5

265 24 5
                                    

Semua tokoh milik Masashi kishimoto

.
.
.
.

Sentuhan angin musim dingin membelai lembut tubuh-tubuh yang betah menyamankan diri di balik selimut. Salju masih setia menyapa bumi dengan butirannya tanpa mempedulikan jalanan yang tak lagi dapat dilewati kendaraan. Orang tua terus mengingatkan anaknya agar menunggu salju berhenti sebelum bermain bola salju.

Di vila sederhana yang ditempati para Namikaze, semua anggota keluarga tengah berkumpul menikmati sarapan bersama. Beberapa lelucon dikeluarkan oleh Kurama dan Kyubi. Dengan kompak mereka berdua menjahili kedua adiknya. Minatopun sesekali ikut melakukannya. Wajah kesal Shion dan Naruto seolah mendatangkan kebahagiaan tersendiri.

"Bagaiman kalau saat salju berhenti, kita pergi ke desa? Dari yang aku dengar mereka tengah mempersiapkan perayaan tahun baru." Pengalihan topik dilakukan Kyubi agar Shion dan Naruto yang mulai kesal tidak berakhir marah pada mereka.

"Benarkah?" Antusiasme terlihat jelas di wajah Shion. Perayaan adalah sesuatu yang selalu dapat mengalihkan perhatian Shion.

"Tentu, kalian akan ikutkan?" Bukan Kyubi yang menjawab melainkan Kurama. Tatapan penuh arti di layangkan pada Naruto yang terlihat tak tertarik.

"Shion ikut." Terkadang gadis yang kini duduk di bangku kelas 3 senior high itu terlihat begitu manja pada kedua kakaknya.

"Naru?" Melihat tatapan yang diarahkan Kurama padanya membuat Minato memanggil nama putrinya untuk meminta jawaban yang diinginkan Kurama.

"Hm, Naru ikut."

Sorakan gembira dikeluarkan oleh yang lain dan ditanggapi senyum dari Minato. Dengan begitu, penantian mereka pasti akan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan.









.











"Chi, pergilah ke desa dan belikan kaa-san barang-barang ini." Permintaan Mikoto membuat Itachi yang tengah memainkan ponsel pintarnya menoleh.

Suara kaa-sannya berasal dari dapur membuat Itachi beranjak dari duduknya. Sebagai anak yang baik tentu saja Itachi akan langsung memenuhi permintaan kaa-sannya.

"Barang apa kaa-san?" Tanya Itachi tepat setelah ia berdiri di samping Mikoto yang tengah sibuk dengan masakannya.

Sebenarnya ada beberapa maid di rumah besar itu, tapi Mikoto memilih untuk mengurus keluarganya sendiri. Tugas maid itu hanya sebatas membersihkan rumah.

"Ah, sebentar." Setelah mencuci tangannya, Mikoto lalu menuliskan apa saja yang harus dibelikan oleh anaknya.

"Ini, kau bisa mengajak Sasuke serta. Dia hanya duduk tak ada kerjaan di kamarkan?" Ucap Mikoto sambil menyerahkan secarik kertas bertuliskan daftar belanjaan pada Itachi.

"Hm." Anggukan Itachi menjadi jawaban yang didapat oleh Mikoto.

Sambil menuju kearah kamar Sasuke, Itachi membaca apa saja yang harus dibelinya. Setelah berada di depan pintu kamar sang adik, Itachi langsung membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"Otouto, kaa-san memintamu menemaniku ke desa." Tanpa membuang waktu, Itachi langsung mengatakan tujuannya.

"Hn, tidak mau." Tanpa perasaan Sasuke langsung menolak begitu saja ucapan kakaknya.

"Ayolah otouto, kau tak percaya kalau ini memang permintaan kaa-san?"

"Hn."

"Baikalh akan ku katakan pada kaa-san kalau kau menolak."

"Ck, baiklah. Aku ikut."

Senyum kemenangan tersungging di bibir Itachi. Itachi tahu, sedingin apapun Sasuke, ia tak mungkin menolak keinginan kaa-san mereka. Karena sama seperti dirinya, Mikoto adalah sumber kehangatan bagi mereka.

Beberapa saat kemudian merekapun pamit dan melangkah ke desa. Jalanan yang tertutup salju tebal membuat Sasuke dan Itachi memutuskan untuk berjalan kaki. Beruntung salju telah berhenti turun memenuhi bumi dengan warna putihnya. Namun, angin dingin yang menerpa mereka tetap membuat Itachi dan Sasuke semakin mengeratkan pakaian hangat yang dikenakan.









.








"Wah, benar-benar ramai yah. Padahal baru juga berhenti saljunya."

Shion benar-benar takjub melihat kesibukan warga desa yang berlalu lalang memasang lampu-lampu. Saudaranya yang lainpun ikut menatap keramain disekeliling mereka. Banyak anak-anak yang berlarian disepanjang jalan. Para orang tua sibuk menghiasi halaman mereka dengan berbagi pernak-pernik.

Sibuk dengan pemikiran masing-masing, membuat keempat saudara itu tidak menyadari bahwa mereka memilih jalan yang berbeda. Tertelan oleh kerumunan membuat mereka terpisah. Menyadari hal itu membuat keempatnya panik.

Dari tempat mereka masing-masing, satu persatu mulai mencari jalan. Disusuri kembali jalan yang tadi mereka lalui sambil melihat kesekeliling. Tidak jarang mereka bertanya pada warga yang dilewatinya.

'Sial! Kalian dimana?' Dalam benaknya, Kurama memaki dirinya atas kelalaian yang dilakukannya.

.

'Kurama pov'

Kususuri jalan yang tadi ku lalui. Sedikit bayak hal ini mmbuatku merasa cemas, terlebih pada Shion. Adikku yang satu itu mudah sekali lupa arah. Kurama benar-benar berharap ketiga adiknya menyadari hal ini, sehingga mereka bisa saling mencari.

"Sial! Kalian dimana?' Dalam benaknya, Kurama memaki dirinya atas kelalaian yang di lakukannya.

'Kurama pov end'








.
.









Disisi lain kedua Uchiha yang tadi diminta oleh kaa-san mereka untuk belanja terlihat tengah menyusuri jalan untuk kembali. Tidak ada percakapan di antara keduanya. Tapi berbeda dengan adiknya, Itachi masih terseyum pada warga yang menyapa mereka.

"Kyuu!" Seru Itachi antara yakin dan tidak pada sosok yang terlihat seperti orang yang sangat dicintainya. Sasuke yang berdiri di sampingnya hanya melirik Itachi sekilas.

Saat dilihat gadis yang dipanggilnya menoleh seolah mencari sumber suara, Itachi langsung menuju kearahnya dengan tergesa. Itachi benar-benar geram saat melihat Kyubi tengah berbincang dengan lelaki lain.

'Kyubi pov'

"Permisi!" Dengan sopan akupun mencoba untuk bertanya pada pemuda yang kulihat sedang memasang lampu hias di depan rumahnya.

"Iya?"

Mendapat respon dari pemuda itu, tanpa basa-basi aku langsung mengutarakan maksudku. Ku jelaskan secara rinci ciri-ciri ketiga saudaraku. Pakaian yang dikenakan, tinggi badan, warna rambut, semuanya, dengan harapan pemuda di depanku mengetahuinya.

Namun belum sempat pemuda itu menjawab pertanyaanku, ia telah lebih dulu jatuh tersungkur di atas butiran salju putih. Dan dapat kurasakan tanganku ditarik kasar kebelakang hingga membuatku sesaat kehilangan keseimbangan.







Tbc...
.
.
.
.
.

NiņaivakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang