Aku kembali tersadar dari lamunan ku, potongan-potongan kisah dari masa lalu itu kembali lagi menarikku untuk menyesakkan diriku sendiri. Ku tatapi lagi laki-laki yang masih tetap bermain dengan mesin itu, sudah berapa lama dia bermain sendiri? Bahkan baju yang tadinya masih rapi kini sudah kusut dan basah dengan keringat.
Satu pukulan keras lalu Ia menjatuhkan tubuhnya di atas lapangan. Menatap langit-langit dengan nafas yang tidak beraturan. Aku melangkahkan kaki ku menuju mesin pendingin minuman di ujung lapangan, lalu mengambil salah satu minuman penambah ion, kemudian ku arahkan kaki ku menuju laki-laki yang tengah tergeletak di tengah lapangan dengan nafas yang masih memburu.
"Ini minum dulu" sahut ku sembari menyerahkan sebotol minuman yang ku ambil tadi
Laki-laki itu lalu bangun untuk duduk, mengambil minuman dari tangan ku dan juga menarik tangan ku untuk juga duduk di sampingnya. Aku yang sedikit terkejut kemudian hanya bisa pasrah. Hati ku mencelos begitu saja. Sudah berapa lama aku tak pernah duduk lagi di sampingnya seperti ini? Rasanya kian berbeda sekarang ini.
Ku beranikan diri untuk menatapnya, laki-laki itu tengah meneguk minuman yang baru saja aku bawa tadi, hal tersebut seperti de javú bagi ku, dan potongan-potongan kisah yang sudah karam itu kembali datang lagi
.
.
.2013
"Ta, lo tambahan nggak ntar sore?"
Aku menganggukan kepala ku tanda aku akan melakukan latihan tambahan sore nanti. Posisi kami sekarang sedang duduk berhadapan, sembari merapikan shuttlecock yang telah kami kumpulkan lalu menyusunnya lagi di box besar."Kenapa?" tanya ku penasaran.
"Biar gue juga tambahan" ucapnya enteng.
"Vin, lo ih aneh" celetuk ku sembari meleparkan sebuah shuttlecock ke arahnya.
"Apanya yang aneh?"
"Kenapa lo jadi suka ikut-ikut gue?"
"Siapa yang bilang?" tanyanya kemudian.
"Gue kan yang bilang barusan?" jawab ku lagi.
"Nah, kepedean Lo tuh" sahut Kevin sambil terkikik geli.
Aku yang melihat dia hanya tertawa seperti itu hanya bisa mencabikkan bibir ku. Mengapa dia semenyebalkan ini ya?
"Ta, bentar lagi WJC, gue mau momen terakhir kita bakal bisa dikenang indah sama kita berdua" terangnya dengan menatap ku lembut.
Aku terhenyak, kata-kata 'momen terakhir' itu selalu saja mampu mbuat ku merasa di tampar. Apakah akhirnya nanti akan bisa selalu ku kenang? Aku tersenyum masam, saat-saat seperti ini aku tidak terlalu suka pembicaraan mengenai kami yang akan dipisah. Aku hanya mau menikmati dan mengikuti alurnya saja.
Kevin lalu mengambil botol minuman yang ada di sampingnya. Aku memerhatikan dia yang mmenegak minumannya tanpa sisa lalu kualihkan lagi tatapan ku tatkala Ia mulai menyadari jika aku menatapnya.
"Lo kalau mau tuh bilang. Kalau Lo mau kan gue nggak bakal minum sampe habis" ucapnya sembari menutup botol yang isinya telah Ia teguk sampai tak tersisa.
"Gue minta juga belum tentu Lo mau nyisahin" cibir ku.
Shuttlecock yang kami kumpulkan kini sudah tersusun rapi dalam box, aku berdiri yang juga diikuti oleh Kevin. Seolah tahu apa yang harus dilakukan, dengan sendirinya kami memegang ujung box lalu memindahkannya ke arah pojok arena.
"Selesai juga, Gue balik dulu ya" Sahut ku sembari melangkahkan kaki ku menuju pintu keluar arena latihan.
"Ta, tungguin gue" teriak Kevin yang kini mulai menyamai langkah ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, patience and pain (kevin sanjaya fanfic)
Fanfic"You don't have to describe hows your feelings. When you start to stare into her eyes, its shows everything" Siapa yang tak tahu dengan pasangan ganda campuran Kevin/Masita? Yang saat awal mereka dipasangkan selalu menampilkan permainan yang takjub...