10

204 21 0
                                    

Semua karakter milik Mashashi Kishimoto....

.
.
.

Naruto yang baru saja sadar langusung mengedarkan pandangannya untuk menjelajahi sekelilingnya. Pandangan Naruto terpaku pada sosok yang kini duduk di dekat jendela sambil memaikan ponsel pintarnya. Kelihatannya orang itu belum menyadari bahwa Naruto telah sadar. Perlahan Naruto mencoba untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang. 

Naruto yang telah berhasil duduk memilih untuk tetap diam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja dilihatnya dan dirasakannya. Semua hal yang baru saja dilihatnya dalam mimpi seolah hanya sebuah lelucon belaka.

'Apa itu hanya mimpi?' Pikir Naruto.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Sasuke yang berjalan santai ke arah ranjang Naruto.

"Hm. Seperti yang kau lihat." Jawab Naruto yang tak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Hn."

Setelah lenggang beberapa saat, Narutopun kemudian turun dari ranjang. Tingkahnya itu hanya diperhatikan oleh Sasuke tanpa komentar apapun. Saat Naruto mulai melangkah, Sasukepun masih tetap diam. Tapi jika diperhatikan dengan jeli Sasuke sebenarnya memasang posisi siaga jika Naruto akan terjatuh. Tapi karena Naruto yang memang kondisinya sudah membaik, sama sekali tak ada kendala saat mencoba untuk berjalan.

Setelah beberapa langkah dan merasa dirinya baik-baik saja, Narutopun kembali melanjutkan langkahnya dan pergi meninggalkan UKS. Sasuke sendiri yang ditinggal tetap diam dan menunggu beberapa detik sebelum ikut melangkah meninggalkan UKS.

Lorong KHS mulai sepi. Kebanyakan siswa memilih pulang dan ada beberapa yang masih di sekolah untuk urusan klub. Naruto yang baru keluar dari UKS langsung melangkah menuju kelas untuk mengambil tasnya. Keadaan yang sepi tak membuat Naruto merasakan takut, padahal jika saja Naruto tidak melamun maka ia pasti sudah ketakutan.

'Sasuke pov'

Untuk pertama kalinya aku mengikuti seorang perempuan. Entah kenapa aku tak ingin mengalihkan perhatianku darinya. Tapi ada hal yang hingga sekarang mengganggu pikiranku.

'Kenapa si dobe itu bersikap seolah tak mengenalku?'

Satu pertanyaan yang terus mengganggu ku. Aku yakin benar itu adalah mata yang sama, rambut yang sama, juga orang yang sama. Tapi kenapa ia terlihat seperti tak mengenalku. Sebenarnya apa yang terjadi? Langkah kakinya yang mulai meninggalkan sekolah setelah mengambil tas juga masih sama seperti yang terakhir ku ingat.

'Apa yang sebenarnya terjadi setelah hari itu?'

Aku terus mengikuti langkahnya yang terkesan lambat. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Tapi dimataku ia terlihat seperti orang linglung dan hal itu membuatku cemas. Sesaat ia berhenti dan melihat ponselnya, mungkin ada yang menghubunginya. Tapi tak lama karena setelah itu ia kembali mengantongi ponselnya.

Beberapa saat menunggu, Naruto lantas menaiki bus yang berhenti di halte tempatnya menunggu. Aku yang memang sengaja menjaga jarak langsung mempercepat langkahku agar dapat menaiki bus yang sama.

Aku memilih duduk di belakang tempat duduknya. Entah dia menyadari keberadaanku atau tidak. Tapi jelas hari ini aku menjadi seorang stalker.

'Normal pov.'

Naruto yang baru saja duduk di dalam bus langsung memandang jalanan yang sepi. Pikirannya sedang kacau saat ini. Naruto tahu bahwa sejak ia keluar dari UKS ada yang mengikutinya. Tapi Naruto memilih untuk diam. Selama orang itu tak melakukan apapun, ia pun akan memilih untuk tak peduli.

Pikiran Naruto melayang kemimpi yang tadi didapatnya, ditambah lagi pesan yang baru saja masuk ke ponselnya. Rasanya Naruto ingin berteriak sekarang.







.

















Selepas makan malam, Naruto langsung melangkah ke kamarnya. Di samping jendela kamarnya ada tangga yang dapat digunakan untuk menuju ke atap rumahnya. Naruto memilih untuk menenangkan diri sambil menatap kearah gemerlap kota. Pikirannya melayang ke tempat yang sangat jauh menyisakan raga yang kini hanya menatap kosong ke depannya.

"Apa yang kau lamunkan?"

Suara dari sampingnya membuat Naruto hampir saja tergenlincir jika orang itu tak sigap memegang tangannya.

"Ku-nii?" Panggil Naruto yang masih sedikit terkejut melihat sang kakak kini duduk di sampingnya.

"Apa yang kau lakukan di sini, hm? Ini sudah malam."

Teguran yang diberikan Kurama membuat Naruto tersenyum. Entah kapan terakhir kali ada yang menegurnya keluar malam. Perasaan hangat kembali memenuhi rongga dada Naruto. Semenjak ia kembali dari asrama, satu persatu kebahagian datang memenuhi kehidupannya. Perasaan yang hampir tak pernah lagi ia rasakan kini kembali.

"Hem, hanya sedang berpikir." Jawab Naruto santai sambil menatap lurus ke depannya.

"Begitu."

Melihat Naruto tak ingin melanjutkan percakapan membuat Kurama kembali bungkam. Ia pun ikut larut dalam keheninggan yang menenangkan. Tak ada yang dapat Kurama katakan untuk sekedar menghibur Naruto. Sejak makan malam, Kurama dapat melihat Naruto tengah mengalami sesuatu yang tak diketahui Kurama.

"Ne, nii-can." Panggil Naruto pelan sambil menunduk.

"Hm?"

"Apa menurut nii-can mereka akan kembali?" Masih dengan suara kecilnya Naruto bertanya.

"Mereka?" Respon Kurama yang tak mengerti dengan ucapan Naruto.

"Em."

Lenggang sejenak. Kurama terlihat tengah berpikir keras akan maksud ucapan sang adik. Beberapa nama kini muncul dalam benaknya tapi langsung ditepisnya karena merasa bukan itu yang dimaksud. Setelah beberapa saat barulah Kurama membelalakkan matanya saat ia menangkap maksud Naruto.

"Mereka? Maksudmu mereka yang itu?" Tanya Kurama tak percaya.

"Em." Jawab Naruto yang disertai dengan anggukan lemah.

"Tapi Naru, kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu?" Tanya Kurama bingung walau tak mampu menutupi getar dalam suaranya.

"Aku hanya berpikir, semenjak kematian kaa-chan bukankah kita tak pernah menerima surat apapun. Hari itu dia mengatakan bahwa akan mengambil salah satu bunga kaa-chan. Dan hingga hari ini Naru masih penasaran. Apa maksud bunga ini? Apakah bunga dalam artian sesungguhnya taukah bunga dalam bentuk kiasan?" Ucap Naruto panjang lebar yang kini sambil menatap langit di atasnya seolah sedang menerawang apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Maksudmu, bunga kiasan itu..." Kurama tak mampu melanjutkan ucapanya.

Kecemasan jelas dapat ditangkap oleh pendengaran Naruto. Kecemasan yang sama juga telah melanda hatinya. Tak ada suara yang muncul karena keduanya larut dalam kenangan.




















Tbc...
.
.
.
.

Jangan lupa vote juga coment...

NiņaivakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang