Daddy or Salad?

1K 120 15
                                    

[Normal PoV]

Pria itu terlihat gelisah, gelagat nya benar-benar menunjukan hal itu. Ia terus menerus bergerak tanpa arah dan tujuan.

"Bisakah kau duduk? Aku muak melihatmu terus-menerus bergerak seperti itu dan katakan apa yang sebenarnya terjadi?"

"Sakura menghubungiku dan memberikanku pesan agar segera kembali ke apartmentnya karena Salad menangis mencariku."

"Lalu? Kau tinggal menghampirinya dan mengatakan 'tenanglah sayangku, daddy sudah disampingmu.' Kau terlalu mempersulit diri sendiri."

"Aku benar-benar bingung. Aku ingin memulai kehidupanku denganmu namun di sisi lain aku belum siap kehilangan Sarada. Aku belum siap melihat Sasuke menggantikan posisiku dan melihat Sarada menangis karenaku." Pria merah itu mengacak-ngacak rambutnya, berulang kali ia menggeram dan memukul tembok di sampingnya.

"Hei tenanglah, aku mengerti keadaanmu. Tak usah terburu-buru. Mengenai pernikahan, akupun tidak menginginkan itu dalam waktu cepat. Aku tidak merasa terusik dengan kehadiran Sarada maupun Sakura. Mari kita atasi semuanya bersama-sama."

Ia menghampiri Sasori, menyentuh kedua permukaan pipinya. Mencoba meyakinkan Sasori mengenai perkataannya.

"Aku tidak ingin Sakura membenciku, aku menyayanginya. Namun jika kehadiranku terus menerus menemaninya, usaha Sasuke dalam mengambil perhatian Sakura dan Sarada akan sia-sia. Aku tidak ingin Sakura bersama Sasuke, namun aku tidak bisa memisahkan Sarada dan ayahnya karena kehadiranku. Dua tahun setengah rencana pernikahan kita tertunda."

"Sudahlah Sasori. Jangan menyalahkanmu ataupun keadaan. Saat itu Sakura sangat membutuhkanmu, kau adalah kerabat terdekatnya setelah Ino dan Naruto. Jika aku menjadi Sakura, aku pun akan mencari dirimu, karena aku tahu Sakura lebih memercayaimu dibandingkan Naruto dibanding Ino."

"Lalu bagaimana dengan dirimu?"

"Jangan khawatirkan diriku. Khawatirkanlah mengenai Sarada, ia masih membutuhkanmu. Lebih baik jika kau segera mengatakan yang sebenarnya kepada Sakura, akan jauh lebih rumit jika ia mengetahui bahwa kita memiliki hubungan dari orang lain."

"Akan kulakukan. Aku menyayangimu. Tapi aku jauh menyayangi Sarada."

"Terserah kau saja." Wanita itu tertawa sambil memukul bahu kekasihnya.

•••

Sarada sangat menggemaskan! Mikoto bahkan tidak dapat menahan dirinya untuk tidak segera menghampiri Sakura beserta Sarada. Rambutnya diikat dua, dan jangan lupakan dengan mini dressnya.

"Oh Tuhan."

Ingin sekali Mikoto menggendongnya, namun gadis kecil itu memeluk erak kaki milik ibunya. Ia benar-benar anti sosial, sama seperti ayahnya!

"Maafkan aku, aku lupa memperkenalkan diri. Hai Salad, aku grannymu."

Sarada terlihat bingung, wanita ini begitu asing baginya. Sakura mengatakan bahwa ia harus ramah pada Mikoto, tidak boleh terlihat tidak ramah. Mikoto membuka lebar kedua tangannya, meminta Sarada untuk segera menghampiri dan memeluknya. Awalnya gadis kecil itu terlihat enggan untuk melakukannya namun karena bisikan Sakura, ia mau melakukannya.

"Kukira Sasuke ikut bersama kalian."

"Tidak bu. Ia hanya mengantarkan kami, ia mengatakan banyak hal yang harus ia selesaikan." Wanita itu berbohong.

Mikoto membawa Sarada dalam gendongannya dan juga Sakura duduk di meja yang telah wanita paruh baya itu pesan lalu menaruh Sarada di baby chair.

"Jadi bagaimana dengan anak bungsuku? Ini hampir dua bulan."

"Ia masih mencoba menghubungiku dan menanyakan perkembangan Salad, aku pun masih menyesuaikan diriku untuk kembali terbiasa dengan kehadirannya."

Mikoto hanya mengangguk. Biarkan itu menjadi urusan mereka berdua. Atensi Sarada jauh lebih menarik perhatiannya dibandingkan permasalah rumit antara anak bungsunya dengan mantan calon menantunya.

"Jadi bagaimana dengan perkembangan Sarada?"

"Ibu tidak akan percaya, Salad benar-benar seperti jack-jack. Pertumbuhannya sangat cepat, lebih cepat dibandingkan anak seumurnya. Awalnya kukira itu suatu keabnormalan." Mikoto sangat antusias mendengarkannya. Ia sedikit menyesal tidak dapat melihat perkembangan Sarada selama satu tahun pertamanya.

"Benarkah nak?"

"Salad sudah dapat berjalan saat dia berumur sepuluh bulan!"

"Berharap saat itu ibu ada di antara kalian untuk melihat perkembangan Salad secara langsung."

"Aku minta maaf bu. Aku tidak bermaksud membuat ibu terluka."

Mikoto tertawa, Sakura masih sama untuk masalah ini. Ia terlalu mudah merasa bersalah untuk hal yang tidak dilakukannya.

"Lalu bagaimana hubungan Salad dengan Sasuke?"

"Tidak terlalu buruk bu. Ia berjuang keras untuk mengambil perhatian Salad. Ini merupakan kesempatan pertama dimana ia bisa berinteraksi dengan Salad dengan lama."

"Setidaknya cucuku bukan gadis yang mudah ditaklukan oleh kaum pria." Wanita yang telah menajadi nenek itu mengelap remahan kukis yang ada di pipi cucunya.

Ia merasa tertegun melihat perjuangan Sakura membesarkan Salad. Wanita itu seperti tidak peduli dengan cibiran yang menghampirinya. Mikoto tiba-tiba ingin mengetahui kisah pecintaan mantan calon menantunya tersebut. Bukan hal yang aneh jika ternyata Sakura telah memiliki kekasih baru atau semacamnya.

"Jadi apa Salad sudah memiliki calon ayah lagi? Maksudku selain Sasuke. Walaupun aku sangat menginginkanmu kembali dengan Sasuke, tidak menutup kemungkinan kalau selama ini kau telah memiliki calon." Ia menggoda Sakura, Sakura terlihat salah tingkah ketika Mikoto membahasnya.

"Entahlah bu. Aku seperti memilki hubungan khusus dengan teman SMA ku. Namun, dari awal kami bertemu -kembali- pun, ia hanya berjanji bahwa ia akan menjadi ayah pengganti untuk Salad. Ia tidak menjanjikan sebuah pernikahan atau hubungan serius. Jadi aku tidak tahu apakah kami sedang menjalin hubungan atau tidak."

"Digantung tanpa tujuan? Sungguh pria sekali."

"Pria memang sepert—." Ucapannya terpotong tatkala Sasuke datang menghampiri mereka berdua. Kedua wanita itu terkejut, terutama Sakura.

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Tentu saja mengantarkan kalian pulang."

Pria itu mengecup pipi kiri dan kanan milik ibunya lalu mengecup kening Salad.

"Kukira kegiatan sakral tersebut sudah lama tidak dilakukan?" kegiatan mencium pipi kiri dan kanan yang selalu dilakukan Sasuke kepada Mikoto dan sepertinya kegiatan mencium kening Sarada merupakan kegiatan sakral yang baru.

"Ibu akan membunuhku jika itu benar-benar terjadi. Ayo kita pulang. Aku akan mengantarkan ibu pulang terlebih dahulu dan lalu baru mengantarkan anak ayam pulang ke kandangnya."

•••

Sakura merentangkan kedua tangannya setiba mereka di rumah. Anak ayam bersama ayahnya. Setidaknya Sakura memiliki waktu untuk beristirahat sendiri tanpa ada cicitan dari anak ayam.

"Heh Sasuke, waktumu tersisa sebulan sebelum aset Uchihamu ditarik oleh ayah."

"Bisakah kau tidak berteriak? Aku berjuang keras menidurkan Sarada!"

"Aku hanya mengingatkanmu." Sakura kembali berteriak.

"Mengapa harus saat ini mengingatkannya? Salad ingin tidur!"











Tbc
•••

hai cerita ini kembali! aku tahu ini pendek buttttt smoga suka! ✨

*** anyway jangan lupa read story terbaru a.k.a Marriage Story

Xixixi see you next chapter 🖤🖤

Turning BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang