Hari ini hari ke-3 Indonesia Open, sudah menapaki babak 8 besar dan sebuah pencapaian luar bisa karena Kevin bisa lolos sampai sejauh ini.
Masalah semalam, laki-laki itu tidak menanyakan ku apa-apa lagi, setelah mengantar ku di depan kamar hotel kak Pia laki-laki itu langsung kembali ke kamarnya sendiri. Dia bahkan sampai sekarang belum menghubungi ku, apa laki-laki itu serius dengan ucapannya? Terkadang aku masih bimbang, apa semua ini benar?
"Dek, dia nggak ngirimin Lo pesan mungkin dia lagi fokus ngejaga konsentrasinya kali" Kak Pia sudah tahu masalah pembicaraan kami semalam. Aku menceritakan semuanya, bagaimana Kevin mengajak ku untuk pacaran, bagaimana laki-laki itu mau sesuatu yang jelas dalam hubungan kami. Kak Pia tidak banyak komentar, dia menyerahkan semua keputusan kepada ku. Karena Kak Pia tahu, bukan orang lain yang menjalankannya, tapi aku sendiri. Aku dan Kevin.
"Sita egois nggak sih Kak kalau mau sama Kevin?
Kak Pia berdehem sembari melempar ku senyum menggodanya "Jadii kamu mau sana dia Dek?"
"Kak......" Aku mulai merajuk lagi. Kak Pia selalu saja menggoda ku di saat-saat seperti ini. Bicara soal kak Pia, sedari kami bangun pagi tadi sampai sekarang jam menunjukan pukul 9 kami bahkan tidak berniat untuk melakukan aktivitas lain. Kak Pia yang notabennya harus tersingkir di babak 16 besar merasa terlalu capek untuk melakukan aktivitas lain. Sebenarnya aku juga tidak merasa enak ke Kak Pia, semalam saat kak Pia meminta ku untuk nginap bersamanya aku berniat untuk menghiburnya tapi yang terjadi malah aku yang curhat masalah Kevin ke Kak Pia
"Mau sarapan nggak dek? Turun yuk" Ajak kak Pia
Aku yang sedari tadi hanya bergelayut di atas kasur kemudian menganggukan kepala ku sekilas kemudian melangkahkan kaki ku ke arah kamar mandi yang ada di ruangan tersebut. Tidak lucu bukan jika aku dengan muka bangun tidur harus turun untuk makan? Apa kata orang-orang?
"Jangan lama Dek" walaupun samar-samar tapi suara Kak Pia yang meneriakki ku untuk tidak lama-lama masih aku bisa dengar. Aku hanya tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepala ku
**
Suasana hotel sultan pagi ini terlihat cukup ramai. Ada beberapa atlet-atlet dari negara lain yang masih menunggu jemputan untuk berangkat ke hall, tidak terkecuali dengan laki-laki yang sedari aku bangun tidur tadi aku pikirkan.Kak Pia menyikuti ku sekilas lalu mengarahkan pandangannya ke arah segerombolan atlet yang berdiri di pintu lobby. Aku mengalihkan pandangan ku juga dan tatapan ku langsung beradu dengan tatapan laki-laki yang semalam mengajak ku untuk memulai sesuatu yang baru.
Aku tersenyum hangat ke arahnya yang juga diikuti dengan cengiran lebar darinya. Beberapa detik kami hanya saling melempar senyuman, aku bahkan mengabaikan Kak Pia yang terus saja menggoda ku sedari tadi. Apa ini yang orang sering katakan? jika sedang kasmaran dunia serasa milik berdua?
Aku mengalihkan pandangan ku ke arah Kak Pia kuyakini sekarang wajah ku sudah semerah tomat. Hanya dengan seutas senyuman pagi ku dibuat menggila oleh laki-laki itu.
Aku menatap lagi ke arah Kevin, laki-laki itu masih memerhatikan ku sampai pada akhirnya bus yang mereka tunggu untuk mengantarkan mereka ke hall sudah ada di depan mereka. Laki-laki itu melambaikan tangannya ke arah ku yang diikuti dengan kedipan mata menggodanya di akhir sebelum ia melangkahkan kakinya untuk naik ke atas bis. Sekarang ini rasanya aku ingin menceburkan diriku ke kolam renang saja, apalagi Kak Pia yang terus saja menggoda ku tanpa henti sedari tadi.
"Dek buruan ambil makanannya, jangan mentang-mentang lagi kasmaran makanan enak gini dianggurin ya" Kak Pia mengungatkan ku untuk segera mengambil bagian makanan ku terlebih lagi orang-orang di belakang kami sudah ada yang mengantre beberapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, patience and pain (kevin sanjaya fanfic)
Fanfiction"You don't have to describe hows your feelings. When you start to stare into her eyes, its shows everything" Siapa yang tak tahu dengan pasangan ganda campuran Kevin/Masita? Yang saat awal mereka dipasangkan selalu menampilkan permainan yang takjub...