4

264 26 3
                                    

Semua tokoh milik Masashi kishimoto

.
.
.
.

Pagi datang di temani oleh butiran salju yang turun dengan tenang. Dalam rumahnya, setiap orang masih sibuk dengan keluarga mereka masing-masing. Akhir Desember dimana sekolah sedang libur di manfaatkan oleh para pelajar untuk bersantai.

Naruto untuk pertama kalinya pulang ke rumah semenjak masuk asrama, memilih untuk menghabiskan waktu di rumah. Kurama, Kyubi, dan Shion menyusun berbagai rencana untuk mengajak Naruto keluar. Berbagai bujuk rayu telah mereka lancarkan tapi tak ada satupun yang berhasil membuat Naruto beranjak dari duduk manisnya.

Bisik-bisik di antara mereka seperti lebah yang berdengung. Namun, Naruto sama sekali tak peduli pada apa yang mereka rencanakan. Naruto memilih untuk fokus pada buku yang di belinya saat perjalanan pulang dari pada mendengarkan percakapan tidak penting mereka.

"Kalian tunggu disini! Nii-san akan bicara pada tou-san."

Mendapat anggukan dari kedua adiknya, Kurama langsung beranjak menemui ayah mereka. Mengeluarkan berbagai alasan di depan Minato, Kurama berusaha agar Minato bisa memuluskan rencana mereka untuk membawa Naruto keluar. 

"Tapi Ku, kita mau kemana?"

Terdiam. Kurama belum berfikir akan kemana. Bagaimana bisa ia tidak memikirkan tujuan mereka.

"Sudahlah Ku, lebih baik kita habiskan waktu di rumah. Sebentar lagi tou-chan akan pergi ke toko."

"Ah, bagaimana kalau kita pergi ke vila milik kaa-chan saja, bukannya tempatnya cukup bagus untuk bermain salju. Kita bisa mengajak Naru bersenang-senang."

"Vila yang di Taki?"

"Iya. Bukannya kaa-chan punya vila disana?"

Minato berpikir sejenak. Memikirkan keputusan yang paling tepat. Setelah terdiam beberapa saat, akhirnya Minato mengangguk. Senyum lebar terbit di wajah tampan pemuda yang saat ini sedang menunggu wisudanya.

Dengan semangat, Kurama berlari menemui adik-adiknya setelah meminta Minato untuk membujuk putri bungsu keluarga itu. Senyum dengan cepat menular pada Minato. Bayangan wajah cantik istrinya yang tengah tersenyum, membuat Minato tak sabar untuk segera pergi dan bersenang-senang dengan anak-anaknya.

Minatopun beranjak menemui Naruto yang masih setia dengan buku di tangannya. Perlahan Minato duduk di samping Naruto dan mengelus puncuk kepalanya.

"Naru tak ingin keluar?" Suara lembut Minato mengalihkan Naruto dari bacaannya yang menggantung.

Naruto menatap lekat wajah tou-sannya yang terlihat begitu menenangkan. Senyum terlihat di wajah tampan lelaki itu. Tak ada niatan dalam diri Naru untuk mengecewakan tou-sannya.

"Apa tou-san ingin Naru keluar?" Dengan senyum tipisnya, Naruto menjawab pertanyaan yang di lontarkan padanya dengan pertanyaan pula.

"Tou-san ingin mengajak Naru ke vila kaa-san yang ada di Taki. Kita bisa bersenang-senang disana selama liburan. Naru mau?"

"Tentu. Naru akan ikut."

"Baiklah Naru bersiaplah. Setelah selesai kita akan langsung berangkat. Kita bisa mampir ke toko sebentar untuk mengambil bahan makanan."

Melihat sinar di wajah Minato, perasaan Naruto menghangat. Semangat Minato mampu menulari sisi dingin Naruto dan membuatnya ikut bersemangat.

Setelah Minato pergi ke kamarnya, Narutopun beranjak ke kamarnya. Memilih beberapa pakaian dan keperluannya selama di vila, Naruto terus menimang barang apa saja yang akan di bawanya agar tidak melebihi yang di butuhkan.


.

Di dalam satu-satunya rumah megah yang ada di Taki, keluarga Uchiha tengah sibuk membereskan barang yang mereka bawa dari Konoha. Ya, karena Sasuke baru saja kembali setelah menyelesaikan Junior Schoolnya lebih awal. Untuk merayakan hal itu, nyonya Uchiha mengajak seluruh anggota keluarganya berlibur ke Taki.

Malam hari yang begitu dingin membuat keluarga Uchiha memilih untuk duduk bersantai dekat perapian. Canda tawa dari Itachi dan Mikoto terdengar memenuhi ruangan itu. Kejahilan Itachi pada Sasuke membuat Fugaku selaku kepala keluarga menggeleng. Tawa yang tak pernah tampak di luar rumah kini memenuhi rumah besar itu. Sisi manusiawi terbukti di miliki keluarga itu walau tak pernah mereka umbar.

Walau kesal dengan sikap Itachi, Sasuke tak dapat menapik kehangatan yang di rasakannya saat melihat keluarganya bersama. Selama ini ia hanya tinggal bersama kakeknya, tapi sekarang, melihat kebahagiaan keluarganya membuat Sasuke tak ingin pergi kemanapun. Biarlah semua orang di luar sana menganggapnya tak memiliki perasaan, karena hanya dia sendiri yang tahu bagaimana perasaannya.

Sekelebat ingatan mengenai sosok yang beberapa bulan ini mengganggu pikiranya muncul dalam benak Sasuke. Gadis cantik yang masih ia cari keberadaannya hingga hari ini. Sasuke sangat berharap bahwa gadis itu akan menjadi bagian dari Uchiha. Ya, semoga saja.

Di tempat lain rambut panjang seorang gadis yang tengah melihat butiran salju dari jendela kamarnya berkibar di mainkan lembut oleh angin. Angin musim dingin itu seolah membawa pesan dari benak bungsu Uchiha.




Tbc...
.
.
.
.
.


NiņaivakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang