Semua tokoh milik Masashi kishimoto
.
.
.
.Chapter sebelumya...
Namun belum sempat pemuda itu menjawab pertanyaanku, ia telah lebih dulu jatuh tersungkur di atas salju putih. Dan dapat kurasakan tanganku di tarik kasar kebelakang hingga membuatku sesaat hilang keseimbangan.
.
.'Normal pov'
"Brengsek! Jangan coba-coba mendekati kekasihku!" Dengan kasar Itachi menarik tubuh pemuda yang tengah tersungkur untuk kembali menghajarnya.
"Apa yang kau lakukan Itachi?" Setelah tersadar dari keterkejutannya, Kyubi langsung menepis tangan Itachi dari tubuh pemuda yang di tanyainya tadi.
"Kau lebih memilih pemuda tak tau diri ini Kyu?" Bentakan dalam suara kekasihnya membuat Kyubi terdiam sesaat. Namun tidak lama, karena ia langsung manampar pipi Itachi dengan keras hingga meninggalkan kenangan disana.
Mengabaikan Itachi yang tak percaya dengan apa yang di lakukan kekasih tercintanya, Kyubi justru mencoba menolong pemuda korban kecemburuan Itachi.
"Kau baik-baik saja?" Dengan cemas Kyubi menanyakan pertanyaan klise pada pemuda yang bahkan tak di ketahui namaya.
"Tak apa. Sebaiknya kau pergi sebelum kekasihmu kembali menghajarku." Sedikit meringis saat rasa sakit menyerangnya, pemuda itu tetap mencoba untuk tersenyum.
"Maaf ya. Siapa namamu?"
Melihat cara Kyubi bicara yang terkesan lembut membuat Itachi dongkol. Mau marah, tapi gak tega. Mau sabar, kesabarannya terbatas. Menghela napas panjang, Itachi mencoba untuk menetralisir amarahnya.
"Utakata."
.
'Shion pov'
Aku sangat cemas sekarang. Cukup lama aku berkeliling mencari jalan pulang, tapi tetap saja aku tak ingat lewat jalan yang mana tadi. Beberapa kali bertanya pada orang yang ku temui, mereka hanya mengatakan 'tidak tahu'.
Di tengah kegelisahan yang ku rasa, seorang pemuda datang dan menyapaku. Wajahnya terlihat bagitu ramah dengan senyum yang senantiasa terbit di bibirnya.
"Ada yang bisa ku bantu? Kau terlihat gelisah."
Suara lembutnya terdengar begitu menenangkan bagiku. Suara dengan intonasi yang sempurna. Tutur kata lembut dan sopan yang sangat khas dengan penduduk setempat.
"Ah, aku tersesat." Walau malu, aku tetap mengatakan apa yang terjadi.
Senyum maklum tampak di wajah rupawan pemuda itu. Ah, aku bahkan belum bertanya siapa namanya.
"Bagaimana jika kau ikut denganku ke menara utama. Kita bisa memakai pengeras suara untuk mencari saudaramu."
Saran yang kau berikan membuatku merasa bodoh. Bagaimana bisa aku melupakan informasi ini. Padahal tou-san telah mewanti-wanti hal ini sebelum kami keluar.
"Em iya. Kalau boleh tahu, siapa namamu?" Perlahan ku tanya siapa namamu.
"Yagura."
Sejak saat itu aku tahu satu hal, bahwa aku sangat tertarik padamu.
.
Lain dengan saudaranya yang panik dan cemas, Naruto justru menikmati kesendiriannya. Berkeliling menikmati kesibukan orang-orang yang di lihatnya. Sesekali Naruto membantu anak-anak ataupun ibu-ibu yang kesusahan. Melihat kesibukan mereka, beberapa kenangan muncul dalam ingatan. Namun, secepat datangnya secepat itu pula Naruto menepis kenangan itu.
"Pengumuman untuk saudara dari Namikaze Shion agar menuju ke menara pusat. Sekali lagi saya ulangi. Perhatian untuk saudara dari Namikaze Shion agar segera menuju ke menara pusat."
Pengumuman yang di dengar dari pengeras suara membuat Naruto terdiam sejenak. Menulis sesuatu dalam buku kecil yang selalu di bawanya kemanapun dalam jaketnya, Naruto lalu memanggil seorang anak kecil yang tengah asik bermain.
Narutopun menyuruh anak yang di panggilnya untuk mengantarkan suratnya ke menara pusat sesuai dengan isi pengumuman tadi. Setelah mendapat uang dari Naruto, anak itupun langsung berlari menuju ke arah tujuannya.
Kembali melanjutkan perjalanannya beberapa saat, Naruto lalu singgah ke sebuah kedai yang menjual berbagai jenis makanan tradisional. Setelah memesan, Naruto memilih meja yang berada di pojok kedai tersebut. Tempat yang sesuai untuk kembali menikmati aktivitas penduduk desa.
Tak sengaja netra shaphire Naruto melihat seorang wanita cantik yang familiar baginya. Cara berpakaiannya, cara jalannya, gerakan tubuhnya, semua itu terkesan familiar. 'Siapa?' Pertanyaan besar muncul dalam benak Naruto. 'Wanita bersurai merah? Apa dari keluarga kaa-san? Tapi siapa?'
Tebak-tebakan dalam benaknya baru terhenti saat pelayan datang dan mengantar pesanannya. Memilih untuk acuh, Narutopun langsung menyantap makanan yang tadi di pesannya.
'Enak.'
Makanan enak memang selalu mampu membuat senyum terbit di wajah cantik gadis pirang itu.
Tbc..
..
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Niņaivaka
Teen FictionSasufemNaru Ucapan mungkin akan terlupakan seiring dengan berjalannya waktu. Sesuatu yang keluar dari mulut seseorang, terkadang bukanlah sesuatu yang penting untuk di ingat bagi orang lain. Tapi lain halnya dengan setiap langkah yang telah di lalu...