Pagi-pagi sekali aku dan kontingen Indonesia akhirnya tiba di hall. Jadwal pertandingan groub Indonesia melawan Sri Lanka akan dimulai dalam 15 menit lagi sebelum kami akan bertanding lagi di malam hari nanti untuk melawan United State.
Target awal untul groub stage adalah menjadi juara groub. Akan tetapi untuk match groub pertama, aku dan Kevin tidak diturunkan, jaga-jaga untuk mengambil kans besar di match nanti malam. Oleh karenanya, aku dan beberapa team lainnya sekarang tengah duduk persis di bangku penonton yang dikhususkan untuk para pemain, staff, dan juga guests.
Hua Mark stadium memang tidak semegah istora, penontonnya pun masih kalah hebohnya, tapi aku tak jarang mendengar riak sorak penonton yang meneriaki Indonesia, tidak heran memang kenapa orang-orang selalu mengatakan bahwa Indonesia is house of badminton, terlalu mendarah daging, bahkan untuk di negara lainpun supporternya tidak pernah sepi.
"Aku setiap kali bertanding itu kadang suka lupa kalau lagi bertanding di negara orang, Ta. Lihat aja tuh supporternya rame banget."
Aku menoleh ke arah Kevin yang tengah menatap pada segerombolan supporter yang ada di sisi sebelah lapangan, dengan antribut khas Indonesia, mereka semua berteriak lantang tatkala nama pemain Indonesia di panggil. Benar, kemanapun kami bertanding, rasanya akan selalu seperti bertandinh di negara sendiri.
"Makanya nanti malam semangat mainnya, tuh supporternya udah ngasih banyak efforts banget buat dukung kita." Sahut ku kemudian sembari masih menatap takjub ke arah segerombolan supporter yang semakin semangat menunjukkan dukungan mereka.
"Kalau sama kamu aku selalu semangat, Ta."
Aku mendelikkan mata ku, "dangdut bener mulutnya." Sahut ku sebelum akhirnya baik aku dan Kevin sama-sama tertawa lepas.
Sejujurnya, tidak banyak hal yang berubah dari bagaimana aku memandang Kevin, sebagai sahabat, partner di lapangan, dan sebagai seorang pacar, yang terakhir terkadang masih sering membuat ku lupa bagian peran ku untuk menjadi pacar bagi laki-laki itu, tapi kembali lagi, aku belum benar-benar menemukan perbedaan dari masing-masing jenis hubungan kami.
Kevin yang tengah duduk di samping ku sembari sesekali melempar senyuman ke arah ku adalah bagian besar dari perjalanan hidup ku, dan memikirkan bagaimana hari-hari ku akan berjalan nantinya tanpa melihatnya sesering sekarang, tanpa menjalani hari dengan saling mengisi cerita, sejujururnya itu semua selalu membuat aku takut, mampukah aku menerima segalanya dengan baik?
Lagi-lagi, aku menoleh ke arah Kevin yang—entah kenapa juga tengan menatap ku dalam waktu yang bersamaan. Ku lihat laki-laki itu menaikkan alisnya, namun hanya sesaat sebelum Ia dengan refleks menggenggam tangan ku.
Kini, giliran aku yang menaikan alis ku, melihat bergantian antara Kevin dan tangan ku yang tengah laki-laki itu genggam.
"Ta, nggak usah mikirin yang aneh-aneh. Jalanin apa yang bisa kamu jalanin hari ini, nikmatin, ke depannya itu kita nggak pernah tau hal apa yang akan terjadi, jangan terlalu dipikirin, hidup di waktu sekarang, Ta. Aku tahu kamu lagi mikirin banyak hal sekarang, Ta. Sebentar saja, jalanin dulu apa yang ada di waktu sekarang, aku, kamu, kita, semuanya sama-sama kita jalanin apa yang ada di depan mata kita, ya?"
Panjang, panjang laki-laki itu berucap. Tangan ku yang masih Ia genggang kemudian Ia usap halus, seolah menjadi mantra paling asing yang tak pernah aku dengar dan rasakan, namu cukup mampu mengusir banyak hal-hal yang berenang di kepala ku.
"Mpin, kok mau nangis sih sekarang gue?" Sahut ku dengan mencoba mengekspresikan ekspresi yang terlihat bercanda, seperti biasanya.
"Ta, nggak usah bercanda, kamu kebanyakan nyimpan semuanya sendiri. Sesekali tuh bilang Ta, kalau kamu takut, kalau kamu sakit, sesekali bilang Ta, biar kita rasain sama-sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, patience and pain (kevin sanjaya fanfic)
Fanfic"You don't have to describe hows your feelings. When you start to stare into her eyes, its shows everything" Siapa yang tak tahu dengan pasangan ganda campuran Kevin/Masita? Yang saat awal mereka dipasangkan selalu menampilkan permainan yang takjub...