manik hitam yang seolah menghipnotisnya. Helaan napas meluncur mulus. Naruto menatap tersangka di depannya dengan tatapan malas.
"Ada yang bisa ku bantu Uchiha-san?" Tanya Naruto malas dan bersiap kembali menelungkupkan kepalanya dengan tangan sebagai bantalan.
Tanpa mengatakan apapun Sasuke meletakkan kaleng jus jeruk dan roti coklat di depan Naruto. Kelakuannya itu menuai kerutan di kening sang gadis pecinta ramen. Ia menatap Sasuke aneh saat pemuda itu duduk di bangku milik Kiba. Merasa Naruto menatapnya, Sasuke langsung menatap wajah gadis cantik itu.
"Hn."
Naruto hanya menggeleng kecil sebelum menggeser kaleng jeruk dan roti dari tempatnya terlelap. Sebelum Naruto sempat melakukan apa yang diinginkannya, ponsel pintar di saku seragamnya lebih dulu berbunyi. Setengah tak rela, Naruto tetap saja menjawab panggilan telpon itu.
'Naruto pov'
Oh Kami-sama, tidakkah kau akan membiarkanku merasa tenang sedikit lebih lama. Baru saja aku merasa damai setelah urusan Haruno pagi tadi. Lalu kau mengirim Uchiha-pantat-ayam-menyebalkan ke hadapanku, dan sekarang ada yang menelponku. Kenapa aku merasa jadi orang penting sekarang.
Dengan ogah-ogahan aku mengangkat telpon itu tanpa niat membaca nama sang pengganggu sama sekali.
"Moshi-moshi."
'Naru kau harus kemari.'
"Hm, ada apa?"
'Aku mendapatkan sesuatu yang menarik, kau harus kesini.'
"Apa?"
'Sudah datang saja dulu, akan ku jelaskan setelah kau kemari.'
"Sepulang sekolah."
'Oke.'
Apalah yang diinginkan orang itu. Hah, mau bagaimana lagi. Sebenarnya aku tak mau berurusan dengan mereka, tapi mendengar suaranya yang penuh semangat membuatku penasaran. Entah kenapa firasatku menyuruh agar ikut ambil bagian dalam hal yang ingin mereka bicarakan.
"Siapa dobe?"
Ah, aku hampir saja lupa kalau makhluk jejadian ini masih duduk di sampingku.
'Normal pov'
Sasuke yang melihat Naruto mengangkat telpon manatap dengan rasa ingin tahu tinggi. Walau sesaat Sasuke dapat melihat kilatan penasaran dari manik musim panas yang begitu ia kagumi. Seketika rasa ingin tahu Sasuke melonjak. Apa yang dapat membuat Naruto tertarik?
"Siapa dobe?" Tanya Sasuke tepat setelah Naruto kembali menyimpan ponselnya.
"Bukan urusanmu. Sudah sana pergi, sebentar lagi bel masuk. Aku tak mau orang-orang aneh itu kembali menggangguku." Ucap Naruto kesal ketika mengingat kelakuan Sakura dan temannya pagi tadi.
"Apa maksudmu?" Tanya Sasuke datar.
"Oh, kau tak tahu. Ya, sudah." Jawab Naruto yang kembali menidurkan kepalanya.
Dengan sedikit kasar Sasuke mendorong tubuh Naruto ke arah sandaran kursi. Kedua tangan Sasuke berada tepat di kedua pundak Naruto. Wajah terkejut Naruto kini berada tepat di depan wajah Sasuke.
"Jangan coba-coba mempermainkanku dobe. Katakan apa maksud ucapanmu." Perintah Sasuke mutlak sambil menatap tepat di dalam manik biru Naruto.
Setelah sadar dari kekagetannya, Naruto menghela napas sejenak. Kembali ia tatap manik Sasuke yang seolah tengah memenjarakannya. Seulas senyum terbit dibibir ranum Naruto.
"Terkadang aku tak mengerti Uchiha-san, untuk sesaat aku merasa mengenalmu. Tapi sesaat kemudian aku kembali merasa asing denganmu. Sebenarnya siapa kau?" Tanya Naruto tanpa menyembunyikan rasa ingin tahu dari suara dan tatapan matanya.
Tbc....
.
.
.
.
.Udah lama gak update, maaf yah, lagi banyak tugas..
Jangan lupa vote dan comentnya yah
KAMU SEDANG MEMBACA
Niņaivaka
Teen FictionSasufemNaru Ucapan mungkin akan terlupakan seiring dengan berjalannya waktu. Sesuatu yang keluar dari mulut seseorang, terkadang bukanlah sesuatu yang penting untuk di ingat bagi orang lain. Tapi lain halnya dengan setiap langkah yang telah di lalu...