Suara shuttlecock yang di pukul kasar cukup membuat ku mengalihkan pandangan ku. Melihat ke depan, ke arah laki-laki yang entah bagaimana bisa Ia sampai di sini.
Aku hanya menatapnya nyalang, lalu melihat kertas yang diberikan laki-laki itu kepada ku. Kata-katanya bahkan masih terngiang saat kertas itu mulai Ia sodorkan padaku."please, dateng Ta" ucapnya tadi sembari menyerahkan kertas undangan yang tertuliskan nama yang tak asing lagi bagi ku.
Aku menatapnya lama, Ia masih saja bermain bersama mesin yang mengeluarkan shuttlecock sendiri. Berlari ke sana ke mari lalu melakukan pukulan keras seolah-olah Ia sedang mengeluarkan segala emosinya.
Aku mengalihkan pandangan ku lagi, menatap laki-laki itu sama saja membuka kembali lembaran-lembaran lama yang telah ku biarkan termakan oleh waktu. Tapi, kelihatannya tetap saja tidak bisa, bahkan setelah bertahun-tahun lamanya.
.
.2013
"Ta, ntar temanin gue makan ya" tiba-tiba suara berat dari laki-laki yang sudah ku kenal di luar kepala menyeruak begitu saja di indera pendengaran ku.
Ku tatap wajahnya sebentar, lalu kembali lagi menyusun shuttlecock yang telah ku kumpulkan sedari tadi.
"Ta?" sahutnya sekali lagi.
"Gue ada latihan tambahan Vin" balas ku pada akhirnya.
Laki-laki yang bernama Kevin itu mencabikkan bibirnya, selalu saja begitu jika maunya tak bisa terpenuhi.
"Inikan Rabu Ta, Lo kok tambahan mulu" sahutnya kembali tapi kali ini tanganya mulai membantuku untuk menyusun shuttlecock yang akan disusun di satu box besar.
"Kata Coach massa otot gue kurang. Jadi, gue harus giat lagi latihan" Jawab ku pada akhirnya.
Tak ada jawaban darinya, kualihkan lagi pandangan ku pada wajahnya, masih saja mencabikkan bibirnya. laki-laki dihadapkan ku ini benar-benar menggemaskan, kalian harus tahu itu.
"Vin, lo kenapa diam?" tanya ku
Tak ada jawaban dari laki-laki dihadapan ku. Hal itu membuat ku menarik nafas dalam lalu menghentikan gerakan tangan ku untuk menyusun shuttlecock. Masih ku pandangi wajahnya dan dia juga mengalihkan pandangannya ke arah ku. Pandangan kami saling bertemu, "Oke gue temanin, tapi malam ya?" ucap ku pada akhirnya.
Ia kelihatan menimbang-nimbang jawaban ku, "Tapi kan Ta kalau malam kita cuman bisa keluar bentar doang" rengeknya lagi. Kevin benar-benar sperti anak kecil yang menggemaskan jika sudah merengek seperti ini.
"Ya kan lo bilangnya mau makan doang Empinnnn" jawabku dengan sengaja memanggil namanya dengan sebutan yang paling Ia tak sukai. Terbukti dengan Ia yang langsung memelototi ku dengan horor.
"Sekali lagi Lo manggil gue pake sebutan itu, nggak bakal gue traktir lo lagi!" sahutnya dengan mengancam ku. Oh ini benar-benar sudah gawat, jika kevin sudah mengancam ku seperti ini seharusnya aku tak lagi memanggilnya seperti itu bukan?
"Ya jadi gimana? Jadi nggak?" tanya ku lagi untuk memastikan, barangkali laki-laki itu berubah pikiran bukan?
"Jadi deh Ta, daripada nggak sama sekali" ucapnya pada akhirnya.
"Gue nunggu di tempat biasa kan? Awas lo telat gara-gara harus nyari kunci motor dulu" rancu kesal. Salah satu kebiasaan Kevin yang harus kalian ketahui, laki-laki itu sunggup pelupa, bahkan jika kunci motornya ada di tangannya masih saja bisa Ia menanyakan ke orang lain di mana Ia meletakkan kunci motornya. Benar-benar pelupa yang aneh.
"Siapp tuan putri!" ucapnya sembari bergaya seperti hendaknya orang yang sedang hormat bendera.
***
Sesuai janjinya, kali ini Kevin benar-benar menemui ku tepat waktu. Harus ku catat hari ini bahwa laki-laki yang sedang duduk di atas motornya ini tidak lagi ngaret seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, patience and pain (kevin sanjaya fanfic)
Fanfiction"You don't have to describe hows your feelings. When you start to stare into her eyes, its shows everything" Siapa yang tak tahu dengan pasangan ganda campuran Kevin/Masita? Yang saat awal mereka dipasangkan selalu menampilkan permainan yang takjub...