8

251 27 5
                                    

Sejak pernikahan Itachi-Kyubi, semuanya berjalan lancar. Naruto pun kembali ke asramanya dan menyelesaikan masa Junior Schoolnya dengan baik. Kurama mulai mengambil alih toko milik keluarganya. Shionpun telah diterima di universitas yang didambakannya.

Pagi ini keluarga Namikaze sedang berkumpul di ruang makan kecuali Kyubi tentunya, karena ia tinggal di mansion Uchiha bersama Itachi. Akhirnya tahun ajaran baru datang, Shion dan Naruto telah bersiap untuk kembali melanjutkan dunia pendidikan mereka.

Setelah selesai sarapan dan mendapat nasehat dari Kurama mengenai cara menjadi junior yang baik, Shion dan Narutopun berangkat. Mereka menaiki bus yang sama karena sekolah mereka cukup dekat satu sama lain. Sesekali Shion mengingatkan mengenai beberapa senior Naruto yang harus dihindarinya karena dulu mereka adalah adik kelas Shion. Karena bagaimanapun Naruto akan masuk ke sekolahnya dulu dan murid sekolah itu sangat menjunjung tinggi kekayaan dan derajat.

Naruto sendiri sebenarnya antara rela dan tidak untuk sekolah disana, karena ia hanya ingin ketenangan selama sekolah. Tapi apa mau dikata, tou-sannya sangat berharap ia sekolah di sana, terlebih beasiswa dari sekolah itu mampu meringankan beban biaya nanti.

'Semoga semua akan berjalan lancar dan tenang.' Doa Naruto dalam hati sambil menatap langit cerah dari kaca bus yang dinaikinya.









.










Konoha High School, sekolah elit tempat anak konglomerat menimba ilmu. Sebenarnya bukan hanya anak konglomerat tetapi ada juga anak beasiswa yang berhasil masuk ke sana. Namun jangan salah, karena kecerdasan tetaplah utama untuk masuk sekolah bergengsi itu.

Selama tiga tahun kedepan anak baru akan menempuh pendidikannya, begitu pula dengan Naruto yang baru saja tiba. Jarak halte dengan sekolah tidak begitu jauh sehingga tak memakan waktu jika menempuhnya dengan berjalan kaki.

Melihat sekolah yang begitu besar membuat Naruto berdecak kesal. Bagaimana tidak, bisa sajakan jarak dari kelas ke perpustakaan, kantin, atau lainnya begitu jauh. Walau begitu, Naruto tetap saja telah menghapal tata letak ruangan sesuai denah yang telah disediakan oleh pihak sekolah saat pendaftaran.

Melangkah santai menuju ke arah kelasnya, Naruto tak peduli pada keadaan disekelilingnya yang begitu bising. Beberapa gadis dengan pakaian yang menurut Naruto terlalu ketat sedang berteriak tak jelas.

'Lebih baik langsung ke kelas saja.' Mengikuti benaknya, Naruto melangkah menuju ruang kelasnya.



.





"Shion!"

Suara keras yang memanggilnya dari arah belakang berhasil menarik perhatian Shion. Rok hitam dan kaos abu-abu yang dipadukan dengan blezer putih membuat Shion terlihat santai. Melihat pemuda yang ditemuinya di Taki kini berdiri dihadapannya, Shion tak mampu menutupi senyumnya.

"Yagura."

"Hai, aku tak menyangka kita akan bertemu di sini. Ternyata dunia memang sempit ya."

"Ya kau benar. Kau kuliah di sini juga?"

"Ya, begitulah."

Keduanya berjalan beriringan tanpa menyadari orang lain yang menatapap keduanya. Keadaan disekeliling mereka seolah hanyalah pajangan yang menghiasi dunia keduanya. Shion yang memang telah menaruh hati pada Yagura, dengan begitu mudah baginya untuk melupakan lingkungannya.

'Cinta memang buta, iya kan?' Pertanyaan dari benak seseorang yang melihat adegan di depan matanya.


.





Hari pertama sekolah semua berjalan lancar menurut Naruto walaupun ia harus menahan rasa dongkol lantaran kelasnya yang begitu bising. Bagaimana tidak, para gadis di kelasnya tak henti berteriak saat ada pemuda yang memperkenalkan diri. Padahal menurut Naruto semua pemuda itu biasa saja.

Sesekali Naruto menghela napas berat. Ia bisa merasakan tatapan tajam yang tengah mengarah padanya semenjak guru bermasker mereka mengundi tempat duduk. Bukan salahnya jika undian itu membuatnya duduk di samping pemuda dengan tata segitiga terbalik di pipinya. Pemuda di sampingnya pun sepertinya merasakan hal yang sama karena sejak tadi Naruto melihatnya duduk dengan tak nyaman.

Kembali menghela napas, entah sudah berapa kali Naruto melakukan hal itu hari ini. Ingin sekali Naruto berbalik dan melempar buku tebal yang diambilnya dari kamar Kurama. Tapi sekali lagi hal itu hanya keinginan. Keinginan yang tak mungkin ia lakukan. Naruto tentu tahu siapa yang menatapnyya sedari tadi. Ia adalah orang yang sama yang terus memperhatikannya di acara pernikahan Kyubi.

"Sabar Naruto, kau harus menahan dirimu. Jangan sampai kau terlibat dengan hal semacam 'itu' lagi." Gumam Naruto pelan yang dikiranya hanya mampu didengar olehnya.

"Kau mengatakan sesuatu?"

Namun ternyata Naruto salah, pemuda di sampingnya ternyata sedikit mendengar gumamannya tadi.

"Ah, tidak. Etto, tadi siapa namamu?" Kebiasaan Naruto mengusap tengkuknya saat malu membuat pemuda itu tertawa. Beruntung guru mereka baru saja keluar untuk membiarkan para murid saling berkenalan kembali.

"Kau tak memperhatikan perkenalan sedari tadi. Baiklah namaku Inuzuka Kiba."

Keceriaan yang ditunjukkan Kiba membuat Naruto tersenyum malu karena ketahuan melamun. Tatapan yang sedari tadi dirasakannya membuat Naruto sama sekali tak bisa fokus.

"Salam kenal Inuzuka-san. Namaku Naruto." Ucap Naruto.

"Tentu, aku memperhatikan sedari tadi." Kembali ucapan Kiba membuat Naruto salah tingkah, "Apa kau merasakan yang aku rasakan Naru-chan?" Tanya Kiba sambil tersenyum canggung.

"Hah, lupakan saja Kiba. Tak usah kau pedulikan. Biarkan saja dia melakukan apa yang dia inginkan." Ucap Naruto yang kembali kesal saat sadar tatapan di belakangnya semakin terasa dan malah ditambah dengan aura gelap.

"Kau tahu siapa yang melakukannya?" Kiba sama sekali tak memiliki keberanian untuk menoleh. Entah kenapa aura yang dipancarkannya membuat Kiba tak memiliki keberanian untuk mengusiknya.

"Uchiha Sasuke." Jawab Naruto santai tanpa menyadari tatapan tak percaya dari lawan bicaranya.

"Uchiha Sasuke? Kau gila!" Kiba sungguh tak mengerti dengan sikap lawan bicaranya yang kelewat santai ini.

"Ha?" Kini giliran Naruto yang bingung. Menurut Naruto reaksi Kiba terlalu berlebihan.

Sebelum Kiba sempat mengaatakan apapun untuk menjawab, Naruto telah lebih dulu bangun saat bel baru saja berbunyi. Naruto melangkah dengan santai meninggalkan kelas tanpa mengucapkan apapun pada Kiba. Menurut Naruto, Kiba mungkin tak akan bisa mengerti cara berfikirnya. Disaat seperti ini Naruto jadi merindukan teman-temannya dulu.

'Kalau saja kalian di sini, mungkin sekolah ini tak akan membosankan.' Pikiran Naruto melayang membayangkan wajah-wajah yang dulu selalu dilihatnya setiap hari.

Naruto tersentak kaget saat tiba-tiba ada yang menarik tangannya dengan keras. Naruto baru saja akan berbelok di samping tangga saat ada yang menariknya dan mendorongnya ke dinding. Sejenak Naruto kehilangan kata-kata saat menyadari posisinya yang tengah terkukung oleh pemuda di hadapannya. Tubuh Naruto langsung membeku saat pemuda itu mengatakan sesuatu.

"Aku menemukanmu, dan tak akan ku lepaskan lagi," ucapan pemuda itu berhenti sejenak, "Dobe."


























































Tbc..
.

.
.
.
.

Jangan lupa vote juga coment 😊

NiņaivakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang